Mi-Yittan

Kata ini berasal dari bahasa Ibrani yang terdiri dari dua suku kata yaitu “mi” (siapa) dan “yittan” (akan memberi).  Jadi, artinya ialah “siapakah yang akan memberi?”  Imre Tokics, PhD penulis Pedoman Pendalaman Alkitab Sekolah Sabat Dewasa Triwulan IV 2015 (Oktober-November-Desember) yang berjudul “Yeremia” (Jeremiah)adalah Dekan Fakultas Perjanjian Lama, Adventist Theological College, Pecel, Hongaria.  Selain profesor Perjanjian Lama dan ahli ilmu agama Yahudi, juga memiliki gelar doctor di bidang hukum.  Untuk menegakkan Hukum/Kitab Taurat, Yermia seperti Yesaya harus berani menegor bangsa Israel/Yehuda terutama para pemimpin mereka yang membelot, sehingga menimbulkan krisis bagi bangsa ini.  Namun, Allah dengan sabar bagaikan tukang tembikar memberikan harapan dan penghiburan kepada bangsa ini agar mau bertobat dan menurut kehendak Tuhan.  Bahkan Yeremia sendiri yang dilahirkan di Anatot tidak jauh dari Yerusalem selain dipenjara dan dipasung, juga disiksa dan ancaman dibunuh oleh orang-orang sekampungnya.

                Masa kejayaan bangsa Israel pada zaman Alkitab usai sudah disaat bangsa ini terakhir dipimpin oleh raja Salomo.  Zaman emas semasaraja Saul, raja Daud, dan raja Salomo memerintah selama kurang lebih satu abad bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah disegani oleh bangsa-bangsa lainnya.Turunnya/meninggalnya raja Salomo (sekitar 931 SM) bangsa Israel terbagi menjadi dua kerajaan, di bagian utara dikenal dengan kerajaan Israel dan di bagian selatan dikenal dengan kerajaan Yehuda.

                Yang menarik bagi penulis ialah lima raja terakhir yang memerintah kerajaan Yehuda yaitu 1) Yosia, 2) Yoahas, 3) Yoyakim, 4) Yoyakhin, 5) Zedekia.  Dari lima raja-raja ada satu yang baik dan mau mengadakan pembaharuan yaitu raja Yosia.  Kalau kita melihat latar belakang raja ini tentu tidak masuk diakal, ayahnya Amon dan kakeknya Manasye adalah dua raja paling jahat di kerajaan Yehuda.  Dalam catatan sejarah ada sekitar 20 raja di kerajaan Yehuda dan hanya dua yang tergolong raja yang baik yaitu: Hizkia dan Yosia.  Di masa kepemimpinan mereka bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah mengadakan pembaruan rohani atau reformasi, walaupun empat raja Yehuda terakhir yaitu kerajaan bagian Selatan akhirnya membelot/menyimpang dari Allah.

                Yosia sebagai raja yang termuda (berusia 8 tahun) waktu dinobatkan sebagai raja yang keenam belas di kerajaan Selatan dan memerintah selama sekitar 30 tahun dalam kerajaan Yehuda.  “Sebelum dia tidak ada raja seperti dia yang berbalik kepada TUHAN dengan segenap hatinya, dengan segenap jiwanya dan dengan segenap kekuatannya, sesuai dengan Taurat Musa; dan sesudah dia tidak ada bangkit lagi yang seperti dia.” (2 Raja-raja 23:25).  Reformasi Yosia antara lain selain menghapus segala sesuatu yang berbentuk penyembahan berhala, membuat komitmen/janji menurut kehendak Tuhan.  Aplikasinya buat kita dari reformasi Yosia ialah diingatkan kembali perayaan Paskah berkaitan dengan tuntunan Allah terhadap bangsa ini pada waktu ke luar dari Mesir.  “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi.  Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.” (1 Korintus 5:7).  Jadi, reformasi Yosia salah satunya merujuk kepada kematian Yesus di salib, bukankah ini merupakan kasih/rahmat Allah yang sangat besar.  Pelajaran yang perlu diambil hikmatnya adalah bahwa dalam setiap generasi, Tuhan memiliki umatNya yang disebut/dikenal dengan “umat pilihan” atau umat yang sisa” yang memiliki selain roh nubuat seperti kata Alkitab dalam kitab Wahyu, juga setia dan menurut kehendakNya/perintahNya.

                Bertempat di Las Vegas, Nevada lima calon presiden USA 2016 dari partai Democratic USA mengadakan debat pada Selasa (13/10).  Kelima calon tersebut adalah 1) Jim Webb (Former Virginia Senator), 2) Bernie Sanders (Vermont Senator), 3) Hillary Clinton (Former State Secretary), 4) Martin O’Malley (Former Maryland Governor), 5) Lincoln Chafee (Former Rhode Island Governor).  Yang menarik topik yang dibicarakan adalah selain berkisar pada masalah keterlibatan USA di Middle East, juga masalah gun control (control senjata) dan economic policy (kebijakan ekonomi).  Yang bersemangat dalam debat kali ini di antaranya dua calon yang menonjol ialah Hillary Clinton dan Bernie Sanders.  Hillary Clinton antara lain berujar “it would be a big mistake for USA to turn its back on the system that built the American middle class.”  Di antara kedua partai besar USA yaitu Republican dan Democratic, siapakah yang mereka akan usung, kita lihat nanti pada pemilu 2016 nanti.

                Dalam Pedoman Pendalaman Alkitab Sekolah Sabat Dewasa pelajaran 9, mengenai Jeremiah’s Yoke (Kuk Yeremia) penulis pelajaran Imre Tokics, Phd, mengutip seorang yang berlatar belakang ateis Terry Eagleton sees just how farcical that idea is: “If ever there was a pious myth and piece of credulous superstition, it is the liberal-rationalist belief that, a few hiccups apart, we are all steadily en route to a finer world. This brittle triumphalism is a hangover from the heroic epoch of liberalism, when the middle classes’ star was in the ascendant. Today, it sits cheek by jowl with the cynicism, skepticism, or nihilism into which much of that honorable lineage has degenerated.”  (Reason, Faith, and Revolution: Reflections on the God Debate(Yale University Press, 2010), Kindle Edition, p. 70.  Nampaknya ada hubungannya padangan Hillary Clinton dengan Terry Eagleton.