Masalah disiplin dalam komunikasi keluarga merupakan hal yang sangat mendasar, oleh karena itu saya rasa perlu untuk melanjutkan mengenai apa yang sudah kita bahas waktu yang lalu.
Amsal 13:1 yang bunyinya:”Anak yang bijak mendengarkan didikan ayahnya, tetapi seorang pencemooh tidak mendengarkan hardikan” Tentu ayat ini menyinggung mengenai disiplin dalam rumah tangga, tapi apa rupanya kaitan ayat ini dengan komunikasi dalam keluarga atau rumah tangga kita ?
Apabila kita melihat latar belakang penulis Amsal ini yakni Raja Salomo, yang tentu kita tahu bahwa dia adalah anak dari Raja Daud yang sangat terkenal di zamannya itu. Ini sebenarnya merupakan pengalaman pribadi Raja Salomo ketika dia masih dalam didikan ayahnya itu. Beberapa saudara dari Salomo mencemoohkan nasihat ayah mereka yakni Raja Daud, akhirnya jatuh ke dalam dosa. Berdasarkan pengalaman inilah kemudian Salomo menulis ayat ini. Begitu pula dalam kehidupan kita sehari-hari, dimana sering kita menganggap nasihat orang tua hanya sebagai angin lalu saja.
Masalahnya bagaimana kita sebagai orang tua benar-benar dapat menanamkan disiplin kepada anak-anak kita, teristimewa dalam komunikasi keluarga di mana munculnya sarana hiburan dalam rumah tangga seperti TV, Hp, internet dan berbagai jenis hiburan elektronik dewasa ini, rasanya semakin sulit bagi orang tua untuk mengarahkan atau menarik perhatian anak-anak didik kita untuk mendengarkan nasihat orang tua.
Memang itu merupakan kenyataan dalam kehidupan keluarga di abad ke 21 ini, bahkan tantangan ini semakin berat, namun menurut hemat saya, menanamkan disiplin dalam komunikasi keluarga itu harus merupakan sebuah komitmen dalam rumah tangga, sebab apabila tidak demikian, sulit dibayangkan apa yang akan terjadi.
Tapi tentu kita sebagai orang tua tentu harus punya jurus-jurus tertentu untuk menerapkan disiplin dalam komunikasi keluarga, khususnya agar anak-anak kita mencintai disiplin dalam rumah tangga. Pertama-tama harus orangtua lakukan yakni memberikan teladan atau contoh yang baik dalam rumah tangga. Nah kalau mau dikatakan “jurus” atau kiat-kiat penting, saya kira dari pengalaman, hal yang sudah saya sebutkan tadi merupakan salah satu unsur yang sangat penting. Sebab pada umumnya, anak-anak apalagi kalau masih di bawah umur, mereka akan lebih cepat belajar dari contoh-contoh yang dilakukan oleh ayah dan ibunya di dalam keluarga. Pepatah populer yang mengatakan “Buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”. Di samping itu, beberapa ahli dalam bidang ini mengemukakan bahwa contoh yang baik dari gaya orang tua dalam menanamkan di siplin dalam rumah tangga dapat memampukan anak untuk gigih dalam melakukan suatu pekerjaan. Saya kira hal ini merupakan pernyataan yang benar.
Komunikasi di dalam rumah tangga apalagi komunikasi orang tua dalam menanamkan disiplin itu, sangat berkaitan dengan hubungan emosional antara orang tua dan anak-anak. Oleh karena penanaman disiplin melalui pemaksaan selalu akan mengakibatkan kontra produktif karena mewujudkan distorsi dalam hubungan emosional. Sebaliknya orang tua yang memberikan contoh yang baik misalnya membelajarkan disiplin dengan cara-cara yang baik atau dengan sukacita (fun) dalam berkomunikasi, misalnya melalui bermain bersama atau berpiknik bersama misalnya, kemudian menghargai mereka atau memberikan apresiasi bilamana mereka berhasil melakukan suatu tugas, baik dalam rumah tangga ataupun disekolah mereka. Pasti hasilnya akan berbeda.
Jadi dengan kata lain, mendengarkan didikan melalui contoh yang baik dari orang tua itu, akan membuahkan anak yang bijak di masa depannya.
Oleh : Dr. Nico J.J. Koroh, MBA