KIsah Lagu Malam Kudus

“Silent Night, Holy Night” L. S. No. 235
Lukas 2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.

Matius 2:9,10; Lukas1:77-79; Lukas 2:7-20.

Pengarang Naskah                         : Joseph Mohr, 1792-1848
Terjemahan ke Bahasa Inggeris     : John F. Young, 1820-1885
Penggubah Lagu                            : Franz Gruber, 1787-1863

usaha bersama dari lima orang pria dan empat anak-anak telah menyumbang bagi dunia  Kristiani suatu pujian indah,  ”Silent Night”. Joseph Mohr, pendeta pembantu gereja St. Nicholas desa Oberndorf, di pegunungan Alpen, Austria tidak berapajauh dari kota Salzburg adalah orang pertama dalam kelompok tersebut. Tanpa terbayang sedikitpun bahwa ia akan menjadi seorang pengarang lagu terkenal di kemudian hari, pada suatu hari ia mendengarkan laporan Franz Gruber, kepala sekolah dan pemain organ bahwa pada malam Natal nanti 24 Desember, 1818, organ yang rusak tidak dapat digunakan. Pendeta yang baik hati ini segera perintahkan Gruber, ketika itu berumur tiga puluh delapan tahun, untuk perbaiki alat musik tersebut sebelum mengumumkan kerusakannya kepada jemaat. Selama pelayanannya, Mohr belum sekalipun memimpin acara Natal tanpa iringan organ.

            Dengan perasaan susah dan kecewa, Gruber, seorang musisi tanpa keahlian untuk perbaiki organ yang rusak tak dapat menjamin untuk mengiringi jemaat dengan alat musik pada kebaktian Natal. Terdesak oleh perayaan Natal yang semakin mendekat, ia hanya termenung memikirkan jalan keluar bagaimana  mengatasi problemanya.

            Padasaat yang sama, Pendeta Mohr dalam perlawatan rutin mengunjungi anggota jemaatnya, singgah di salah satu keluarga miskin yang baru dikaruniai seorang bayi mungil. Dalam perjalanan pulang kerumah malam itu, Mohr memikirkan tentang kelahiran Yesus beberapa abad lalu di kandang binatang di Bethlehem. Ia tertegun sejenak dan membandingkan kelahiran Yesus dengan kelahiran salahseorang anak anggota jemaatnya yang miskin. Tiba-tiba dalam keheranan ia dapati dirinya sementara menulis baris demi baris naskah lagu yang menggambarkan kelahiran Yesus. Tanpa banyak beban ia menuliskan beberapa bait dan memberi judulnya dalam bahasa Jerman, ”Stille Nacht”. Bait-bait ini kemudian di terjemahkan ke dalam bahasa Inggeris berjudul ”Silent Night.”

            Ketika Franz Gruber menyerbu masuk ruang belajar Mohr beberapa saat kemudian sambil mengangkat tangannya dalam kekecewaan, Pendeta Mohr tidak mendengarkan lagi keluhannya.  Ia segera memberikan kertaspenuh coretan bait demi bait lagu ”Stille Nacht” dan meminta Gruber  untuk mengarang musik bagi naskah tersebut. Ia berkata: ”Franz, segera gubah sebuah lagu untuk naskah ini dan pada malam Natal nanti, dengan atau tanpa organ, lagu ini harus dinyanyikan.” Ia segera mengambil gitar dan memberikannya kepada Gruber.

            Gruberber katakan bahwa ia seorang pemain organ bukan pemetik gitar dan seorang guru, bukan penggubah lagu. Tetapi Mohr tanpa memperhatikan protes Gruber, tetap pada sarannya bahwa ia boleh menggunakan gitar dan menggubah musik bagi sajak”Stille Nacht”. Kata Mohr; ”Walaupun sudah sekian lama anggota jemaat belum pernah mendengar Pendeta dan pemain organ mereka berduet, maka inilah saatnya kita berdua akan menyanyikan sebuah lagu baru.” Untuk menenangkan sahabatnya,Gruber segera memainkan sebuah nada yang ia rasa cocok dengan bait karangan Mohr. Tidak berapa lama keduanya sudah menyanyikan lagu baru tersebut.

            Pada malam Natal lagu ini dinyanyikan diumum diiringi permainan gitar, dan mendapat sambutan meriah dari jemaat. Musim semi tahun berikut, 1819, orang ketiga masuk ke pentas popularitas lagu ini. Namanya Karl Mauracher, seorang pembuat organ dan tukang reparasi berasal dari lembah Zillertal, menerima surat Gruber untuk memperbaiki organ gereja St. Nicholas. Setelah beberapa hari bekerja keras akhirnya organ pipa gereja dapat diperbaiki. Mauracher meminta Gruber untuk mencoba organ yang baru diperbaiki. Pada saat itu juga muncul Pendeta Mohr dan mengajak Gruber untuk memainkan lagu ”Stille Nacht” yang telah mereka nyanyikan beberapa minggu lalu. Walaupun Gruber merasa enggan tetapi atas desakan kedua pria ini akhirnya ia mainkan lagunya. Mauracher segera jatuh cinta kepada nada musik dan meminta manuskripnya dari Gruber. ”Saya akan bawa lagu ini ke Zillertal”, ia jelaskan, ”dan akan membagikan lagu baru ini kepada para penyanyi dan musisi kita yang haus akanlagu-lagu baru.”

            Mauracher kembali ke desanya dan bertanya-tanya di dalam hati kepada siapa akan iaberikan lagu ini. Sepuluh tahun lamanya ia menunggu jawaban dari pertanyaan yang senantiasa menghantuinya sejak ia mengunjungi desa Oberndorf di awal 1819. Pada suatu hari ia mendengar empat anak keluarga Strasser menyanyi di gereja. Segera ia mengaransir empat suara untuk lagu ”Stille Nacht” dan tidak berapalama Caroline, Joseph, Andreas dan Amalia Strasser telah mengumandangkan laguini yang telah digubah khusus bagi mereka. Anggota jemaat di desa mereka segera mencintai lagu itu dan berkata: ”Anak-anak Strasser ini menyanyi bagaikan malaikat. Dan memang inilah sebuah lagu yang datang dari Surga.”

            Tahun berikutnya, keempat anak ini mengikuti orang tua mereka menghadiri pekan raya dikota Leipzig. Tuan dan nyonya Strasser menjual sarung tangan bulu di stanmereka. Untuk menarik minat pembeli, keempat anak mereka menyanyikan lagu merduini. Dari para pengunjung yang menikmati keindahan lagu tersebut adalah orangke-empat  dalam cerita kita. Ia adalahTuan Pohlenz, Direktur General Musik Kerajaan Saxony. Ia begitu terkesan dengan suara merdu, juga lagu indah ini sehingga ia mengundang mereka untuk menyanyi di hadapan Raja dan Ratu pada Natal nanti, 1832,  di Royal Saxon Court Chapel di Pleissenburg.Empat anak Strasse dan lagu mereka telah menciptakan suatu sensasi besar, oleh cara mereka  menyanyi di hadapan Raja Frederick William IV dari Prusia. Terinspirasi atas lagu tersebut, Raja menyatakan kerinduannya agar lagu ”Stille Nacht” harus diberi tempat pertama dalam setiap konser Natal mendatang dalam seluruh wilayah kerajaannya.

            Bagian yang dimainkan oleh pria kelima dalam pentas popularita lagu ini jatuh padaseorang Kepala Gereja Episcopal dari Revere, Massachusetts, yaitu Pendeta Byron Edward Underwood. Ia menerbitkan sebuah artikel pada bulan Oktober 1857 dalambuku ”The Hymn”, sebuah penerbitan resmi dari Perkumpulan Hymne Amerika di dalamnya ia menulis cerita yang mengagumkan mengenai Pendeta John Freeman Young (1820-1885), uskup gereja Episcopal di Florida yang telah menerjemahkan naskah Pendeta Mohr dari bahasa Jerman ke Bahasa Inggeris yang sempurna tahun 1863. Dialah yang telah menunjukkan ketrampilan terjemahan ke dalam bahasa Inggeris yang sempura untuk naskah-naskah para pengarang lagu.

            Lagu ”Malam Kudus” telah mendapatkan tempat yang layak dan tepat di antara lagu-lagu Natal dunia Kristen. Terimakasih atas kombinasi kerjasama lima pria dan empat anak atas jasa mereka yang menyebabkan lagu ini menjadi lagu terpopuler dan tersebar luas yang telah dinyanyikan dalam berbagai bahasa di dunia. Ijinkan getaran nadanya menolong kita untuk menyanyikan haleluyah bersama para gembala dan malaikat dalam kekaguman atas kasih karunia penebusan Tuhan kita Yesus Kristus. ***