Cinta Uang

Pengumuman Kabinet Kerja Jokowi-JK sempat membuat penasaran berbagai pihak. Sebelum pelantikan Jokowi – JK sebagai presiden, Jokowi sempat memberikan statement bahwa segera setelah pelantikan maka kabinet akan segera diumumkan namun statement-nya masih beliau lanjutkan bahwa, bisa saja satu hari kemudian atau lebih lama. Nyatanya pelantikan sempat molor cukup lama. Penundaan pengumuman kabinet bukan tanpa alasan. Jokowi – JK menginginkan pemerintahan yang bersih yang ditandai dengan para calon pejabat kementerian tidak ada catatan buruk dalam penyalahgunaan keuangan atau korupsi. Konon beberapa calon kemudian diganti berhubung calon tersebut memiliki catatan tidak bersih. Jokowi-JK bekerja sama dengan KPK untuk memberikan rekomendasi siapa saja calon menteri yang memiliki catatan tertentu.

Dukungan terhadap Jokowi-JK dengan dimulainya era calon menteri yang harus bersih diapresiasi oleh berbagai elemen masyarakat karena korupsi telah membudaya di berbagai lapisan masyarakat bahkan menembus tembok-tembok religius sehingga bukan hanya lembaga pemerintahan yang terbukti menyalahgunakan keuangan namun lembaga keagamaanpun telah terkontaminasi praktek kotor tersebut. Praktek kotor ini ternyata bukan hanya terjadi di bangsa kita seperti kementerian agama yang kasusnya belum terselesaikan hingga saat ini namun korupsi sudah merasuk tiang-tiang religi sejak zaman dahulu kala. Terlihat sejak zaman Yesus berada di atas dunia ini, salah satu muridnya, Yudas telah terjerat aksi suap. Dia menerima 30 keping uang perak untuk harga seorang Mesias. Meskipun pada waktu itu istilah korupsi mungkin belum muncul, tetapi suap ini adalah salah satu model korupsi. Penerima suap melakukan sesuatu seperti yang diingini oleh pemberi suap dalam hal ini untuk menyerahkan Sang Guru kepada para penguasa yang lalim.
Berjalannya waktu, suap terus menggerogoti lembaga para rohaniawan dalam hal ini gereja. Pada waktu Kaisar Constantine menjadi Kristen, kemudian istitusi Gereja dan Imperium Romawi menyatu dengan kekuasaan Gereja Katolik Roma, gereja mulai menggusur bentuk-bentuk kekuasaan yang lain. Pada saat itu pula praktek suap mulai berbentuk jual-beli jabatan gereja. Transaksi jual-beli kedudukan dalam birokrasi gereja tak tersentuh hukum. Mereka menganggap hukuman hanya diberikan di akhirat. Di dunia, seorang yang bersalah paling sial hanya diusir dari gereja, atau dipecat dari jabatannya. Pada saat itu pula terjadi jual-beli surat pengampunan dosa yang merajalela. Praktek yang menyebar pesat ini merupakan sumber penghasilan gereja yang amat penting.

Korupsi dengan kata yang diperhalus sebagai penyalahgunaan wewenang terus merasuk ke jemaat dari waktu ke waktu sampai pada saat ini. Ada yang bisa dibuktikan dengan nilai yang tidak sedikit namun ada juga yang lolos dari pembuktian para petugas yang ditunjuk organisasi. Tidak jarang dana yang seharusnya digunakan untuk pelayanan beralih fungsi. Memang, Tuhan memandang perlu akan pentingnya uang untuk pelayanan, dan setiap hamba Tuhan yang melayani jemaat berhak mendapatkan upahnya (1 Korintus 9:9-14). Tetapi tidak sedikit para pelayan Tuhan ini terjangkit penyakit “cinta uang” dan itu jahat dimata Tuhan (Roma 16:17-19).

Penyakit yang menyerang lembaga pengaman urusan keagamaan di Indonesia (Depag) “mungkin” menyerang semua lembaga agama di negeri ini bahkan sampai di gereja yang mengaku sebagai umat yang sisa. Keteledoran atau kesengajaan menggunakan “uang suci” dengan tidak mengikuti prosedur yang sudah diatur dengan ditempatkan pada pos yang tidak seharusnya, meskipun pos tersebut masih dalam pagar sebuah lembaga keagamaan tetap saja merupakan sebuah pelanggaran dan merupakan sebuah pelanggaran serius bila “uang suci” yang dikumpulkan umat itu ternyata digunakan untuk memperkaya diri sendiri.

Sangat disayangkan bila penyakit “cinta uang” tetap ada pada mereka yang menjadi “pekerja” di ladang Tuhan. Sangat disayangkan pula bila lembaga “rohani” tidak menjalankan sistem kontrol dengan sebaik-baiknya sehingga penyakit telah menjadi kanker yang membunuh bukan saja jiwa namun juga menggerogoti raga bila kemudian akibat telah menjadi sangat besar untuk ditanggung oleh si pelaku. Siapapun dia, anda atau saya, kita semua adalah hamba-hamba Tuhan yang patut diselamatkan, bukan hanya dari penyakit cinta uang namun diselamatkan dari dunia ini yang penuh dengan berbagai penyakit. Jadilah penolong bagi saudara kita sendiri dan bagi diri sendiri. Hindarkan segala bentuk penggunaan uang apapun yang bukan pada tempatnya. Saling mengingatkan, saling menasihati, saling mendoakan dan perlu pemimpin yang berani memberantas dan membenahi system sehingga tercipta imunisasi terhadap penyakit ini. ***