Nilai Pelayanan Bersama Kristus

“Perubahan harus terjadi dalam kehidupan dan nilai kerohanian kita, jika Tuhan mau menyanggupkan kita untuk digunakan secara efektif dalam menyatakan Kristus kepada dunia dan dalam menyelamatkan jiwa bagi KerajaanNya.”

Apa arti Kristus bagi kita? Bagaimana Ia mempengaruhi hidup kita? Bagaimana hal ini terpantul dalam hubungan kita dengan Yesus, sesama manusia dan dengan dunia yang sangat membutuhkan kita? Apa peran kunci kita sebagai orang Kristen, anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) dalam dunia saat ini? Apakah kehidupan dan pelayanan kita benar-benar efektif dan berhasil?

Pilipi 3:7-11 Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.

Paulus seperti juga kita selalu memikirkan laba rugi suatu tugas, jabatan, posisi, kehidupan, keturunan atau apa saja. Namun hal yang paling menakjubkan ialah bahwa nilai kesadarannya berubah. Apa yang membuat ia berubah dalam loyalitas, misi, tujuan dan hidupnya?

Pilipi 3:4-6 Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.

Sekarang perhatikan keunggulan Paul. 2 Korintus 11:23 Apakah mereka pelayan Kristus? — aku berkata seperti orang gila — aku lebih lagi! Kemudian muncul daftar keunggulannya sebagai seorang hamba Allah, pelayan Kristus. Ia membuktikan kasih setianya kepada Tuhan dan kerinduannya untuk melayani pekerjaan-Nya. Malahan Paul ini demi kebenaran Kristus, kelihatannya seperti orang yang selalu mencari-cari masaalah dan sedia menerima risiko apa saja dalam melayani Tuhannya.

Pilipi 3:10,11 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.

Kerinduannya ialah memiliki hubungan yang dalam dengan Tuhannya. Ia belum puas kalau hanya mengenal-Nya saja. Ia juga tidak merasa puas kalau hanya mengulangi apa yang dikatakan orang lain mengenai hubungan mereka dengan Kristus. Ia sendiri mau mengenal Kristus lebih baik, secara pribadi dan secara intim.

Dari semua rasul, Pauluslah yang memiliki pengalaman spektakular (yang mengagumkan) tentang kuasa kebangkitan Yesus. Dan ia merasa belum cukup kalau hanya menceritakan apa yang Tuhan telah buat baginya di jalan ke Damaskus. Yang diperlukannya ialah manifestasi (pembuktian/penyataan) harian dari kuasa yang sama tersebut dalam hidupnya.

EGW, DA 225 ”Dari semua pemberian yang Surga dapat berikan kepada manusia, persekutuan bersama Kristus dalam penderitaan-Nya merupakan suatu kepercayaan terpenting dan penghargaan tertinggi.”

Paul mengerti dalam pengalamannya jenis kematian yang telah diambil Kristus. ”Aku tersalib dengan Kristus” (Galatia 2:20). ”Aku mati setiap hari” (1 Korintus 15:31). ”Kerap kali dalam bahaya maut” (2 Korintus 11:23). ”Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami” (2 Korintus 4:10). ”Sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia” (Galatia 6:14).

Ketika menghadapi kematian ia tidak memarahi, menyumpahi atau mengutuki mereka yang menjatuhkan hukuman baginya, tetapi ia berkata: 2 Timotius 4:6-8 Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

Kemudian ia teruskan dalam membanggakan dirinya secara rohani. Ia ingin agar menjadi apa saja bagi sesama manusia dalam usahanya untuk menyelamatkan mereka dan menuntun mereka ke dalam hubungan kasih sayang dengan Kristus.

1 Korintus 9:19-23 Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.

Paul masih saja tertarik dalam perhitungan laba rugi, tetapi sekarang dalam sistim pembukuan yang berbeda. Sebelumnya ia memperhitungkan untung rugi keturunan dan kebendaan. Ia tidak ambil pusing bahkan sedikit sekali memperhatikan orang lain selain dirinya sendiri. Tetapi sekarang semuanya lenyap. Ia bukan lagi tertarik kepada materi, tetapi tertarik kepada Kristus dan ditarik oleh Yesus Kristus. Sekarang ia ditarik oleh suatu kuasa, yaitu kuasa kasih Kristus.

1 Korintus 9:16 Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil. Sekarang ini seluruh energinya, perhatiannya, dan tujuannya berpusat pada manusia. Tidak ada lagi kerinduannya untuk memusatkan perhatian pada dirinya. Ia ingin menjadi sesuatu atau tidak menjadi apapun – ia rindu menjadi seorang Yahudi, seorang terpenjara, seorang tertuduh, seorang bebas, seorang yang lemah. Yaitu menjadi semua untuk semua orang. Untuk maksud apa? ”Supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.”

Apa yang membuat perubahan ini? Ia melihat Yesus di jalan ke Damaskus dan sejak itu ia tidak lagi Paul yang sama. Tuhan telah menangkapnya dan menjadikan dia pelayan-Nya yang mau melakukan apa saja dan mengasihi Tuhannya. Kerinduan terbesarnya sekarang ialah bekerja bagi Tuhan dan membagikan kasih-Nya kepada sesama. Ia mau diutus kemana saja, kapan saja, mengerjakan apa saja dan mengalami pengalaman-pengalaman apa saja, manis atau pahit, semuanya demi Kristus.

Hal-hal apa yang menguntungkan kita? Kedudukan/Posisi, pemimpin, makanan, pakaian, rumah, mobil, harta, anak-anak yang telah berhasil, penghargaan, pendidikan, keturunan, warna, latar belakang Advent, posisi di masyarakat, citizenship, pengetahuan yang luar biasa mengenai kebenaran, catatan pencapaian prestasi, pengalaman kerja (atau track record) kita, reputasi pencapaian, promotor/administrator, keorthodoksan kita? Apakah semua hal ini penting bagi kita?

Bila memperhatikan daftar kebanggaan Paulus maka empat hal yang pertama sama sekali sudah memang demikian tanpa ditawar-tawar lagi. Tiga hal yang sisa semuanya legalistik dan berpusat pada diri sendiri. Tidak heran ketika ia bertemu Yesus, ia bersedia membuang semuanya yang dianggap sampah dan sama sekali tidak bernilai.

Berapa jujurkah kita terhadap apa yang kita anggap bernilai? Apa benar kita anggap semua itu sampah agar kita bisa melibatkan diri dalam misi Yesus Kristus untuk menyelamatkan sesama manusia? Maukah kita menjadi segala-galanya agar sedapat mungkin memenangkan beberapa dari mereka? Memenangkan, pelajar, guru, mereka yang terbuang, terpenjara, orang berdosa, putih, hitam, orang desa, orang kota, mereka yang menderita, berduka, mereka yang berada di desa terpencil, dan seterusnya kita dapat tambahkan daftar ini.

Jika kita sudah tiba pada titik di mana kita hanya mementingkan orang lain lebih dari benda atau diri; bila kasih kita lebih besar bagi orang lain demi keselamatan mereka, maka misi Kristus berhasil dan dipenuhi dalam kita. Dan Ia dapat bekerja melalui kita untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya dan menyegerakan kedatangan-Nya. Ini adalah peran yang dirancang Allah bagi umatNya, yaitu saudara dan saya.