Tinggal menghitung hari tahun 2014 akan jadi kenangan. Mau tidak mau, selesai atau ada yang tertinggal, ibarat pembukuan transaksi harus di tutup seiring kalender meninggalkan bulan Desember lalu tahun baru di jelang. Hasil akhir boleh plus boleh minus , mungkin neraca bewarna merah atau hitam tapi sebentar semuanya akan lewat menjadi sejarah. Namun banyak mamfaat dapat ditarik sebagai tumpuan kearah lebih baik. Atau pula menjadi pengalaman yang bermamfaat jadi cermin ke depan sehingga mata semakin awas jangan terantuk di batu kemarin, supaya 2015 ada peningkatan. Pertambahan dalam hal badani terlebih soal rohani.
Dari berbagai aspek, kehidupan di tahun 2015 akan lebih keras. Bukan bebas hambatan bagai jalan tol tapi jalan sempit. Tidak juga bertabur bunga mawar melainkan jalan sulit dan berbatu. Mulai dari meningkatnya bencana alam, globalisasi sampai ke Tsunami ekonomi jelas umat Tuhan diperhadapkan dengan berbagai tantangan. Yesus berkata: “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” Matius 7:13, 14. Ini mengindikasi bahwa tidaklah gampang kehidupan sebagai pengikut Yesus – bila perlu – mesti memikul salib menelusuri lorong penderitaan “Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Matius 16:24. Apakah dengan perkataan ini Yesus hendak menakut-nakuti kita ? Bukan ! Sangat jelas Yesus tidak hendak mengobral janji manis agar orang tertarik kepadanya dan beramai-ramai mengikuti Nya. Yesus tidak memakai taktik nabi paslu mendapatkan popularitas oleh mengatakan apa yang senang didengar orang, menarik keuntungan dengan membumbui kebenaran, mencocokkan injil dengan selera zaman. Yesus paham bahwa dengan menyampaikan hal benar dengan jujur dan terus terang beresiko ditinggalkan, bangku gereja akan kosong mencari guru yang lain yang khotbahnya lebih cocok ditelinga dan dihati. Dan itulah yang terjadi Yesus ditinggalkan bahkan oleh murid-muridnya tapi sikap Yesus tidak berubah malah dengan tegas mengatakan “Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.” Matius 11:6.
Kita menghadapi tantangan hebat di depan yang tidak perlu di permanis atau di poles. Keadaan yang tidak perlu disembunyikan, di tutup-tutupi dengan kata-kata menghibur seakan tidak ada yan perlu di khawatirkan. Nubuatan terang mengatakan bahwa jaman akan sukar namun tantangan yang paling besar bukanlah dari luar tetapi dari dalam, dari diri kita sendiri. Yaitu ketika ancaman datang kita hanya memikirkan diri sendiri, mencari aman sendiri sambil mengurung diri rapat-rapat didalam tembok yang tebal dan jadi terasing dengan masyarakat disekitar gantinya peka dan peduli. Umat Tuhan harus menjadi berkat walau dalam keadaan sulit bagaimanapun, membawa kelegaan sebesar-besarnya buat sebanyak mungkin orang karena kesejahteraan mereka adalah kesejahteraanmu juga. “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu. Yermia 29:7.
Semua tantangan di depan harus dihadapi dan diatasi. Tekad dan komitment “sense of mission” mesti semakin meluap-luap sama seperti ketika kita baru masuk dalam kebenaran. Tidak berkurang, jangan menghindar, bukan berubah dalam menghadapi tantangan besar tetapi semakin besar yang dihadapi justru semakin besar tekadnya, semakin menyala-nyala semangatnya, semakin bulat komitmennya dalam evangelisasi. Akibatnya? Mukjizat akan terjadi.
Handel, sang komponis menyelesaikan komposisi musiknya yang paling akbar Messiah dalam 22 hari. Mungkin kita bertanya, bagaimana mungkin sampai hasilnya menjadi luar biasa? Jawabnya adalah: Ia masuk dalam kategori orang yang semakin besar tantangan yang dihadapi semakin besar tekad dan semangatnya dan semakin berkembang pula kreatifitasnya.
Tahun yang baru sudah didepan mata, masih gelap menyimpan mystery tapi bersyukur Tuhan kita telah lebih dahulu berada disana. Orang beriman tidak boleh hidup berdasar besar kecilnya tantangan tetapi berdasar “pengharapan” yang oleh Ibrani 6:19 mengatakan bahwa “ itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita.” Atau seperti yang diucap Paulus bahwa kita manusia hanyalah bejana saja tapi didalamnya menyimpan kekuatan Allah yang melimpah-limpah “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. 2 Korintus 4:7-9.
2015 punya lika-likunya sendiri. Pasti bukan terang benderang berpendar-pendar maupun beraroma mawar. Firman Tuhan melalui Yosua kepada umat Israel, yang seperti kepada kita juga yang – sering takut dan gentar – mesti menyeberangi Sungai Yordan kehidupan dan menghadapi semua masa depan yang penuh tanda Tanya: “Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.” Yosua 1:9. .***