Hingar binar ajang Sepak Bola Dunia (FIFA World Cup Brasil), masih terus membahana. Perasaaan jiwa, pola pikir dan gaya bertindak para pencinta kulit bundar itu pun, senantiasa berwarna. Tanpa disadari, ranah spiritualitas warga gereja pun lumayan terusik.
Piala dunia seperti menyihir jutaan manusia, merasukinya dan menghancurkan prinsip-prinsip moralnya. Tidak sedikit anggota gereja yang enggan ke gereja hanya karena nonton sepak bola. Tidak sedikit yang ke gereja lebih senang membicarakan piala dunia daripada Firman Tuhan. Tidak sedikit umat Tuhan yang memahami judi adalah dosa namun mereduksi pemahamanya demi piala dunia.
Ada begitu banyak bukti, piala dunia bukan saja menghancurkan prinsip-prinsip moral namun sampai seorang pemuda bunuh diri setelah kalah taruhan sekitar 38 juta rupiah, seorang pria di Tiongkok ditemukan tewas di depan televisi saat menonton piala dunia, 400an PNS cimahi di setrap setelah nonton piala dunia dan mangkir apel. Bus transjakarta tabrakan karena supirnya ngantuk setelah nonton piala dunia. Suami istri berantem karena kehilangan uang akibat kalah judi dan masih banyak lagi akibat yang ditimbulkan oleh piala dunia ini.
Pesta bola yang mengusik gereja, sebetulnya sangat-sangat memprihatinkan. khotbah-khotbah yang semestinya kudus dan mengangkat iman, berubah peran menjadi penarik pola pikir jemaat ke aktivitas duniawi ini. Hal Ini berlawanan dengan misi utama, meninggikan Kristus..
Memang, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) berupaya mengkampanyekan pola hidup sehat. Upaya ini jelas tertuang dalam salah satu trik sehat ’New Start’, dimana akronim ’e’ adalah Excercise atau gerak badan/olahraga. Jadi, sehat dengan berolah raga. Tidak cukup berolah raga, tapi menikmati permainan olahraga, apapun itu (sepak bola, bulu tangkis, jogging, tarik tambang, bertani, dll).
Namun sayang, semangat dan kesenangan berolahraga serta menikmati permainan olahraga, banyak kali mementalkan pemikiran sorgawi. Ketika memasuki pintu sabat, masih begitu banyak yang lebih mementingkan menonton sepakbola dari pada menjaga kesucian sabat dan untuk kesehatan jasmaninya. Hadirat Allah sejatinya sudah berkerajaan/bertahta di hati umat tebusan-Nya pada acara-acara kebaktian Sabat sehingga perbincaangan sepanjang sabat hanya pada seputaran sepak bola.
Lebih disayangkan lagi bilamana piala dunia ini ikut merasuki para pelayan Tuhan, para pendeta. Bukan saja badan lemas dan mengantuk saat menonton sepakbola pada malam sampai pagi hari, ada juga para pelayan yang menghindari tugas demi sepakbola.
Tuhan semesta alam melalui hamba-Nya menasehati kita semua bahwa ”Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat “hari kenikmatan”, dan hari kudus TUHAN “hari yang mulia”; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu,” sebab mulut TUHANlah yang mengatakannya (Yesaya 58:13,14).