Tatelu di Minahasa Utara adalah salah satu dari hanya sedikit tempat yang mengoperasikan pasar tradisional setiap hari. Tidak terkecuali pada hari-hari raya besar umat Kristen di mana mayoritas penduduknya adalah umat Kristen, baik pada hari Natal, Tahun Baru maupun hari raya lainnya, pasar tradisional di tempat ini selalu ramai. Ketika di tempat lain pada hari minggu di mana mayoritas umat Nasrani bergereja, justru di hari itulah pasar Tatelu begitu ramai penjual dan pembeli. Berbeda dengan hari jumat tanggal 18 April 2014 ini, pasar tradisional Tatelu oleh Hukum Tua Tatelu dilarang beroperasi dengan alasan Paskah. Paskah menjadi sebuah perayaan yang begitu penting bagi sebagian besar umat Nasrani sehingga tidak jarang mereka meng-klaim bahwa yang tidak merayakan Paskah tidak mempercayai Yesus karena tidak menghargai pengorbananNya.
Paskah atau Easter Day merupakan salah satu perayaan tahunan umat Nasrani yang dirayakan dengan tanggal beragam antara 22 Maret-25 April setiap tahunnya. Dengan kata lain Paskah yang dirayakan untuk memperingati kebangkitan Yesus Kristus sekarang ini dilaksanakan pada tanggal yang berbeda setiap tahun, karena itu Paskah disebut sebagai sebuah movable feast.
Jika diperhatikan, perayaan Paskah selalu diadakan setelah Matahari melewati titik Vernal Equinok atau titik Musim Semi. Vernal Equinok merupakan salah satu titik perpotongan antara bidang orbit Bumi (ekliptika) dengan bidang ekuator Bumi. Titik potong lainnya disebut Autumnal Equinok atau titik Musim Gugur.
Dalam Penanggalan Surya, Matahari ada pada titik Vernal Equinok sekitar 21 Maret, saat itu Matahari mempunyai deklinasi sebesar 0. Fenomena ini menandakan permulaan musim semi bagi Bumi belahan utara dan musim gugur bagi Bumi belahan selatan. Sedangkan Matahari ada pada titik Autumnal Equinok sekitar 23 September, hal ini menandakan permulaan musim gugur bagi Bumi belahan utara dan musim semi bagi Bumi belahan selatan.
Selain kedua titik equinok itu juga ada dua titik penting penentu musim di Bumi yaitu Summer Solstice dan Winter Solstice. Summer Solstice terjadi saat Matahari ada pada deklinasi terbesar, sekitar 21 Juni, fenomena ini menandakan musim dingin bagi Bumi belahan utara dan musim panas bagi Bumi belahan selatan. Adapun Winter Solstice terjadi ketika Matahari mempunyai Deklinasi Minimum yang terjadi sekitar 21 Desember setiap tahunnya. Winter Solstice berdampak kebalikan dengan Summer Solstice.
Kalangan ilmuwan menerima turunan nama Easter pada abad VIII, berasal dari nama dewa musim Semi, yang bernama “Eostre” yaitu dewa yang disembah pada perayaan “vernal equinox”. Nama dewa ini juga yang akhirnya dipakai untuk menyebut hari PASKAH, “Easter”. Perayaan Eostre diadakan tepat pada hari di mana Matahari melewati titik Vernal Equinok. Maskot dalam perayaan itu adalah kelinci yang menandakan kesuburan dan telur yang dicat warna-warni yang menandakan sinar Matahari diawal musim semi.
Pada abad-abad pertama kekristenan, tradisi ini sulit dihapus karena hari PASKAH memang kebetulan jatuh pada setiap awal musim Semi. Perayaan musim Semi selalu dirayakan dengan meriah mengiringi kegembiraan meninggalkan musim dingin yang suram dan beku (mati). Tumbuh-tumbuhan dan bunga mulai tumbuh dan bermekaran, dan suasana keceriaan seperti ini menjadi saat yang tepat untuk membagi-bagikan hadiah. Membagi-bagikan telur pada hari PASKAH akhirnya diterima oleh gereja selain untuk merayakan datangnya musim Semi..
Menurut Greek Orthodox Church bahwa mereka merayakan easter bukan pada hari minggu, tapi sekarang kenapa easter di rayakan pada hari Minggu? Di abad ketiga dan keempat, banyak orang Kristen memperdebatkan hari perayaan Paskah ini, apakah akan berdasarkan Passover orang Yahudi, yaitu setiap tanggal 14 Nisan (tidak perduli hari apa itu) atau apakah setiap hari minggu pertama dari 22 Maret – 25 April (First full moon of springs. Oleh kerena perdebatan ini maka Constantine membawa masalah ini ke Council of Nicaea (AD 325) yang akhirnya memutuskan bahwa bahwa perayaan Paskah adalah setiap minggu pertama setelah the first full moon of spring, bukan lagi berdasar atas penanggalan orang Yahudi. Keputusan ini diambil oleh karena pengaruh Christian Gentile (seperti Constantine) yang sudah banyak menjadi pemimpin gereja dan keputusan ini lebih banyak berdasarkan politik dari pada biblical. Hal ini disebabkan oleh kebencian Kristen Gentiles kepada Kristen Jews yang selalu mempersoalkan pentingnya mengikuti tradisi Yahudi.
Keputusan ini memberikan bukti bahwa orang Kristen sekarang tidak lagi merayakan Passover tapi Easter (Kebangkitan Yesus dari kubur) yang mana Alkitab tidak pernah menganjurkannya. Yesus sendiri tidak tidak pernah memberikan pesan untuk merayakan hari kelahiran dan kebangkitanNya. Di kitab injil maupun tulisan para rasul maka inti dari pesan Yesus dan para Rasul adalah kematiannya. Coba perhatikan perkataan Yesus pada waktu hari Paskah “the last supper” di hari Kamis malam itu di ruangan atas. Dia tahu waktunya sudah dekat, tapi pesan yang diberikannya bukanlah tentang kelahirannya, kehidupannya, atau pekerjaannya. Dia hanya berbicara tentang kematiaannya. Yesus mau kita semua mengingat akan kematiannya. Oleh karena Kematiannya kita telah diperdamaikan dengan Allah. Dengan kematiannya Orang berdosa mendapat keselamatan.
Jadi sebenarnya perayaan Easter dan Passover adalah perayaan yang berbeda. Perayaan Easter adalah perayaan tahunan akan kebangkitan Yesus Kristus yang diadopsi dari perayaan kekafiran yang kemudian ”dirohanikan”. Sementara Passover adalah perayaan tahunan akan kelepasan bangsa Israel dari tanah Mesir menuju Kanaan. Penulis Injil tidak pernah menuliskan tentang perayaan Paskah setelah kematian Yesus. Paulus adalah satu-satunya rasul yang menurut orang Kristen menganjurkan untuk merayakan Paskah karena berdasarkan dari 1 Korintus 5:7-8. ”Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. Karena itu marilah kita berpesta (Therefore let us keep the feast–kjv), bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.”
Jika kita benar-benar ingin merayakan Paskah yang sejati dan bersifat Alkitabiah, maka harus ada penyembelihan anak domba. Karena tanpa penyembelihan anak domba, maka itu bukanlah perayaan Paskah yang benar. Yesus Kristus yang dilambangkan dengan Anak Domba itu sudah mati di kayu salib, jadi sejak kematian Yesus di kayu salib, tidak perlu lagi upacara korban sembelihan anak domba itu. Perayaan Paskah yang terus dilakukan sesudah Yesus mati di kayu salib adalah kegiatan acara yang tak bermakna.
Sekiranya seseorang tidak merayakan Paskah, jangan seorangpun menghakimi atau menghukum orang itu, itulah yang dituliskan oleh Rasul Paulus dalam Kolose 2:16, 17, “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; 17 semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.”
Bilamana Rasul Paulus berbicara tentang “makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat,” orang-orang Yahudi mengerti betul apa yang dimaksudkannya, Rasul Paulus tidak berbicara tentang makanan haram atau halal, ia juga tidak berbicara tentang Sabat hari yang ketujuh, tetapi ia membicarakan tentang “hari-hari raya tahunan, Sabat tahunan yang didalamnya terdapat juga persembahan makanan dan minuman Semuanya itu, kata Rasul Paulus hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.
Jika kita hendak mengenang akan kematian Yesus Kristus, maka ikutilah Upacara Perjamuan Kudus sebagai sebuah upacara yang dilembagakan oleh Yesus Kristus menjelang kematianNya (1 Korintus 11:23-26).
Itulah sebabnya orang Advent tidak pernah memberikan perhatian secara khusus terhadap perayaan Paskah seperti yang di lakukan oleh Kristen lain. Perayaan akan Kelahirannya (Chrismas) dan kebangkitannya (Easter) bukanlah amanah yang pernah diberikan oleh Yesus tapi ini adalah hasil temuan Gereja di abad mula-mula. Tapi walau bagaimanapun, kita hidup di masyarakat yang merayakan Paskah. Sebagai seorang Advent kita harus bersikap arif dan bijaksana. Ini adalah satu kesempatan baik bagi kita untuk menginjil kepada mereka yang merayakan Paskah sama seperti bersaksi mengenai Kristus pada hari raya Krismas. (dari berbagai sumber)
Oleh : Herschel Najoan