Kasih Baru Setiap Hari

Pada permulaan abad yang baru ini, jurang antara orang kaya dan miskin sangat besar. Fenomena ini sepertinya sementara berkembang dan jurang itu lebih hari lebih membesar. Menurut Willie Oliver, Direktur Pelayanan Keluarga General Conference, yang mengutip dari buku Karl Weber, “Generation We”:
⦁ Bill Gates bernilai $90 Milliar (sekarang lebih dari $100 Milliar). Jika dia memberi uang kepada semua orang di dunia, sekitar 7 miliar orang, sebesar $3.75 dia masih akan memiliki banyak uang sisa.
⦁ Rata-rata seorang lelaki lulusan universitas yang bekerja di atas 25 tahun di AS digaji $49,982, sementara perempuan digaji hanya $35,408
⦁ Untuk setiap dollar yang didapat oleh pekerja penuh sepanjang tahun yang berkulit hitam dan putih berhak akan 74 sen, perempuan kulit putih berhak akan 73 sen, perempuan kulit hitam berhak akan 64 sen, lelaki Hispanik berhak akan 61 sen, dan wanita Hispanik berhak akan 53 sen. Berapa banyak hak orang Asia di setiap satu dollar yang mereka dapati?
⦁ Upah Minimum Harian (UMR) di Amerika adalah $5.15 per jam atau sama dengan $10,712 per tahun untuk seorang pekerja penuh. 200 dari orang terkaya di dunia (4 wanita dan 196 pria) bernilai $1 Trilyun – cukup untuk member gaji kepada 93,3 juta orang dengan standar UMR Amerika.
⦁ Mayoritas dari mereka yang berpenghasilan UMR adalah wanita dan orang-orang berkulit warna (non-Caucassian).

Fakta-fakta di atas hanya merupakan suatu gambaran dari keadaan satu Negara di dunia, Amerika Serikat. Bagaimana dengan gambaran bangsa Indonesia? Dengan terang dari Perjanjian Baru mengenai kasih, apakah orang-orang Kristen harus ikut serta dalam mengklasifikasi manusia berdasarkan dengan ras, kelas, kelamin, kebangsaan mereka? Ataukah kasih harus menjadi dasar dari perlakuan kepada setiap orang tanpa memandang klasifikasi di atas ? Bagaimanakh kita dapat menghidupkan kasih sebagai suatu prinsip yang tertulis dalam Injil Yohanes yang mengajar kita untuk menghidupi hubungan-hubungan kita dengan sesama, untuk memberikan yang terbaik sesuai dengan kehendak Allah dalam hidup kita ? Mari kita lihat dalam Yohanes 15:9-12: “”Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.http://sabdaweb.sabda.org/bible/verse/?b=43&c=15&v=11 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.http://sabdaweb.sabda.org/bible/verse/?b=43&c=15&v=12 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.”

Sangat jelas bahwa Yesus berkeinginan agar kita saling mengasihi dan menghormati. Kadang-kadang dalam kehidupan kita sehari-hari, hal seperti ini mungkin terlupakan. Ini merupakan perintah Tuhan, (Yohanes 13:34-35). Mengapa Yesus harus memberikan perintah ini kepada murid-muridnya? Karena Yesus melihat tindak-tanduk mereka menjurus kepada perselisihan, sehingga akan timbul kebencian dan saling memusuhi.

Yesus ingin agar kita saling mengasihi sebagaimana Dia telah mengasihi kita. Kasih ini merupakan kasih yang radikal. Dia menjamah manusia sementara manusia memberontak terhadapNya. Di dalam Dia segala sesuatu yang telah jatuh dan rusak, berdosa dan berpenyakit, di panggil kepada keselamatan melalui FirmanNya yang hidup.

Di dalam abad ke 21 ini, kita semua dipanggil untuk memberitakan kepada dunia bahwa kita adalah warga negara Surga. Kita sementara menuju ke sana ! Apakah kita sementara menunjukkan ini kepada orang-orang lain bahwa kita saling mengasihi seperti perintah Yesus ? Apakah keluarga kita masing-masing bisa menjadi tolok ukur untuk kasih kepada sesame ?

Alkitab menyatakan bahwa:
⦁ Kita adalah umat yang terpilih, imamat yang rajani, milik Allah sendiri (1 Petrus 2:9)
⦁ Kita tadinya bukan suatu umat, tetapi sekarang adalah umat Tuhan.
⦁ Kita tadinya tidak memiliki rahmat Tuhan, sekarang menerima rahmatNya (ayat 10)
⦁ Kita tadinya adalah anak-anak kegelapan, sekarang melalui iman kita adalah anak-anak Allah (Yohanes 1:12)

Dalam paradigma ini, kita tidak bisa terjerumus dalam perangkap Setan untuk saling membenci. Karena kadang-kadang lebih mudah untuk mencintai seseorang yang berada di seberang lautan, yang hanya berkomunikasi lewat SMS dan Email, daripada mencintai orang yang berada serumah dengan kita, yang tidur seranjang dengan kita. Kristus ingin agar kita mengasihi sesama dan itu dimulai dari dalam keluarga kita masing-masing.

Dunia akan menjadi lebih baik ketika kasih Kristiani menang. Leonard Sweet, seorang professor seminari menceritakan peristiwa ini mengenai muridnya yang sudah mau di wisuda dan telah menerima penempatan di suatu gereja terpencil. Profesor Sweet mendengar pembicaraan dari murid ini dengan sahabatnya, dan sangat terkesima dengan jawaban dari sahabatnya ketika murid itu menyatakan kesedihannya karena ditempatkan di gereja terpencil. Jawaban sahabatnya adalah, “Kau tahu, dunia ini menjadi lebih beik karena Michaelangelo tidak mengatakan, “Saya tidak mencat langit-langit bangunan!” (Dia melukis langit-langit gereja St. Peter Basilica, salah satu hasil karyanya yang terbaik).

Leonard Sweet kemudian menggunakan jawaban sahabat muridnya dan menulis:
⦁ Dunia lebih baik karena seorang biarawan Jerman bernama Martin Luther tidak mengatakan, “Saya tidak menempel di pintu!” (95 aksioma di temple di pintu gereja RK di Wittenberg yang memulai Reformasi).
⦁ Dunia lebih baik karena seorang dari Oxford Inggris bernama John Wesley tidak berkata, “Saya tidak berkhotbah di ladang” (Dia mulai menginjil di ladang-ladang petani)
⦁ Dunia lebih baik karena Musa tidak mengatakan, “Saya tidak suka berbicara pada Firaun atau membantu migrasi besar-besaran!”
⦁ Dunia lebih baik karena Samuel tidak berkata, “Saya tidak bisa bangun kalau dipanggil sementara tertidur.”
⦁ Dunia lebih baik karena Daud tidak berkata, “Saya tidak berkelahi dengan raksasa.”
⦁ Dunia lebih baik karena Petrus tidak berkata, “Saya tidak menginjil kepada orang non-Yahudi.”
⦁ Dunia lebih baik karena Yohanes Pembaptis tidak mengatakan, “Saya tidak suka hidup di padang gurun.”
⦁ Dunia lebih baik karena Maria tidak mengatakan, “Saya tidak mau hamil dengan Roh Kudus.”

Saudara pembaca yang kekasih, dunia menjadi lebih baik karena Nelson Mandella tidak berkata, “Saya tidak suka berkhotbah.” Dunia menjadi lebih baik karena Ninoy Aquino tidak berkata, “Saya tidak suka menjadi martir bagi negara.” Dunia menjadi lebih baik karena anda tidak berkata, “Saya tidak mencintai pasanganku lagi.”

Sebagai penutup, mengutip Willie Oliver, “Dunia menjadi lebih baik – Puji Tuhan – karena seorang Galilea yang rendah hati dari Nazareth bernama Yesus Kristus tidak berkata, “Saya tidak mau mati di kayu salib!”

Dunia akan mengenal bahwa kita adalah pengikut-pengikutnya, bukan karena kita menyucikan hari Sabat, membayar perpuluhan, tidak minum kopi, tidak makan yang haram, tetapi karena cinta kita yang radikal terhadap sesama yang dimulai dari dalam keluarga, sampai ke jemaat, dan kepada seluruh dunia. Menyaksikan kasih Yesus agar orang mengenal Yesus. ***