Seorang perempuan dan laki-laki sedang melaju lebih dari 100 km/jam di jalan dengan menggunakan motor :
Perempuan : “Pelan-pelan, aku takut”
Laki-laki : “Tidak, ini menyenangkan.”
Perempuan : “Tidak, ini sama sekali tidak
menyenangkan.. Please, aku
takut!”
Laki-laki : “Baik, tapi katakan dulu bahwa
kau mencintaiku.”
Perempuan : “Aku mencintaimu! Sekarang,
pelankan motornya!”
Laki-laki : “Sekarang beri aku pelukan yang
erat (Lalu perempuan itu me-
Meluknya). Bisakah kamu melepas helmku dan kamu pakai? Helm ini sangat mengganggu saya!” (Perempuan itu pun menurutinya)
Keesokan harinya, ada berita di koran bahwa sepeda motor menabrak gedung karena remnya blong. Ada dua orang di atas motor itu, tetapi hanya satu orang yang selamat.
Yang terjadi sebenarnya adalah bahwa di tengah jalan, laki-laki itu menyadari bahwa rem motor rusak. Ia tidak membiarkan kekasihnya tahu. Ia meminta kekasihnya berkata ia mencintainya dan merasakan pelukannya karena tahu bahwa itu adalah saat terakhir baginya. Ia menyuruh kekasihnya memakai helm supaya kekasihnya akan tetap hidup walaupun itu berarti ia akan mati.
Inspirasi
Untuk Direnungkan : Sebesar apa cinta Anda terhadap orang yang Anda kasihi? Ukurannya bukan sebesar apa Anda menyerahkan nyawa Anda, tetapi sebesar apa Anda menyerahkan hati Anda meskipun itu membuat Anda sakit.
Untuk Dilakukan : “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Yohanes 15 : 13.
Sering kali, kita justru mengetahui seberapa besar kasih seseorang setelah orang itu meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Karena itu selagi kekasih kita hidup, kasihilah dia karena ketika ajal menjemputnya baru kita mengingat kebaikannya, itu sia-sia. Kasihi kekasih kita selagi dia masih hidup. “Mengasihi selagi hidup”
Oleh : Bredly Sampouw