Setelah pelayanan TLP ke Panti Asuhan RAPI, satu kerinduan kami untuk bisa melayani di Universitas Klabat. Sebelum kedatangan TLP ke Manado, kami sempat menghubungi Pdt. Max Wauran bahwa TLP rindu untuk melayani di Unklab. Kerinduan ini disambut baik oleh Pdt. Max Wauran dan mereferensikan untuk menghubungi Pdt. Pierson Doringin sebagai assistant Pdt yang melayani di Unklab. Tak di sangka tak di duga, Pdt. Pierson Doringin pernah juga bernyanyi dengan beberapa anggota TLP pada saat masih berada di Jakarta.
Kami pun bertolak dari kota Manado sekitar jam 4.30 pm menuju ke Unklab. Perjalanan melewati outer ring road untuk menghindari macet, tetapi tetap juga kami harus berkendara selama 1 jam 30 menit sehingga bisa tiba di Unklab dengan selamat.
Setibanya di Unklab, tepat waktu buka sabat lalu kami bersyukur bisa berbuka sabat di gedung Gereja Unklab yang megah. Setelah itu, kami langsung menuju ke mimbar untuk melakukan check sound, mengingat kondisi gereja masih kosong. Waktu kami check sound, ruangan masih kosong sehingga suara kami seakan terpantul ke sana dan ke mari, berkejaran dengan suara music piano. Sempat membuat semua personel The Living Praise menjadi ragu karna tidak seperti biasanya. Tetapi salah satu personel senior TLP yang 16 tahun lalu sering bernyanyi di panggung ini tetap tenang karna tahu kalau nanti mahasiswa/I sudah masuk ke ruangan akan membuat suara tidak bergema. Anggota TLP pun mulai tenang dan berdoa agar Tuhan memberkati pelayanan di Unklab.
Mahasiswa/i mulai memasuki gereja yang megah, anggota TLP pun semakin tidak sabar untuk melayani malam itu. Sementara lagu pengantar di nyanyikan, Pengkhotbah yang malam ini khusus di bawakan oleh The Living Praise dalam hal ini Tommy Manawan sebagai alumni Unklab 1998, masuk ke mimbar bersama 2 orang dosen Unklab yang bertugas melayani malam ini.
Lagu dan doa pembukaan dilayangkan, di ikuti dengan lagu special dari TLP yang berjudul “Apabila Damai Perjalanan Ku” dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan dialek Manado.
Pembicara membawakan Firman Tuhan dalam buku Mazmur 22 : 1 – 4 “Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”. Firman Tuhan yang di selingi dengan pengalaman pribadi pembicara saat mulai merantau bekerja di Jakarta, melalui berbagai rintangan mulai dari peristiwa kerusuhan besar bulan Mei 1998, dilanjutkan bahkan sempat berurusan di kantor Polda Jakarta Selatan karna perusahaan di mana dia bekerja bangkrut sehingga harus mempertanggung jawabkan laporan keuangan perusahaan. Dalam kondisi seperti ini, sudah barang tentu akan bertanya: “Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku ?”. Tetapi Tuhan menjawab bahwa Dia tidak akan pernah meninggalkan engkau seperti anak yatim piatu.
Di tengah renungan, pembicara mengundang 2 buah lagu dari TLP berjudul “Grace” dan “Unredeemed” yang menguatkan kita bahwa hidup kita ini hanya karna Kasih Karunia dari Tuhan yang kita butuhkan setiap hari.
Renungan dilanjutkan dengan melihat bagaimana agar Doa kita bisa di jawab agar Tuhan tidak meninggalkan kita. Dalam Mazmur 22 : 4 mengatakan bahwa Tuhan akan bertakhta di atas puji-pujian, sehingga di dalam doa kita haruslah memuji Tuhan bukan berfokus pada diri kita. Di bagikan dengan pengalaman pelayanan pekerjaan Tuhan semasa pembicara bekerja di Vietnam, bagaimana Tuhan menjawab doa umatNya yang mau memiliki tempat ibadah dari yang seharusnya di bayar, tetapi Tuhan menjawab menjadi tidak sepeser pun uang yang dikeluarkan untuk menyewa tempat beribadah. Sampai saat ini, tempat ibadah ini masih tetap di gunakan oleh umat Advent yang berada di Hanoi Vietnam yaitu di Hanoi Club.
Oleh : Tommy Manawan – BAIT Jakarta