Adalah seorang muda bernama Victor melamar pekerjaan di peternakan. Ketika ditanyakan, apakah engkau mengetahui seluk beluk soal beternak? Dari wajahnya yang jujur ia menjawab “I can sleep on windy nights”. Walaupu si farmer tak mendapatkan arti jawaban tersebut, Víctor diterima dan langsung bekerja. Ternyata Victor adalah pekerja keras yang cermat. Pada suatu tengah malam angin dan hujan keras datang menerjang, si farmer terbangun dan langsung pergi membangunkan Victor tapi ia tak terjaga, tetap lelap. Segera saja si farmer mengambil keputusan bahwa besok pagi ia akan di berhentikan sambil berjalan mengecek ternak dan gudang makanan. Surprise, tidak ada pintu yang tercabut, semua ternak aman dan makanan terlindung dari badai malam itu. Victor masih tidur dan si farmer teringat dan mengerti arti “I can sleep on windy nights”. Cerita dari Uncle Arthur’s Bed-time stories ini mengilustrasikan dengan tepat tentang apa yang kita harus lakukan. Kalau kita menjaga harta Tuhan secara terencana dengan mengikuti prosedur semestinya, maka badai apapun yang muncul kita telah Siap. Sebagaimana kata Yesus, berjagalah dan berdoalah, kedua kata ini menjadi kata kunci disini. Sambil berjaga mempersiapkan segala sesuatu, kita pula berdoa agar diberikan akal budi dan kekuatan menghadapi situasi buruk, badai yang mungkin saja menimpa.
Ya, di dunia yang semakin tua ini malapetaka dan bencana datang silih berganti. Kehancuran serta kerusakan menyergap diwaktu yang tak diduga. Lihat saja ketika musibah datang di Negara tetangga kita Philippines beberapa tahun terakhir ini, diantara bangunan yang rusak nampak gereja kita ikut menjadi korban, hal ini terjadi karena adanya bencana . Rumah perbaktian dan sekolah kita rusak di berbagai tempat ketika gempa datang menggoyang bumi. Hal yang sama terjadi ketika air meluap di dataran Bolaang Mongondou minggu lalu. Sedangkan kota Manado harus bersiap bila curah hujan meningkat karena peristiwa 15 January 2014 dimana air menggenangi kota setinggi 1-3 meter dapat saja terulang. Hal lainnya yang perlu diwaspadai adaah api yang dapat melalap seluruh bangunan seperti di Perguruan Advent Salemba.
Bukan hanya alam yang ditakutkan tapi faktor manusia juga perlu diperhitungkan sebagai penyebab malapetaka. Dibeberapa tempat pengalaman mengatakan bahwa kerusakan rumah ibadah terjadi karena kesengajaan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Jemaat yang tiba-tiba kehilangan Rumah Ibadah akan sangat mengalami kesulitan dalam berbakti. Untunglah banyak jemaat yang mempunyai pandangan kedepan untuk “berjaga dan berdoa” dengan mengasuransikan bangunan gereja serta bangunan sekolahnya. Namun sangat di sayangkan bahwa masih ada beberapa bangunan gereja yang jumlah pertanggungan asuransi jumlahnya tidak memadai malah ada yang tidak diasuransikan sama sekali.
Ketika musibah datang, claim yang didapat tidak mencukupi karena under coverage atau tidak mendapatkan apa-apa karena alpa memasukan nama gereja kedalam daftar asuransi di kantor Konferens atau Mission. Di Indonesia, premium asuransi bangunan gereja dan sekolah tidaklah besar. Dibeberapa tempat, mission / konferens yang membayarnya dan dilain tempat biaya di share ataupun ditanggung jemaat. Namun yang utama adalah, apakah diasuransi? Apakah coverage nya memadai?.
Hari ini, 78 tahun lalu, Gereja Advent menjadi denominasi pertama memiliki perusahan asuransi. Ikhtiar telah di mulai oleh William A. Benyamin, penjual mesin ketik dengan modal $25,000. Tahun 1936 organisasi ini telah dimulai dengan menggunakan nama General Conference Insurance Service (GCIS) kemudian berturut-turut berubah menjadi Gencon Company, General Conference Risk Management Service (GCRMS) dan sejak tahun 1995 mempunyai nama baru, Adventist Risk Management, Inc. disingkat ARM. Wadah baru ini menyediakan quality risk management programs kepada gereja meliputi health care, personal risk, property / casualty, claims services and risk identification and control di 190 negara. Bertemakan 75 years of providing solutions to minimize risks, institusi yang dimiliki GMAHK ini melayani jemaat Tuhan.
Dulu dijamannya Ny. White program asuransi belum teratur – orang dapat membeli asuransi jiwa untuk jiwa orang lain yang tidak dikenal dengan maksud mendapatkan keuntungan. Hal ini telah mendatangkan banyak persoalan dan kesusahan dikalangan masyarakat dan gereja. Itu sebabnya Ny. White menganjurkan untuk tidak memasuki bisnis semacam ini. Sekarang jaman telah berubah, program asuransi dikelola secara profesional. Untuk asset, resiko dapat diminimalisasi, dapat di sebar dan dibagi, bahkan dipindahkan sehingga bangunan milik jemaat mendapat proteksi penuh. Ide dibalik asuransi adalah lebih banyak orang atau lembaga yang ikut menanggung sehingga beban resiko menjadi kecil dan ringan.
Sebuah pertanyaan muncul, apakah bangunan gereja dan sekolah anda telah di asuransi dengan jumlah yang memadai? Hal ini perlu di check dan di update setiap tahun dengan berkoordinasi dengan kantor konferens / mission. Semua kita ingin aman sehingga “We can sleep on windy nights”. Bukankah Alkitab banyak menceritakan mengenai harusnya kita memahami nilai-nilai persiapan, pentingnya details dan sadar akan resiko? Sebab Injil itu sendiri – yakni kabar keselamatan, sesungguhnya adalah the greatest loss control story ever told.