BIR DAN ANGGUR: NASIHAT ALKITAB

Bukankah Alkitab merujuk kepada sejumlah tempat untuk anggur dan minuman keras? Bukankah kita agak sering menjumpai orang memium alkohol dalam Alkitab? Tidak dapatkah kita beranggapan, kemudian bahwa secara umum tidak mengutuk meminum minuman-minuman beralkohol? Adalah benar bahwa kita sering menjumpai orang untuk meminum minuman beralkohol dalam Alkitab dan bahwa Kitab Suci membicarakan minuman-minuman beralkohol, tetapi kita perlu berhati-hati untuk jangan membaca terlalu banyak ke dalam pandangan dangkal teks-teks tersebut. Ketika Alkitab Perjanjian Lama berbahasa Inggris kita merujuk ke alkohol, mereka secara umum menggunakan kata-kata anggur atau minuman keras. Jadi pengujian apapun dari sikap Perjanjian Lama terhadap alkohol haruslah mengingat akan kata-kata berbahasa Ibrani yang berbeda yang diterjemahkan ke dalam dua istilah bahasa Inggris ini.
       Istilah minuman keras tidak menyajikan masalah-masalah terjemahan utama sebab hanya satu kata Ibrani, shekar, tertera di belakangnya. Tetapi namun demikian, terjemahan kata strong drink (minuman keras) adalah lebih umum dari pada yang seharusnya. Para pembaca modern boleh jadi memikirkan dengan baik minuman keras sebaik minuman yang disuling. Tetapi itu bukanlah apa yang Alkitab maksudkan oleh istilah shekar. Sejak proses penyulingan alkohol tidak berkembang sampai sekitar tahun 500 M, minuman paling keras beralkohol yang orang dapat buat di zaman Alkitab yang berisikan 14 persen kadar alkohol, perkiraan maximum diproduksi oleh fermentasi alami. Fakta ini mengatakan kita bahwa istilah minuman keras secara pasti memberikan lisensi untuk meminum apa yang kita ketahui sekarang ini sebagai minuman keras.

     Jikalau alkohol disuling itu bukanlah apa yang dimaksudkan Alkitab oleh kata shekar, apa artinya itu?  Di sinilah di mana bahasa-bahasa kuno yang dikaitkan dengan bahasa Ibrani dapat menolong.  Dokumen-dokumen yang tertulis dalam naskah berbentuk huruf paku yang ditulis diatas tablet-tablet tanah liat mengatakan kepada kita bahwa orang-orang Babilonia memiliki minuman keras beralkohol yang mereka sebut shikaru. (Perhatikan bagaimana kesamaan perkataan Babilonia ini dengan kata Ibrani shekar.  Sebenarnya itu adalah kata yang sama dengan dua kata terkait dengan bahasa-bahasa semitik)   Beberapa dari tablet tanah liat ini menceritakan kepada kita bagaimana shikaru itu dibuat jadi kita dapat dengan mudah menentukan apa minuman keras yang mereka sedang jelaskan.  Dari gandum, orang-orang Babilonia membuat semacam bubur yang dibiarkan sampai menjadi beragi.  Dengan kata lain, bahwa tablet-tablet ini sedang membicarakan tentang membuat shikaru adalah sedang membicarakan membuat bir.  Oleh sebab ayat-ayat Alkitab tersebut  menggunakan kata shekar sedang merujuk kepada minuman yang sama, maka mereka sedang membicarakan juga tentang bir.      

    Ini adalah sesuatu yang sangat relevan  untuk masyarakat modern kita.  Disinilah ayat-ayat Alkitab sedang bicarakan mengenai bir-minuman keras yang diiklankan dengan cara yang luas di TV Amerika dan dinikmati secara luas oleh khalayak ramai Amerika.  Dan apa pandangan yang Alkitab ambil terhadap minuman keras ini?  Satu pandangan yang amat suram dan benar-benar negatif. Dari 21 ayat Perjanjian Lama yang menyebutkan shekar (bir), maka ada 19 ayat yang secara kuat mengutukinya. Dua ayat lainnya memaparkan kasus-kasus yang khusus (kita akan diskusikan salah satunya kemudian).  Perjanjian Baru menyebutkan minuman keras yang sama ini hanya sekali dan melarang penggunaannya oleh Yohanes Pembaptis saat ia sedang bertumbuh dewasa.  Untuk memberikan sesuatu gambaran yang disampaikan 19 ayat-ayat Perjanjian Lama, mari kita lihat apa yang beberapa dari ayat tersebut katakan tentang shekar:  Ulangan 10:9 melarang penggunaannya oleh para imam didalam pelayanan;  Bilangan 6:2, 3 melarang orang-orang yang bernazar untuk meminumnya;  dalam Hakim-hakim 13:3, 4 seorang malaikat mengamarkan ibu Simson untuk tidak memuumnya selama kehamilannya;  dalam Ulangan 29:5, 6 Allah mengatakan kepada orang-orang Israel bahwa Ia tidak menyediakan minuman keras ini bagi mereka di dalam pengembaraan mereka di padang gurun. Ada juga cerita menarik dari Hana.  Ia pergi ke kaabah di Siloh dan berdoa dengan begitu sungguh-sungguh tentang fakta bahwa ia tidak punya anak sehingga imam menuduhnya mabuk dengan shekar.  Ini ia tolak.  Lihat 1 Samuel 1:15.

        Nabi-nabi Yehuda di abad kedelapan sebelum masehi, secara khusus giat di dalam pengutukan mereka akan minuman keras, atau bir. Yesaya menyebutnya delapan kali, dan masing-masing rujukan dengan kuat aalah negatif. Ia mengucapkan satu kutukan terhadap mereka yang meminumnya (Yesaya 5:11) dan mencatat bahwa itu tidak akan membawa keriangan bilamana Allah mengutuki tanah mereka (Yesaya 24:9). Ia menandaskan bahwa bir menyebabkan orang berjalan terhuyung-huyung (Yesaya 29:9) dan bahwa imam-imam dan nabi-nabi palsu adalah dua kelompok yang secara khusus berjalan sempoyongan yang disebabkan miuman keras itu (Yesaya 28:7). Nabi Mikha mencatat bahwa umat Israel menginginkan justru jenis pemimpin ini yang akan menyetujui penggunaanya (Mikha 2:11). Amsal 20:1 berbicara tentang orang yang terhuyung-huyung dan mengadakan keributan sebagai dua efek sampingnya.

        Dengan demikian kita melihat hampir sebuah kutukan universal terhadap bir dalam Perjanjian Lama. Tetapi bagaimana dengan Ulangan 14:22-28? Ayat ini nampaknya tidak mencocokan polanya; nampaknya itu mengindikasikan bahwa orang-orang iasrael sebenarnya dapat membayar sebagian dari persepuluhan mereka dari bir. Beberapa sudah dilihat di dalam hal ini sebuah lisensi modern untuk miuman bir.

     Pertama, kita harus berhati-hati mencatat bahwa Ulangan 14 sedang terkait dengan penggunaan khusus di bawah lingkungan khusus.  Pasal ini mengangkat pokok bahasan persepuluhan  di dalam ayat 22 an 23.  Di dalam bagian kemudian, itu membiarkan mengenai apa yang boleh disebut “persepuluhan yang ditahan.”         

Apa yang dibicarakan semua hal ini?

  Ulangan 14 mengidentifikasikan persepuluhan sebagai persediaan makanan dan minuman tertentu yang orang-orang Israel bawa ke lokasi bagian tengah kaabah bangsa itu. Ketika persepuluhan dibayarkan secara teratur dan tepat waktu, hasil-hasil yang dipersembahkan mencakup anak domba dan anak sapi yang baru lahir, minyak peras yang masih baru, anggur baru yang tak beragi atau jus anggur (tirosh), dan gandum. Semua produk segar ini adalah berasal dari hasil panen tahunan pertanian yang masih baru.
        Tetapi apa yang orang Israel lakukan jikalau untuk beberapa alasan ia tidak dapat membawa hasil-hasil yang masih segar ini ke kaabah? Ia harus mengadakan penggantian, dan inilah penggantian yang ayat-ayat (24-26) itu jelaskan.     
   
Ayat 24 memaparkan masalah: yakni seorang Israel yang tidak sanggup mencapai kaabah tepat waktu untuk membawa hasil-hasil panen yang masih segarnya. Ayat 25 memaparkan solusi yang menengahi masalahya: ia harus menukar persepuluhanya dengan uang perak dan menyimpan uangnya sampai hingga ia sanggup pergi ke kaabah. Ayat 26 memberikan langkah akhir di dalam memaparkan persepuluhan yang ditahan. Ketika ia tiba di kaabah, orang Israel diwajibkan membeli beberapa hasil pertanian yang sama yang ia harus bawa lebih awal dan memakan persepuluhan di hadapan Tuhan.     
    Tetapi produk-produk yang ia belanjakan untuk persembahan kurban santapan berupa persepuluhan haruslah yang sudah matang atau dewasa untuk menunjukkan secara simbolis bahwa penyajian persepuluhan itu berlangsung terlambat. Dengan demikian ia tidak lagi menyajikan seekor anak domba; ia berbelanja seekor domba yang dewasa untuk korban santapan. Ia tidak menyajikan seekor anak lembu, tetapi seekor lembu jantan yang sudah dewasa. Gantinya jus anggur yang segar (tirosh) ia menyajikan yayin, anggur yang sudah beragi dengan berlalunya waktu. Dan ia tidak lagi menyajikan anggur; ia menyajikan bir yang sudah dibuat dari gandum. Di dalam masing-masing kasus, korban santapan persepuluhan yang ditahan terdiri atas benda-benda yang dipilih cocok dengan dan menunjukkan perkembangan produk pertanian yang seharusnya sudah disajikan dengan asli. Walaupun kelihatan tidak jelas, hal ini sebenarnya mencakup sebuah pemberian hukuman (sangsi) berupa riba oleh karena lembu jantan harganya lebih mahal dari pada seekor anak lembu dan domba jantan dewasa lebih mahal dari seekor anak domba.
        Di bawah lingkungan khusus ini, penggantian simbolis akan bir bagi gandum sebelumnya ketika menyajikan “persepuluhan yang ditahan” sama sekali tidak dapat diambil sebagai sebuah lisensi bagi penggunaan rekreasi yang tak terlarang dari bir di waktu kemudian atau sekarang. Khususnya ketika bir itu dikutuki di mana saja di dalam Perjanjian Lama.
        Ketika kita kembali ke pokok persoalanan anggur dalam Kitab Suci, kita menemukan dua kata utama—tirosh yang biasanya merujuk kepada jus anggur di dalam keadaannya yang tak beragi (tak terfermentasi), cara yang berasal dari perasan sari buah hasil pertanian yang baru, dan yayin, satu kata dengan pengertian-pengertian yang kurang jelas.

     Dalam 30 dari 38 rujukkan kepada tirosh didalam Perjanjian Lama itu dipasangkan dengan gandum dan minyak, atau minyak sedirian, sebagai hasil-hasil panenan yang digunakan  untuk persepuluhan dan pajak, dan lain-lain.  Ada tiga ayat (Mikha 6:15; Yesaya 62:8) merujuk kepada tirosh sebagai produk dari anggur;  empat ayat (Amsal 3:10; Yoel 2:24; Mikha 6:15; dan Hosea 9:2) berbicara tentang tirosh yang dihasilkan oleh memerasnya.  Hanya satu ayat (Hosea 4:11) menyarankan bahwa tirosh boleh menghasilkan  kemabukan-dan ayat ini sebenarnya mungkin merujuk kepada fermentasi awal atau kepada praktek mencampurkan anggur lama dengan yang baru (difermentasi). 

     Dengan demikian tirosh mucul untuk merujuk hampir secara ekslusif kepada angur tanpa fermentasi atau jus anggur. Tetapi yayin, kata utama yang lai yang Alkitab gunakan untuk anggur, secara jelas berarti anggur fermentasi di dalam kebanyakan kasus.  Perjanjian Lama menggunakan kata yayin sebanyak 140 kali.  Sebelum mengkaitkannya dengan ayat-ayat khusus, marilah kita memperoleh tinjauan umum terhadap penggunaannya di dalam Alkitab.  Oleh perhitungan saya, Alkitab memaparkan kata yayin di dalam terang yang negatif sebanyak 60 kali, kira-kira lebih 60 kasus sekedar menyebutkannya tanpa mengadakan penilaian, dan hanya 17 rujukan yang memungkinan untuk mengatakan sesuatu yang positif tentangnya. Sehingga yayin, anggur fermentasi, lebih sering dibicarakan secara negatif dari pada secara positif.        
     Pada sisi negatif, pertama-tama, adalah cerita-cerita di dalam mana anggur fermentasi menghasilkan akibat-akibat yang buruk.  Tidak banyak (jikalau beberapa saja) naratif sejarah di dalam Perjajian Lama menyebutkan satu hasil-hasil yang menguntungkan dari penggunaan anggur, tetapi beberapa berakhir dengan mendapat malapetaka: sebagai contohnya kemabukan Nuh (Kejadian 9:21); Lot (Kejadian 19:32-35);  Nabal (1 Samuel 25:36, 37);  Amnon (2 Samuel 13:28);  Belshazzar (Daniel 5:1-3);  dan Ahasyweros (Ester 1:1-10). Yesaya (51:21);  Yeremia (23:9); Hosea (4:11; 7:5);  Yoel (1:5); dan Habakuk (2:15) adalah di antara nabi-nabi Alkitab yang menguraikan penyakit-penyakit  yang timbul, baik fisik maupun moral, yang mana diakibatkan produksi anggur yang memabukkan.                               
                                                                                               Amsal 23:29-35 menjelaskan akibat-akibat langsung anggur (mata merah dan penglihatan kabur), akibat-akibat langsung sosial (perkelahian dan luka-luka), maupun akibat-akibat jangka panjang (kesengsaraan dan kesusahan.  Di lain tempat, kitab Amsal merujuk kepada anggur yang menghasilkan kemakmuran (21:17) dan kekerasan (4:17). Yesaya menambahkan bahwa anggur itu menipu pikiran (28:7), meradangkan jiwa seseorang, dan menuntun kepada melupakan Allah (5:11, 12).

        Ayat–ayat yang menguraikan beberapa fungsi tertentu dari anggur seharusnya jangan diabaikan, tetapi mereka seharusnya ditempatkan di dalam perspektif. Tiga ayat (Mazmur 104:15; Pengkhotbah 9:7; 10:19) menyebutkan bahwa aggur dapat membuat hati senang dan membawa kegembiraan. Ini menunjukkan sebuah kehati-hatian terhadap efek-efek langsung secara fisiologis dari alkohol, tetapi ayat-ayat ini perlu ditempatkan sejajar dengan banyak pernyataan Alkitab lainnya yang menyebutkan akibat-akibat jangka panjang yang tidak menguntungkan.

Pengkhotbah 9:7 dan 10:19 nampaknya secara dangkal boleh memberikan persetujuan untuk memanjakan diri dalam Alkohol. Dalam sedikit filsafat kuno, Pengkhobah 9:7 mengatakan, “Pergilah, makanlah rotimu dengan kesukaan, dan minumlah anggur dengan hati yang gembira; karena Allah sudah menyetujui apa yang engkau lakukan” RSV. Adalah penjelasan dari penyelidikan penulis bagi hal-hal itu yang membawa arti kehidupan. Ayat ini sedang mengulas bahwa manusia patut diisi dengan tugas-tugas umum, termasuk makan dan minum, bahkan minum anggur. Betapapun, kitab Pengkhotbah berakhir dengan perjumpaan penulis terhadap kebaikan yang lebih besar untuk menyediakan arti dalam kehidupan-bahwa manusia harus takutkan Allah dan memelihara hukum-hukum-Nya (Lihat pasal 12:13). Semua pengalaman di dalam mana penulis menemukan arti kehidupan memudar di dalam makna di samping ini.

        Sekurang-kurangnya ada 7 ayat Alkitab lainnya yang muncul membicarakan dengan menyenangkan kata Ibrani yayin tersebut dengan memakai perbandingan; mereka tidak sedang berbicara secara langsung mengenai anggur itu sendiri. Contohnya, Kidung Agung menggunakan satu perbandingan dengan anggur empat kali (1:2, 4; 4:10; dan 7:9) membawa keluar sang mempelai wanita. Hosea 14:7 menggunakan bau wangi anggur dari Libanon sebagai perbandingan. Amsal 9:5,6 menggunakan anggur secara figuratif dalam mengatakan mengenai “meja makan kehidupan” yang hikmat sediakan. Amos 9:14 Zakaria 10:7 menggunakan kegembiraan yang anggur ciptakan sebagai kiasan bagaimana umat Allah bersukaria pada masa kemenangan-Nya yang akhir.

     Anggur juga digunakan sebagai minuman persembahan di dalam pelayanan di kaabah, seperti yang kita sudah lihat bahwa bir digunakan di dalam penyajian persepuluhan yang ditahan.  Persembahan-persembahan berupa minuman ini dituangkan di samping mezbah;  mereka tidak diminum oleh para imam.  Dengan sendirinya kebanyakan ayat yang menyebutkan anggur secara menyenangkan sebenarya menggunakannya secara figuratif di dalam perbandingan.  Beberapa berbicara tentang akibat-akibat fisiologis langsungnya.  Tetapi jelas sekali mayoritas menjelaskan akibat-akibat merusaknya-sedemikian rupa sebagai tindakan-tindakan jahat di dalam hubunganya dengan minuman anggur. Yesaya, contohnya, menghubungkan anggur dengan pengambilan uang suap.  Lihat Yesaya 5:22, 23. Amos mengabungkan anggur dengan mencemarkan hal-hal yang sakral. Lihat Amos 2:8.

        Dalam ringkasannya, para penulis Alkitab Perjanjian Lama mengangkat empat dakwaan melawan anggur. Pertama, mereka mengakui akibat-akibat fisik yang merugikan-matah memerah, penglihatan kabur, berjalan terhuyung-huyung, dan kemabukan secara umum. Kedua,mereka mengakui akibat-akibat buruk jangka panjang secara moral-beragam jenis perilaku tak bermoral dan tak etis yang sejajar dengan akibat-akibat sosial dari tindakan-tindakan tersebut. Ketiga, mereka mengidentifikasi contoh-contoh khusus dari perilaku tersebut dan kaitannya mereka dengan pribadi-pribadi tertentu. Keempat, oleh sebab akibat-akibat tersebut, mereka melarang kelas-kelas dan individu-individu tertentu meminum anggur apapun.

     Bertentangan dengan gambaran negatif besar ini, kira-kira satu-satunya citra positif yang Alkitab berikan dari alkohol adalah tiga ayat yang mencatat alkohol dapat menghasilkan satu keadaan semberono (dengan pasti satu penyelidikan fisiologis yang absah).  Para penulis Alkitab  juga sering kali menggunakan anggur untuk menggambarkan beberapa perbandingan yang menyenangkan di dalam gaya bahasa kiasan. (Namun mereka juga menggunakan anggur untuk melambangkan beberapa perbandingan yang tak menyenangkan. Lihat “anggur dan amarah” dalam Mazmur 75:8  dan Yeremia 25:15).

        Bagaimana kemudian seharusnya kita mengkaitkan secara pribadi dengan alkohol di dalam pandangan terhadap gambaran yang menyeluruh diberikan dalam Perjanjian Lama? Jikalau seseorang mengambil gambaran menyeluruh ke dalam perhitungan dan evaluasi semua pembuktian tersebut, maka kesimpulan yang paling beralasan bahwa satu-satunya bahasan yang aman adalah pantangan yang lengkap dari alkohol di dalam segala bentuknya.

William H. Shea
Former Associate Director
Biblical Research Institute

Diterjemahkan oleh Pdt. Kalvein R. Mongkau