Suatu ketika Priya sedang duduk di bawah sebuah pohon mangga besar di daerah peternakan dimana neneknya tinggal. Saat itu Priya mengambil sebuah mangga matang dan dikupas dengan jari-jarinya. lalu ia menggigit,….. hmmm…manis, seperti buah juicy. Ketika dia selesai makan, dia mencari tempat yang lebih baik untuk beristirahat di bawah pohon manga itu. Angin pun berhembus dengan sepoi-sepoi Priya pun segera tertidur lelap.
Sementara Priya tertidur, dia bermimpi bahwa Setan datang kepadanya dan mengatakan kepadanya bahwa mangga yang telah ia makan akan membuatnya mati. Sementara masih bermimpi, ia berdoa agar Tuhan mengusir Setan itu pergi. “Aku telah memberikan hati ku kepada Yesus,” katanya kepada Setan. “Aku adalah milik-Nya.”
Ketika Priya terbangun sepupunya berdiri di dekatnya. Dia mengatakan bahwa mereka harus pergi ke rumah neneknya. Priya pun segera bangun dan berjalan dengan sepupunya ke rumah neneknya. “Aku bermimpi aneh sore ini,” kata Priya sementara mereka menyiapkan makan malam. Setelah dia mengatakan kepada neneknya tentang mimpinya, ia menambahkan, “Aku percaya Tuhan selalu melindungi aku dari setan.”
Neneknya tampak prihatin. “Kita harus mengunjungi dewa di kuil untuk memastikan bahwa engkau tidak dalam keadaan bahaya,” desaknya.
“Aku tidak akan sujud kepada berhala!” Kata Priya. “Aku percaya pada Yesus, Allah yang hidup dan berkuasa. Bagaimana aku bisa meninggalkan-Nya untuk berhala yang terbuat dari batu? ” Nenek tidak mengatakan sesuatu lagi kepada Priya tentang mimpi Priya, tapi Priya tahu neneknya sedang berpikir keras.
Ibu Priya bukanlah seorang pemelihara hari Sabat ketika ia menikah dengan ayah Priya. Tapi ia telah mendengar tentang Yesus dan tahu dalam hatinya bahwa Yesus adalah Allah yang hidup dan benar. Dia belajar bahwa Allah mengasihi dia, dan pada saat Ibu Priya memberikan hatinya kepada Yesus saat itu ia menjadi seorang yang beribadah pada hari Sabat.
Tapi nenek Priya bukanlah seorang Kristen. Dia adalah penyembah berhala selama hidupnya. Dan ketika Priya menceritakan mimpinya, neneknya menjadi khawatir.
Keesokan harinya Neneknya mengundang untuk menghadiri sebuah acara festival. Priya menikmati alunan suara bahagia anak-anak dan berbagai makanan di jual pada acara tersebut. Saat Priya dan neneknya berjalan melalui lapangan festival, Neneknya melihat sebuah kuil kecil dengan ukiran ular kayu dewa di dalam kuil itu. Neneknya menunjuk ke arah kuil dan berkata, “Mari kita menyembah berhala itu sehingga mimpi burukmu akan hilang dari ingatanmu.”
Priya meringis. “Nenek,” katanya mendesak tapi ramah, “Aku tidak mau sujud menyembah berhala. Aku percaya pada Allah yang hidup, Yesus. Dia akan melindungiku dari iblis dan semua kejahatan di dunia ini. “
Neneknya kecewa, tapi akhirnya dia setuju. “OK,” katanya. “Percaya pada Tuhanmu sendiri.” Priya memegang tangan Neneknya saat mereka terus berjalan melalui lapangan festival.
Sejak hari itu Neneknya tidak pernah mencoba untuk memaksa Priya untuk menyembah berhala. Bahkan, dia tidak pernah berbicara tentang dewa-dewa dia kepada Priya lagi.
Priya berharap bahwa dia bisa mengundang neneknya ibadah di gereja nanti, tapi tidak ada gereja di desanya. Bahkan, tidak ada orang Kristen di desa neneknya. “Aku berdoa untuk nenek-ku dan sepupu-ku dan bibi yang tinggal di desa itu ” katanya. “Aku ingin mereka tahu bahwa Yesus adalah Allah yang hidup, Tuhan Yesus yang mengasihi kita dan menginginkan kita untuk hidup bersama Dia selamanya.”
“Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku”. Keluaran 20:3
Dikirim oleh Max Kaway