Mencintai Disiplindalam Komunikasi Keluarga

Disiplin adalah hal yang sangat penting dalam keluarga namun kadang kita terlambat mempraktekkan disiplin dalam keluarga. Banyak di antara kita mau membangun disiplin dalam keluarga, ketika anak-anak sudah mulai sekolah bahkan tidak segan-segan menyekolahkan anaknya misalnya disekolah-sekolah seperti Universitas Klabat (UNKLAB) atau Universitas Advent Indonesia (UNAI) dengan harapan bahwa anak-anak yang disekolahkan disitu akan juga belajar disiplin, karena dirumahnya misalnya anak anak mereka sulit untuk diajarkan disiplin. Biasanya memang sudah agak terlambat, sebab pada tingkat seperti itu, apalagi tingkat universitas, sebenarnya perilaku atau tabiat seorang anak sudah terbentuk.

Setelah seorang anak berumur 12 tahun, maka karakternya sudah terbentuk, dan yang dapat mengubah karakter atau perilakunya hanyalah lingkungannya dan ini pun akan memakan waktu yang lama, karena pada dasarnya karakternya sudah terbentuk, sehingga seluruhnya hanya tergantung kepada kemauan anak itu sendiri. Jadi sebenarnya di dalam keluarga, lebih khusus lagi dalam komunikasi keluarga inilah, kesempatan terbesar bagi orang tua, dan keluarganya untuk menyadari bahwa saat itulah kesempatan untuk mengajarkan disiplin kepada anak-anak mereka. Tapi terlalu sering kita dalam keadaan di mana anak-anak kita masih kecil, mereka seolah-olah menjadi sumber penghiburan yang sulit digantikan dengan jenis hiburan lainnya di dalam keluarga sehingga enggan menerapkan disiplin pada anak.

Amsal 12 :1 “ Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran adalah dungu.”. Ayat ini memang bukan sekedar bagus tetapi ayat ini sebenarnya memberikan kepada kita di dalam keluarga suatu falsafah yang sangat mendasar tentang bagaimana seharusnya kita mendidik anak-anak kita di dalam keluarga. Terlalu sering kita di dalam kehidupan sehari-hari kita memaknai pendidikan itu hanyalah apabila anak-anak itu sudah duduk dibangku sekolah, dan kemudian kita selalu melupakan bahwa di dalam keluarga itu sebenarnya merupakan bangku sekolah yang sangat mendasar tapi sering dalam keluarga ada-ada saja yang selalu ingin memanjakan seorang anak, atau anak-anak dalam keluarga lalu melupakan menanamkan disiplin dalam pikiran anak-anak kita.

Coba kita lihat apa yang dimaksudkan di dalam ayat tadi, “Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan.” Kemudian dikatakan juga:” siapa membenci teguran adalah dungu.” Jadi sebenarnya ayat ini memberikan suatu pelajaran kepada kita sebagai anggota keluarga bahwa sebenarnya di dalam keluarga ada dua golongan besar, yakni mereka yang mencintai didikan, dan mereka yang membenci didikan.

Hukuman merupakan bentuk pendidikan disiplin dalam sekolah. Saya punya pengalaman pahit dalam mendidik anak-anak saya, ketika anak tertua saya masih kecil waktu itu kami tinggal di Surabaya di rumah kakak saya, karena anak saya ketika itu berumur dua tahun tapi karena bandel istri saya menghukum dia untuk berdiri disudut dinding, melihat itu, kakak saya perempuan yang sudah jauh lebih berumur dari saya, dan sangat mencintai anak kami tersebut, lalu langsung mengangkat anak kami dan menggendongnya membawa dia ke kamar mereka. Saya mau marah tidak sanggup apalagi istri saya.

Hal seperti ini sering terjadi apalagi kalau tinggal di rumah nenek atau kakek, tapi jelas keluarga harus mencintai disiplin dan tentu mengomunikasikannnya kepada anggota keluarga terutama kepada anak-anak kita. Bila kita tidak menjalankannya, suatu saat suatu penyesalan tidak akan membawa perubahan apa-apa bagi keluarga kita.

bersambung…..

Oleh Nico J.J.Koroh