Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Filipi 4:6.
Tegang adalah sebuah situasi yang kadang tidak terhindarkan. Sebenarnya keinginan untuk tidak mau terlibat dengan urusan yang pelik maupun hal yang membuat stress sudah diusahakan tapi apa mau dikata bahwa ini urusan kantor, ini urusan rumah tangga, ini urusan jemaat, ini urusan nafkah kehidupan dll. Tapi itulah, tubuh kita kalau didera terus menerus dengan ketegangan maka sudah pasti akan tiba pada satu titik batas yang membahayakan diri. Memang, banyak kali tidak bisa kita menghindar dari beban pikiran yang bertumpuk-tumpuk tapi ada banyak jalan untuk untuk dapat melepaskan beban, khawatir, mengurangi tekanan, menerima keadaan apa adanya dan berdamai dengan kenyataan.
Manusia adalah mahluk social. Betapapun sibuknya seseorang dalam tugas dan pelayanan, beliau perlu memperhatikan faktor lain yang memberi keseimbangan baginya sebagai seorang manusia. Tubuh jasmani seseorang perlu mendapatkan makanan yang cukup, bergizi yang ditunjang dengan olahraga. Selanjutnya pikiran seseorang perlu pula dikembangkan agar bertumbuh menjadi dewasa, bijak bestari dan cerdas. Selain jasmani yang prima dan pikiran yang sehat seorang manusia sangat perlu mempunyai rohani yang bertumbuh. Rohani yang memberi kedamaian dan kebahagiaan pada setiap langkah kehidupan. Sudah lengkap? Ternyata belum karena ketiga hal tersebut perlu ditambah dengan satu unsur lainnya yakni faktor sosial.
Minggu kemarin di suatu jemaat terlihat kesibukan seluruh anggota untuk beracara di luar. Seluruh anggota ikut serta tak terkecuali. Program yang sudah di masukkan sebagai agenda Jemaat disambut dengan antusias dan sukacita. Apalagi anak-anak, mereka sangat gembira mendengar ada acara ini. Ibu-ibu menyiapkan penganan dan orang muda menyiapkan acara. Ada program apakah gerangan diawal tahun? Ternyata Jemaat akan mengadakan darmawisata, piknik bersama ke pantai.\
Sekilas menuju pantai atau pergi kesebuah tempat untuk beracara kelihatan hal yang biasa. Ya itu kalau pergi sendirian tetapi akan berbeda kalau pergi bersama, ramai-ramai, seluruh keluarga dan jemaat di ajak. Jelas, nuansa lain pasti akan dirasakan. No man like an island sebuah ungkapan yang memberi pesan bahwa seseorang itu bukanlah sebuah benda yang dapat eksis walau sendiri. Karena manusia itu perlu interaksi antar sesama. Manusia perlu senyum, tertawa, cengkerama, perlu menerima dan mengkomunikasikan ide. Perlu relaks dengan hal-hal yang menggembirakan sambil mata dapat memandang jauh ke cakrawala. Ibarat berperahu seseorang tidaka akan mengayuh terus menerus tetapi ada waktunya mendayung dan ada pula waktunya untuk melepaskan. Hal yang sama kepada bersepeda, ada waktunya untuk mengayuh ada waktunya untuk melepaskan. Sebuah layangan untuk naik melayang tinggi di angkasa perlu juga kombinasi menarik dan melepaskan. Demikian pula kepada kehidupan ini, begitu sibuk dengan tugas pekerjaan menguras semua energy baik tenaga maupun pikiran maka perlulah mengambil waktu untuk mengendorkan, melepaskan semuanya melalui kemasan acara di pegunungan ataupun di tepi pantai.
Disebuah pantai nampak seorang pensiunan berjalan santai sambil menikmati pasir putih. Pada suatu sudut dengan air yang sedikit dalam ada seorang lain kelihatan sederhana sedang memancing. Dalam pertemuan keduanya si pensiunan menceritakan bagaimana ia telah bekerja keras tak kenal istirahat pindah dari satu tempat ketempat yang lain supaya nanti kalau pensiun boleh menikmati kehidupan dengan santai. Sekarang setelah sudah berumur tiba waktunya dia menikmati seluruh hasil kerja kerasnya selama ini dengan relaks di tepi pantai. Setelah selesai dengan semua ceritanya yang luar biasa si pensiunan bertanya kepada si pemancing kalau apa yang sekarang di kerjakannya. Yang dijawab datar oleh si pemancing, “Lihat saja apa yang sementara saya kerjakan, ya saya sementara santai seperti anda”.
Untuk rileks, mendapatkan nuansa lain melepas semua rutinitas dan kesibukan tidak perlu menunggu sampai sudah umur pensiun. Jangan juga menunggu sampai sudah mempunyai waktu tapi perlu dicarikan, ditentukan waktu untuk kebersamaan.
Acara seperti outing, retreat, picknic biasanya pula disebut sebagai acara rekreasi. Rekreasi datang dari bahasa latin re-creare yang secara harfiah berarti “membuat ulang”. Biasanya acara ini memadukan unsur olahraga, games, hobi, pariwisata dan rohani yang akan bermamfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan keadaan seseorang.
Bagai sebuah rumpun bambu yang semakin besar semakin mungkin saling bergesekan demikian pula gambaran sebuah komunitas. Lebih banyak anggota jemaat akan lebih bervariasi latar belakang, budayanya. Dengan rekreasi bersama, bersosial di tempat yang berbeda akan sangat menolong untuk memahami satu sama yang lain dan menerima keadaan sesama.
Ibarat komputer yang sering dan lama dipakai, ada files yang tidak diperlukan lagi, ada bad bagian yang perlu dilepaskan dan dibuang. Komputer perlu di refresh agar menjadi segar kembali. Bukankah kita pula memerlukan keseimbangan badaniah, mental, sosial dan rohani? Hal-hal yang memberatkan dan tidak perlu, semestinya kita relakan dan lepaskan. Pikiran lama, cerita lama termasuk dendam lama dihapuskan dari file kehidupan kita.
Hal ini untuk membawa nuansa baru yang rileks dan segar. Agar aku yang dengan sukacita datang kepadamu oleh kehendak Allah, beroleh kesegaran bersama-sama dengan kamu. (Roma 15:32).
Oleh: Pdt. Dr. Moldy Mambu