Hupomone

Dalam bahasa aslinya kata “Hupomone” bisa diartikan [Grika/Ibrani: ketahanan (endurance), kesabaran / ketabahan / ketekunan (patience)] merujuk pada kitab Yakobus dalam pelajaran Sekolah Sabat Triwulan IV 2014 yang ditulis oleh Clinton Wahlen, PhD. Seperti ayat berikut ini mengatakan “Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.” (Yakobus 1: 3).

Semasa hidupnya Abraham Lincoln yang berlatar belakang pengacara (lawyer) di Illinois pernah mengalami kegagalan, namun karena ketekunannya akhirnya beliau menjadi presiden keenam belas terbaik AS tulis Dwight Nelson, DMin, dalam Renungan Pagi “Umat Pilihan” (The Chosen) 1 Oktober 2014. Dwight Nelson yang salah satunya adalah penulis berbagai buku dan artikel, kini beliau mengabdi sebagai pendeta senior melayani Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Jemaat Pioneer Memorial di kampus Andrews University, Michigan, AS. Saking harumnya nama Abraham Lincoln sampai salah satu produk mobil buatan AS menggunakan nama “Lincoln” termasuk mobil mewah di AS.

Berikut ini rentetan kegagalan Abraham Lincoln: ia pernah kehilangan pekerjaan (1832), kalah dalam persaingan merebut kursi dewan di Illinois (1832), kekasih hatinya meninggal dunia (1835), mengalami gangguan saraf (1836), kalah memperebutkan posisi dewan di Illinois (1838), kalah dalam pemilihan kongres (1843), ditolak jadi pejabat negara (1849), kalah dalam perebutan kursi senat AS (1854), kalah dalam persaingan merebut kursi wakil presiden (1856), kalah kembali dalam memperebut kursi senat AS (1858), baru terpilih jadi presiden (1860).

Tanggal 20 Oktober 2014 tergores dalam sejarah bahwa bangsa Indonesia kini memiliki presiden yang ketujuh yaitu Joko Widodo atau disingkat dengan panggilan “Jokowi.” Joko Widodo berdarah Jawa lahir pada 21 Juni 1961 adalah alumni dari Gadjah Mada University (UGM), Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Insinyur Kehutanan ini yang dengan ketekunannya di bidang mebel/furnitur sebagai usahanya pernah menjadi Walikota Surakarta dan Gubernur Jakarta yang kelima belas berasal dari Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P).

Sesudah dilantik dan pengucapan Sumpah Presiden Indonesia di depan anggota MPR, Presiden Joko Widodo dalam pidato perdananya antara lain beliau menyebutkan kerja keras dan gotong royong adalah yang terutama bagi semua lapisan masyarakat dan negara kita terkenal dengan negara bahari/kelautan perlu dikembangkan. Hadir dalam acara tersebut di antara orang penting/terhormat adalah Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Dengan menggunakan kereta kencana berkuda Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dielukan oleh masyarakat yang ditaksir 150.000 orang melewati Jalan Sudirman/Thamrin, Jakarta menuju Istana Merdeka.

Dalam pemihan umum (pemilu) tahun 2014 terdapat dua calon presiden dan wakil presiden yaitu Probowo Subianto berpasangan dengan Hatta Rajasa dari Koalisi Merah Putih (KMP) mendapat nomor urut satu melawan Joko Widodo berpasangan dengan Jusuf Kalla dari Koalisi Indonesia Hebat (KIH) mendapat nomor urut dua. Namun, hasil pemilu dimenangkan oleh nomor urut dua yaitu pasangan Joko Widodo dengan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden terpilih. Salah satu hal yang menarik ialah “blusukan” ala Jokowi yang mewarnai gaya kepemimpinannya. Tidak heran Mark Zuckerberg founder/COE Facebook, Inc yang berkantor pusat di California, AS waktu berkunjung ke Indonesia sempat blusukan dengan Jokowi di pasar Tanah Abang, Jakarta.

Maesa New York pada Sabtu (18/10) merayakan anniversary yang ke-35 di Empire Meadowlands Hotel, Secaucus, New Jersey menggelar “Minahasa Night” dengan tema: “Generasi demi generasi Maesa: Mengingat dan mengenang serta mencintai tanah leluhur Minahasa.” Acara ibadah dan perayaan dipandu oleh Tiffany Widjaja dan Robert Setlight selaku MC telah berlangsung dengan baik. Sambutan oleh Dr. Sinyo H. Sarundajang, Gubernur Sulawesi Utara (Tertulis), juga sambutan langsung antara lain oleh Bupati Minahasa, Drs. Jantje W. Sajow, MSi.; Konsul Jenderal RI di New York, Ghafur A. Dharmaputra; Ketua Maesa America, Jeffry Malonda.

Selain terdapat “cakalele” dan “maengket,” juga musik kolintang dan peragaan busana serta pagelaran seni budaya Minahasa yang dipaket dalam tiga sesi. Yang menarik antara lain tampilnya Bupati Minahasa memainkan alat musik kolintang serta peragaan busana “kain bentenan” yang merupakan ciri khas dari Minahasa, berkat ketekunan keluarga besar Laoh-Tambuwun dalam mengembangkan salah satu karya Minahasa. Hadir dalam acara selain Bupati Minahasa dan rombongan kesenian, juga dari negara bagian lainnya seperti California, Maryland, Virginia, Pennsylvania, New York, New Jersey, New Hampshire, Maine serta undangan lainnya.

Yesus memberikan perumpamaan dalam kitab Lukas 8 : 4-15 “Perumpamaan Tentang Seorang Penabur” (The Parable of the Sower). Orang banyak berbondong-bondong datang pada Yesus dari setiap kota dengan berbagai motif dan latar belakang. Dalam perumpamaan ini Yesus memberikan empat jenis lahan yaitu 1) di pinggir jalan, diinjak orang dan dimakan burung (ayat 5); 2) di tanah berbatu-batu, setelah tumbuh kering karena tidak mendapatkan air (ayat 6); 3) di tengah semak duri, semak duri tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati (ayat 7); 4) di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat (ayat 8). Setelah berkata demikian Yesus berseru: “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” (ayat 8).

Namun, murid-muridNya bertanya kepadaNya, apa maksud perumpamaan itu (ayat 9). Lalu Yesus menjawab: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.” (ayat 10). Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah (ayat 11). Penabur (sower) adalah Allah. Bandingkan Zakharia 10 : 9 “menyerakkan” (sow) dan Yeremia 31 : 27 “melimpahi” (sow).

Benih yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis yang mengambil firman itu dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan (ayat 12). ‘Jalan’ melambangkan jalan kehidupan, ‘diinjak’ melambangkan kuasa meremukkan, ‘burung’ melambangkan orang, ‘dimakan’ melambangkan dihancurkan.

Benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad (ayat 13). ‘Batu-batu’ di sini melambangkan mereka yang mengikuti ilah-ilah atau allah-allah lain. Boleh dikata mereka yang mendua hati atau setengah hati. Karena kurang beriman, maka kalah dalam pencobaan.

Benih yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang (ayat 14). ‘Semak duri’ melambangkan perangkap dosa. Keinginan duniawi membuat kita berdosa, terperangkap dengan harta dan pekerjaan, sehingga kuatir akan hidup dan rela meninggalkan kebenaran demi untuk memuaskan kesenangan sementara.

Benih yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan megeluarkan buah dalam ketekunan (ayat 15). Perumpamaan yang terakhir ini yang Yesus inginkan agar kita bisa berbuah lebat dan banyak orang menerima berkat dan menjadi teladan yang benar dalam hidup ini. ***