KUBURAN BERCAT PUTIH
Mengenai Kenajisan (Bil 19: 11 14, 16-19)
Agar kesehatan orang Israel dapat terjamin, apa prinsip lain yang diberikan Allah kepada mereka? Bil 19:11,14,16-19.
Sekarang ini, nampaknya kita sudah terbiasa menganggap bahwa pembersihan dengan air mencegah penularan penyakit. Sedangkan dahulu, bukannya demikian. Sekitar tahun 1840an, Dr. Semmelweis adalah kepala bagian obstetri [kebidanan] rumah sakit di Vienna. “Perintahnya yang pertama tiap pagi ialah.. . . melakukan autopsi terhadap mayat yang meninggal selamna 24 jam sebelumnya. Kemudian, tanpa mencuci tangan, dokter-dokter buru-buru menuju ruang-ruang bersalin untuk memeriksa pelvis [panggul] para wanita yang masih hidup. Lagi pula, mereka tidak mengenakan sarung tangan karet.” — S.I. MCMillen, M.D., None of These Diseases (Old Tappan, N. J.: Fleming H. Revell Company, 1963), him. 13, 14.
Setelah memperhatikan bahwa satu dari enam pasien tersebut meninggal dalam tempo tiga tahun, Dr. Semmelweis menetapkan peraturan bahwa semua dokter yang selesai melakukan autopsi harus mencuci tangannya lebih dahulu sebelum memeriksa pasien yang masih hidup. Tiga bulan setelah peraturan ini berlaku, hanya satu dari 84 pasien yang mati.
Lama sebelum Yesus memulai pelayanannya untuk orang banyak, orang Yahudi telah mengubah banyak hukum mereka menjadi suatu upacara saja yang tidak bermakna. Mereka tidak mengerti prinsip kesehatan yang terkandung di dalamnya, hanya menjalankan secara lahiriah dan mempersalahkan mereka yang tidak menjalankannya. Demikianlah yang terjadi kepada hukum pentahiran. Dalam hal apakah para ahli taurat dan orang Farisi mempersalahkan Yesus dan murid-murid-Nya? Mat 15:1, 2.
Jangan kita berprasangka bahwa Yesus memiliki gaya hidup tidak sehat (tidak mencuci tangan waktu makan), tapi Yesus dan murid-muridNya tidak melakukannya sesuai tradisi. Maksudnya ialah ini: Kita tidak boleh lupa bahwa fokus hukum Allah adalah Kristus Sendiri. Apabila kita memelihara hukum hanya karena “tradisi,” kita akan menjadi orang munafik. Apabila kita tidak mengetahui apa alasan kita melakukan sesuatu, kita akan menjadi seperti “kubur yang dilabur putih” yang disebutkan Yesus dalam Matius 23: 37 (hanya ibadah luar).
Pikirkanlah mengapa Saudara mengikuti beberapa prinsip kesehatan. Misalnya, apakah Saudara vegetaris karena telah dibesarkan demikian, atau apakah karena Saudara mau sehat agar dapat lebih baik memenuhi rencana Allah dalam hidup Saudara ?
IDEAL ALLAH (Kej 1:26,27; 2:20-24; Im 18:1-6,20,22).
Sebagian dari petunjuk Allah bagi budak yang baru dibebaskan itu mencakup ideal Allah dalam hal hubungan seksual. Bacalah kembali rencana-Nya itu dalam Kej 2:20-24; Mat 193-6, dan Ibr 13:4.
“Pada saat Pencipta menyatukan pasangan kudus itu dalam pernikahan dengan berkata, seorang laki-laki ‘akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehinga keduanya menjadi satu daging’ (Kej 2:24), la mengungkapkan hukum pernikahan bagi semua anak-cucu Adam sampai akhir zaman. Apa yang dinyatakan baik oleh Bapa Yang Kekal telah menjadi berkat terbesar dan perkembangan bagi manusia.” Thoughts From the Mount of Blessing, him. 63, 64.
Instruksi yang diberikan Allah kepada orang Israel dalam Imamat memberikan indikasi bahwa manusia telah begitu jauh menyimpang dari ideal tersebut. Amati khususnya ayat 6, 20, 22, dan 23.
Sebagian kemalangan yang ditimbulkan oleh kebiasaan seperti itu adalah penyakit jasmani dan emosi. Statistik penyakit menular seksual “terbaru sangat menakutkan. Di antara tahun 1980 dan awal 1991, satu negara bes di dunia Barat melaporkan bahwa di sana terdapat 152.326 kasus AIDS. Diduga sekitar 70-85 persen dari kasus tersebut terjadi karena melakukan hubungan seks dengan orang yang mengidap penyakit tersebut. Hal ini terjadi pada pasangan homoseks [pria dengan pria]; wanita dengan pria biseksual [seks ganda–bisa dengan pria bisa dengan wanita]; heteroseksual [wanita dengan pria] yang berganti-ganti pasangan. Beberapa peneliti menaksir bahwa jumlah kasus AIDS di negara tersebut bertambah dua kali lipat dalam setiap 20-24 bulan. Ketika mereka melakukan hubungan tersebut, setiap pasangan akan ketularan mikroorganisme pasangan dari pasangannya lima tahun sebelum- nya.
Pada waktu Allah meminpin orang Israel keluar dari Mesir, Ia memberitahukan cara memelihara kesehatan mereka, supaya mereka dapat lebih baik menyatakan tabiat-Nya kepada dunia ini. Perjanjian Baru tidak sespesifik Perjanjian Lama dalam hal peraturan kesehatan. Tetapi beberapa ayat tertentu (mis. I Kor 6: 19, 20; 10:31) memberi prinsip umum yang dapat kita gunakan dalam kehidupan zaman modern ini.
Apa pengaruh kematian Kristus (“harga” I Kor 6:20) terhadap nilai kesehatan tubuh? Selain menerapkan dalam bidang rohani, bagaimana menerapkan ‘menyucikan diri’ dalam I Yoh 3: 3 sehubungan dengan “kudus’ dalam Imamat 11: 44-45 ?