Pernahkah anda pikirkan bagaimana permainan Sepak Bola (soccer) dimulai? Kapan dan di mana permainan ini berasal? Mengapa banyak orang di dunia dewasa ini begitu tergila-gila pada Sepak Bola? Hampir setiap negara dan kultur memiliki referensi sejarah mengenai Sepak Bola. Asal muasal permainan Sepak Bola terdapat di setiap sudut geografi dan sejarah. Bangsa Cina, Jepang, Italia, Grika Purba, Persia, Viking, dan masih banyak lagi yang memainkan bola jauh sebelum era kita. Orang-orang Tionghoa sudah memainkannya sejak 3.000 tahun lalu. Grika Purba dan bangsa Roma menggunakan permainan Sepak Bola untuk meningkatkan dan menajamkan tenaga dan semangat para perajurit mereka agar berotot dan berkemampuan menghadapi musuh dalam peperangan. Di Amerika Selatan dan Tengah permainan sejenis yang bernama “Tlatchi” bertumbuh subur di sana.
Konon di Inggris-lah Sepak Bola benar-benar terbentuk. Itu dimulai pada tahun 1863 ketika asosiasi Sepak Bola dan rugby dibentuk terpisah. Dengan demikian Asosiasi Sepak Bola ditemukan di Inggeris. Pada bulan Oktober 1863, 11 perkumpulan dan sekolah Sepak Bola di Inggeris mengirim utusan mereka ke Freemason’s Tavern, Great Queen Street, London untuk mengklarifikasi dan mengusulkan peraturan-peraturan dasar yang mengatur jalannya permainan Sepak Bola yang dapat diterima semua perkumpulan. Rapat inilah merupakan tanda lahir Asosiasi Sepak Bola. Di sana dibahas dan diputuskan beberapa peraturan pertandingan, dan melalui beberapa kali rapat lagi diadakan sampai tanggal 8 Desember.
Tersebarnya permainan Sepak Bola ke seluruh dunia sebagian besar karena pengaruh Inggris terhadap negara-negara jajahannya. Walaupun lambat tetapi pengaruhnya mulai menyebar ke seluruh dunia. Negara-negara berikut yang membentuk asosiasi mereka ialah: Nederlands dan Denmark (1889), New Zealand (1891), Argentina (1893), Chile (1895), Switzerland , Belgium (1895, Italy (1898), German, Uruguay (keduanya di tahun 1900), Hungary (1901), dan Finland (1907). Ketika The Fédération Internationale de Football Association (International Federation of Association Football), yang terkenal dengan akronim FIFA dibentuk di Paris pada bulan Mei 1904 beranggotakan 7 penemu yaitu: France, Belgium, Denmark, the Netherlands, Spain (diwakili oleh Madrid FC), Sweden, dan Switzerland dibentuk, maka German Football Federation pada hari yang sama mengirim telegram dan menyatakan diri untuk diterima sebagai anggota. Secara mengherankan bahwa FIFA memiliki keanggotaan perwakilan dari berbagai Negara melebihi total keanggotaan PBB yang hanya 192.
Peraturan ranking sedunia FIFA dibaharui setiap bulan dan memutuskan memberi ranking bagi sebuah tim berdasarkan penampilan dalam pertandingan internasional, memenuhi persyaratan dan mematuhi peraturan persepakbolaan untuk bertanding bersih juga penampilan dalam pertandingan persahabatan. Sebagaimana yang perlu diketahui bahwa Pertandingan Sepak Bola mengharuskan para officials dan pemainnya bersaing dan bertanding sesuai peraturan yang telah disepakati dan diputuskan. Peraturan-peraturan tersebut menyangkut beberapa hal antara lain Lapangan pertandingan: mencakup tiang gawang (bundar), area penalty, tinggi tiang bendera di sudut lapangan, garis, lingkaran di tengah, tanah berrumput standard Internasional, kualitas dan ukuran bola. Bola out/in, offside kick, corner, hands’ ball, throw in, melempar, tendangan di dalam, jumlah pemain termasuk pemain cadangan (6 orang dalam pertandingan persahabatan), peralatan lapangan dan pemain, sepatu, kostum, alat pembuat garis, kekuasaan, keputusan dan tanggungjawab wasit. Wasit garis, bendera wasit, dll.
Masih banyak lagi peraturan sebuah pertandingan Sepak Bola yang boleh saya kemukakan di sini tetapi yang saya perhatikan dalam setiap pertandingan Sepak Bola atau pertandingan apa saja, bahwa sifat sportivitas seorang pemain sangat dihargai baik oleh lawan, kawan maupun penonton. Kepada penonton para pemain ini memperlihatkan dan menyuguhkan permainan yang cantik dan bersih disertai sportivitas tinggi sehingga walaupun mereka kalah sekalipun, mereka tetap merupakan idola penonton, kawan dan lawan dan dikenang sepanjang masa. Bila terjadi suatu permainan kasar dari lawan, maka pemain yang punya sifat sportif tidak pernah menjadi marah atau hilang kesabaran. Semua bermain untuk kepentingan tim. Bila seorang pemain mendrible bola dan sedang mendekat ke tiang gawang lawan, dan ada peluang baginya untuk menendang bola ke gawang tetapi ia melihat ada peluang lebih besar bagi temannya untuk memasukkan bola tersebut, ia segera memberi operan tepat kepada teman main yang mencetak gol. Semua pemain bersorak dan saling merangkul walaupun hanya seorang yang dielu-elukan oleh penonton dan bahkan wartawan. Dan ia yang mencetak gol ini tidak pernah menjadi sombong, disebabkan sportivitasnya itu.
Ketika terjadi pergantian pemain, maka pemain yang diganti, sekalipun ia seorang kapten kesebelasan, tidak akan merasa sakit hati. Kepada penggantinya ia tersenyum atas keputusan coachnya, memberi tepukan semangat kepada penggantinya disertai acungan jempol sambil saling memberi ”high five”. Ini merupakan sifat terpuji dari para pemain Sepak Bola di dunia, yang nanti akan mendapat sebuah piala yang juga akan diperebutkan dalam pertandingan-pertandingan berikut. Sportivitas dalam suatu pertandingan pernah dibahas oleh Rasul Paul sendiri dalam 1 Korintus 9:25 Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.
Salah satu unsur penguasaan diri yang diutarakan di atas ialah selain hidup teratur, bertarak, dan patuh kepada peraturan, sportivitas merupakan hal utama dari seseorang di arena pertandingan. Para penonton merasa puas karena suguhan permainan indah menarik dari pemain dan sikap sportivitas yang diperlihatkan di dalam dan di luar lapangan pertandingan.
Sebagai pelayan Tuhan dan pengerja Organisasi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK), masing-masing kita yang adalah ”pemain di arena organisasi Gereja” sudah mengetahui dan menguasai Policy Organisasi yang mengatur tata kerja dan tata cara pelayanan kita. Kita tahu bagaimana seorang Pemimpin, Pendeta atau Pengerja diangkat, dipekerjakan ataupun diganti. Pernah dalam sebuah rapat Konstituensi, kami memperhatikan ketika Ketua Divisi mengumumkan bahwa Komite Pemilih akan berkumpul di salah suatu ruangan. Segera pemimpin acara mengumumkan: ”Saudara-saudara para utusan Konferensi, mari kita nyanyikan lagu yang berjudul ’Janganlah lewatkan aku.” Sebagian besar wajah peserta terlihat cerah dan terdengar tepuk tangan meriah disamping wajah-wajah lain yang kelihatan tegang menunggu hasil keputusan Komite Pemilih. Pergantian Pimpinan di organisasi mana saja terlebih di Organisasi GMAHK setiap saat bisa terjadi. Kita harus memiliki sportivitas yang tinggi sehingga Organisasi GMAHK maju dengan pesat dan Tuhan dimuliakan serta dihargai dalam setiap tindakan-Nya.
Mari kita teliti Injil Yohanes 3:26,27 Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: “Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.” Jawab Yohanes: “Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. Kemudian Yohanes berkata lagi di ayat 30: ”Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”
Nasehat Ny. Ellen G. White dalam buku Alfa dan Omega Jilid 5, halaman 183 dan 184 berikut ini perlu kita simak secara cermat:
“Yohanes dipanggil untuk memimpin sebagai seorang pembaru. Oleh karena ini, murid-muridnya ada dalam bahaya mengarahkan perhatian mereka kepadanya, dengan merasa bahwa sukses pekerjaan itu tergantung pada segala usahanya, lalu lupa bahwa ia hanyalah suatu alat yang digunakan Allah dalam pekerjaan-Nya. Akan tetapi pekerjaan Yohanes tidaklah cukup untuk meletakkan dasar jemaat Kristen. Setelah ia melaksanakan tugasnya, satu pekerjaan yang lain harus dilakukan, yang tidak dapat dilaksanakan oleh kesaksiannya. Murid-muridnya tidak mengerti akan hal ini waktu mereka melihat Kristus datang untuk mengambil pekerjaan itu, mereka merasa cemburu dan kecewa.
Bahaya yang sama masih ada sekarang. Allah memanggil seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu; dan setelah pekerjaan itu dilakukannya sejauh yang sanggup dilakukannya, Tuhan membawa orang-orang lain pula, untuk melakukannya lebih jauh lagi. Tetapi, seperti halnya dengan murid-murid Yohanes, banyak orang yang merasa bahwa sukses pekerjaan itu tergantung pada pengerja yang terdahulu itu. Perhatian ditujukan kepada manusia gantinya kepada Tuhan, perasaan cemburu masuk, lalu pekerjaan Allah pun ternodalah. Orang yang dengan demikian dihormati berlebih-lebihan itu, tergoda untuk memelihara kepercayaan pada diri sendiri. Ia tidak menyadari ketergantungannya kepada Allah. Orang diajar untuk bersandar pada manusia untuk mendapat bimbingan dan dengan demikian mereka terjerumus ke dalam kekeliruan, dan tersesat jauh dari Allah.
Pekerjaan Allah hendaknya jangan memakai peta dan ukiran manusia. Kadang-kadang Tuhan akan menggunakan alat-alat yang lain, yang olehnya maksud-Nya dapat dilakasanakan sebaik-baiknya. Berbahagialah mereka yang sudi bila dirinya direndahkan, dengan berkata bersama Yohanes Pembaptis, ”Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”
Sifat dan sikap sportivitas yang telah dikembangkan oleh para pimpinan terdahulu kami salut setinggi-tingginya karena demikianlah umat-umat Tuhan yang telah berjuang dan berdedikasi untuk kemajuan pekerjaan-Nya di masing-masing bidang. Kalau dunia boleh tunjukkan sportivitas yang tinggi, lebih-lebih lagi pengerja dan umat Tuhan. Pekerjaan ini adalah milik Tuhan dan segala jerih lelah kita dicatat oleh-Nya di dalam buku Kehidupan. Mari kita teliti ayat terakhir ini dalam Pilipi 4:3 ”Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.” . ***