Tuhan Yang Memberi Tuhan Yang Mengambil Terpujilah Nama Tuhan

Duka, siapa yang dapat menolaknya? Siapa boleh menampiknya?. Kematian terjadi dimana-mana. Kaget, sedih dan ada tetesan airmata kala perpisahan terjadi pada orang yang kita kasihi. Diacara pemakaman sering kita dengar ungkapan kata mengajak pasrah. “Hari ini Tuhan beracara. Ini domain Tuhan, kematian adalah otoritas Nya yang tak dapat diganggu gugat oleh siapapun” kemudian disambung dengan kutipan yang diambil dari tulisan Nabi Ayub “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan”. (Ayub1:21).

Kematian adalah penyebab stress nomor satu didunia. Ketika maut hinggap pada pasangan ataupun dia yang kita kasihi, dunia terasa gelap. Inilah beban yang tidak tertanggungkan. Keterbatasan manusia sulit menerima kenyataan yang dialami. Pertanyaan menyayat hati berdatangan. Kenapa perpisahan ini harus terjadi. Mengapa mesti saya yang mengalami.

Ini tidak adil, almarhum masih muda, kami masih membutuhkan kehadirannya. Secara manusia sulit mendapatkan jawababan kepada semua penderitaan yang terjadi.

Firman Tuhan saja yang memberi jawaban, bahwa dunia ini bukan milik kita. Dan soal mati jelas bukan karena Tuhan yang menyebabkannya. Juga, Tuhan dalam kemahakuasaannya tidaklah bertindak sebagai pencabut atau gemar mengambil nyawa orang. “Tetapi Allah tidak mengambil nyawa orang, melainkan Ia merancang supaya seorang yang terbuang jangan tinggal terbuang dari pada-Nya.” (2 Samuel 14:14).

Yang merancang dan melakukan pembunuhan adalah Iblis karena dialah pembunuh sejak dahulu kala. Bila ada manusia yang berencana atau melakukan pembunuhan maka ia adalah anak Iblis. “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.” (Yohanes 8:44). Dalam beberapa peristiwa yang tragis, Tuhan tidak menggunakan kecelakaan di ringroad, masuk sumur, tertimpa pohon untuk mengambil napas manusia. Iblislah yang bernafsu mencelakakan.

Mereka yang meninggal bukan karena kehidupan mereka diambil Tuhan. Sebaliknya Tuhan malah memberi kehidupan untuk manusia. “Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.” (Yohanes 10:28).

Iman Ayub mengantarnya kepada keyakinan yang sungguh tidak tergoyahkan bahwa apapun yang terjadi dalam kehidupannya tidak akan merubah sikap terhadap Khaliknya. Peristiwa Penderitaan yang datang beruntun kepadanya tidak membuat ia menuduh dan mengutuki Tuhannya sebagaimana yang diinginkan oleh Setan pada ayat sebelumnya. (Ayub 1:11). Tuhan mengijinkan penderitaan terjadi dan Ia akan memberi kekuatan untuk kita menghadapinya. (1 korintus 10:13; Yakub 1:2, 13).

Kahlil Gibran Pujangga dari Libanon berkata mengenai perihal mati: “Jangan engkau bangga karena engkau sehat karena kematian tidak memilih sehat atau sakit. Jangan kamu terperdaya dengan usia muda sebab syarat mati bukan soal muda maupun tua.” Kahlil mengingatkan kita bahwa kematian itu dapat datang kepada siapa saja dan dimana saja. Itu sebabnya jalanilah kehidupan ini dengan siuman.

Musa didalam mazmurnya membicarakan mengenai keterbatasan usia manusia (Mazmur 90:10). Apakah mencapai 70 tahun, 80 tahun ataupun melebihinya dalam doanya itu ia mengajak agar selalu bermohon kepada Tuhan agar menghidupkan perilaku yang bermakna, yang bijaksana.

Tuhan yang Rahmani dan Rahimi mengaruniakan hidup kepada manusia. Detik demi detik yang dijalani adalah rahmat yang istimewa dari Tuhan. Berjalanlah dengan Dia sampai Maranatha.