Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka. (Markus 10:13-16)
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Ku-pasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Ku-pasang itu enak dan beban-Kupun ringan.” (Matius 11:28-30)
Saya telah melihat para pelukis berusaha untuk menggambarkan kembali peristiwa dalam Markus 10 yang baru kita baca. Mereka berusaha untuk membuat lukisannya terlihat tenang, nyaman, damai dan penuh dengan kebahagiaan. Setelah beberapa saat saya berpikir itulah keadaan yang sesungguhnya. Tapi tidak demikian pada awal ceritanya. Dalam ayat alkitab kita membaca bahwa Yesus menegur murid-murid-Nya karena mereka mengusir anak-anak tersebut. Yesus menjadi marah, “marah” seperti yang dikatakan dalam terjemahan alkitab ini, karena apa yang dilakukan oleh murid-murid kepada anak-anak. Mungkin murid-murid berpikir bahwa anak-anak itu terlalu ribut atau mungkin mereka berbisik terlalu keras selama acara khotbah atau mungkin mereka telah menjatuhkan kotak pensil berwarna di lantai gereja atau kaki mereka tidak dapat diam karena tergantung di kursi yang terlalu tinggi bagi mereka atau mungkin mereka terlalu lapar dan marah-marah karena waktu yang terlalu terlambat melewati waktu makan siang mereka atau jam tidur siang mereka.
Saya tidak tahu situasi yang sebenarnya tapi saya yakin bahwa murid-murid melakukan apa yang mereka pikir benar. Namun bukan ini yang benar menurut Yesus. Bagi-Nya selalu ada tempat bagi siapa saja—bahkan anak-anak sekalipun. Disinilah Ia mengatakan kata-kata yang terkenal ini, “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku.” Perhatikan, kata-kata ini tidak bersyarat. Ia tidak berkata, “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku jika mereka bisa duduk dengan tenang,” atau “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku jika pakaian mereka rapi,” atau “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku jika mereka bisa diam ketika Aku berbicara,” Tidak, Ia hanya berkata, ”Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, janganlah menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.”
Yesus membiarkan anak-anak datang kepada-Nya. Jadi kita pun harus membiarkan anak-anak datang kepada-Nya. Ia menambahkan tantangan berikutnya kepada kita—yaitu kita tidak boleh menghalang-halangi mereka atau menghambat jalan mereka kepada-Nya. Kita hidup di zaman dimana sangat ditekankan tentang pentingnya berkomunikasi dengan benar atau dengan kata lain ‘cara penyampaiannya’ harus tepat. Jika Yesus memiliki konsultan komunikasi, pastilah Ia akan dinasehati untuk memodifikasi cara penyampaian-Nya. Kata “jangan” bukanlah sesuatu kata yang disukai. Itu menyatakan bahwa anda telah melakukan sesuatu yang salah. Hal itu dapat menyebabkan getaran negatif dan membuat kita merasa bersalah. Kita tidak suka mendengar kalimat “jangan lakukan itu.” Tetapi Yesus secara gamblang mengatakan, “Jangan menghalang-halangi mereka.” Ini adalah pernyataan yang jelas. Kita tidak diijinkan untuk menghalang-halangi anak-anak untuk datang dekat kepada Yesus!
Jika demikian bagaimana supaya kita tidak menghalangi anak-anak datang kepada Yesus? Saya memiliki dua anjuran: Tunjukkan Yesus kepada mereka di gereja dan tunjukkan Yesus kepada mereka dalam kehidupan anda di rumah.
Tunjukkan Yesus Kepada Anak-Anak Di Gereja
Jika kita tidak membawa anak-anak ke gereja, kita sebenarnya sementara menghalang-halangi mereka untuk mengenal Yesus melalui persekutuan dengan orang lain. Tentu saja, seorang anak dapat belajar tentang Yesus di tempat-tempat lain selain gereja, tetapi tidak membawa seorang anak ke Sekolah Sabat dan Acara Khotbah di gereja adalah sama dengan menyingkirkan dia dari kesempatan untuk mempelajari tentang Yesus yang tersedia di gereja.
Mungkin anda tidak mau memaksa anak anda untuk mengenal Yesus atau anda sungkan untuk memperkenalkan Yesus dan kekristenan kepada anak anda pada usia dini. Kemungkinan besar anda berpikir bahwa anak-anak harus dibiarkan untuk memilih bagi diri mereka sendiri ketika mereka beranjak dewasa. Jika untuk alasan ini anda tidak membawa anak anda ke gereja, anda sebenarnya telah memutuskan untuk dia. Bagaimana mungkin mereka dapat memilih untuk mengasihi Yesus ketika mereka berusia enambelas tahun jika mereka tidak pernah diperkenalkan kepada-Nya? Bagaimana mereka akan terlibat dengan gereja-Nya jika mereka tidak menemukan Dia disana? Menurut anda apa yang akan dipilih oleh para remaja ini? Riset menunjukkan bahwa anak-anak seringkali membuat keputusan yang besar tentang nilai-nilai moral sepanjang hidup mereka pada usia dini. Nilai-nilai moral yang dibangun oleh seorang anak untuk kehidupannya sering kali dibentuk sebelum mereka beranjak remaja. Dengan demikian sangatlah penting bagi orang tua untuk memutuskan dengan kesadaran penuh untuk datang ke gereja dengan anak-anak mereka. Tanpa keputusan seperti ini pada hari Sabat khususnya ketika hubungan pribadi mereka dengan Tuhan lemah maka sangatlah mudah bagi mereka untuk hilang. Pada akhirnya, memutuskan untuk membiarkan anak-anak memilih untuk tidak ke gereja adalah satu pilihan juga.
Saya mendapati bahwa tidaklah sulit bagi seorang anak untuk mempercayai sesuatu. Seorang anak biasanya tidak mendapatkan kesulitan untuk percaya pada Yesus sebagai Seorang Teman baik meskipun mereka tidak dapat melihat Dia. Doa-doa mereka berasal dari hati dan sering kali itu adalah ekspresi dari apa yang mereka pikirkan dan rasakan pada saat itu.
Saya masih ingat pada satu hari Sabat sore ketika putra saya yang berusia tiga tahun sedang berdiri di taman dan melihat melalui dedaunan pohon apel tua kami dan berteriak sekuat-kuatnya, “Hai, Yesus, apa kabar? Maukah Engkau bermain denganku?” Saya sangat yakin bahwa Yesus tersenyum lebar sementara Ia memandang kepada putra saya dan segera mengirimkan dua puluh malaikat turun untuk memeluk dia dan meyakinkan dia bahwa Yesus sangat ingin untuk bermain bersama dengan dia. Yesus sangat menantikan untuk melihat anak-anak kita di rumah-Nya di Surga dimana satu hari kelak mereka dapat memanjat pohon-pohon apel yang tinggi bersama-sama. Bayangkan jika saat itu saya menghalang-halangi putra kami dan berkata, “Kamu tidak boleh berkata-kata seperti itu kepada Yesus. Kamu harus berlutut dan menutup mata ketika kamu berdoa,” atau “Kamu harus memulai dengan Bapa kami yang di Surga.” Tidak—Yesus mendengarkan doa tersebut. Doa itu berasal dari seorang anak. Adalah kesempatan istimewa untuk menyaksikan iman seperti itu bertumbuh dalam diri seorang anak. Bagi saya itu adalah sesuatu yang mengingatkan saya betapa pentingnya untuk tidak menghalang-halangi anak-anak untuk mendapatkan pengalaman kekristenan yang baik di gereja. Pada kenyataannya, tidak menghalang-halangi anak-anak mengenal Yesus di gereja adalah merupakan satu tantangan. Jika anak-anak belajar untuk mengasihi Yesus dalam gereja maka seyogyanya kita harus mengusahakan hal ini terjadi. Jika kita tidak mau menghalang-halangi mereka kita harus tanamkan dengan sungguh-sungguh kata-kata Yesus dalam hati kita. “Biarkan anak-anak itu datang disini di gereja supaya kita dapat mengajar mereka tentang Yesus.”
Ketika saya melihat ke belakang, saya ingat gereja masa kecil saya sebagai gereja yang sangat “bersahabat” dengan anak-anak. Ada Sekolah Sabat yang baik dan tetap. Ketika saya berumur sebelas tahun, kami pindah ke kota yang terpencil yang memiliki satu gereja. Gereja terdekat berjarak 2000 km. Gereja itu kecil namun memiliki suasana penyambutan yang hangat. Hanya ada satu anak yang sebaya usianya dengan saya di gereja itu, seorang anak laki-laki, dia juga satu sekolah dengan saya bahkan satu kelas. Pentingkah menurut anda bagi gereja itu untuk memiliki kelas Sekolah Sabat buat kami berdua? Sebenarnya, saya tidak tahu apakah itu penting atau tidak bagi gereja tapi jelaslah bahwa itu penting paling tidak untuk satu orang di dalam gereja, satu orang yang berkomitmen untuk menjadi guru kami SETIAP Sabat untuk selama tiga tahun kami tinggal disana! Kesan seperti apakah yang saya dapatkan menurut anda? Bagaimanakah menurut anda itu membentuk pandangan saya tentang gereja? Apakah saya penting? Atau tidak penting? Apakah penting bagi kita belajar tentang Yesus di gereja? Atau itu tidak penting?
Sementara waktu berjalan saya beranjak remaja. Seorang remaja yang mengetahui bahwa dia mendapat tempat di gereja. Saya dapat membangun iman saya dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan saya sendiri. Saya tahu saya dapat pergi ke gereja tersebut dan belajar tentang Yesus. Karena satu guru itu peduli dan bersusah payah untuk mengajar kepada kami setiap minggu walaupun hanya ada kami berdua di dalam kelasnya. Saya tahu bahwa anak-anak penting.
Bagaimana dengan gereja kita saat ini? Apakah anak-anak tahu bahwa adalah penting bagi kita agar mereka belajar untuk mengenal Yesus? Apakah mereka tahu bahwa kita menginginkan mereka untuk datang kepada-Nya? Apakah kita membuat satu kerangka dimana mereka dapat mengembangkan iman mereka? Apakah mereka penting dalam persekutuan kita? Atau apakah kita menaruh halangan-halangan di jalan mereka? Apakah penting bagi kita untuk memiliki Sekolah Sabat yang berjalan dengan baik untuk anak-anak agar dasar iman mereka diletakkan dengan kokoh? Apakah penting bagi mereka untuk merasakan bahwa mereka juga adalah bagian dari acara perbaktian? Apakah kita berani untuk melibatkan mereka dalam pekerjaan gereja dan memberikan tanggung jawab kepada mereka sesuai umur mereka? Apakah kita berani menunjukkan kepada mereka bahwa adalah sangat penting bagi kita agar mereka mengenal Yesus sebagai sahabat terbaik mereka sebagaimana Yesus adalah sahabat terbaik kita juga
Jika kita mau memberikan tambahan makna kepada kata-kata Yesus baik di rumah maupun di gereja maka kita dapat mengatakan: Adalah tanggung jawab orang tua untuk membawa anak-anak ke gereja dan adalah tanggung jawab gereja untuk memastikan bahwa anak-anak ini tetap tinggal dalam gereja.
bersambung….
Oleh Anne-May Müller, Direktur Pelayanan Rumah Tangga
Uni Denmark – Divisi Trans Eropa