Dalam sejahtera dalam kasih Yesus Kristus. Apakah anda seorang pemimpin? Dari antara pembaca, pasti kita semua memimpin dalam satu hal atau lain. Pemimpin dalam hal ini bukan hanya karena anda memegang jabatan memimpin di tempat kerja, atau di jemaat. Tetapi pemimpin karena anda juga seorang ibu atau ayah. Karena itu kita perlu melihat beberapa pelajaran dari Nabi Nehemia. Buku Nehemia di tulis Ezra beberapa saat sesudah pelayanan Nehemia yang kedua, tidak lebih 400 STM.
Nehemia adalah seorang pemimpin yang hebat. Dia memimpin di saat yang genting dalam sejarah Israel. Namun, beliau kadang sekali di sebut di dalam khotbah-khotbah atau renungan. Ketika kita membuka Alkitab ke dalam buku yang se-nama dengannya, kita dapati bahwa Nehemia adalah seorang juru minum Raja (Neh. 1:11). Raja pada saat itu adalah Artahsasta I yang memipin kerajaan Persia di kota Susa, saat ini adalah Iran modern.
Karena pekerjaan Nehemia selalu berhadapan dengan raja, ini memberikan kesempatan baginya untuk mencurahkan isi hatinya (Neh. 2:4-5). Setelah mendengar itu, Raja Artasasta mengabulkan permohonannya. Maka berangkatlah Nehemia ke Yerusalem untuk membangun kembali tembok-tembok dan kota Yerusalem.
Pelajaran dari Nehemia ingin saya ambil dari narasi yang ada di Nehemia 2:11-16.
Pemimpin harus mengerti nilai KESENDIRIAN. Pemimpin banyak menghabiskan waktu sendiri. Mengapa harus menyendiri? Kita lihat bahwa dalam ayat 11-16 menggambarkan kesendirian yang dipraktekkan Nehemia. Dia adalah seorang yang sudah bangun sementara orang lain sementara tidur “bangunlah aku pada malam hari” (ay. 12). Banyak di antara kita tidak ingin sendirian. Kita terbiasa harus selalu berhubungan dengan orang lain. Coba pikirkan budaya saat ini, post modern. Harus selalu berhubungan dengan lingkaran social. Contoh update status di Facebook dan Twitter. Ada yang berstatus, “Capek deh!” atau ada yang “Galau” bahkan ada yang mau buang air mengupload status. Tetapi Nehemia mengambil waktu untuk menyendiri.
Dalam keheningan dan kesendirian, kita akan menerima visi dari Tuhan. Dia ingin berbicara kepada kita. Dia AKAN berbicara kepada kita kalau saja kita boleh menghindari kebisingan dunia. Nehemiah membutuhkan waktu 3 hari untuk mendengarkan Tuhan. Sebelum dia mulai pekerjaannya dia ingin berhenti sejenak dan memastikan bahwa pekerjaan itu terjadi sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan kehendak dirinya. Nehemia menyadari bahwa pekerjaannya tidak mungkin terjadi tanpa kuasa Tuhan.
Di Alkitab kita lihat pentingnya untuk menyendiri. Beberapa tokoh Alkitab harus menyendiri untuk mempersiapkan diri mereka untuk bekerja bagi Tuhan. Lihat Musa, dia harus dipersiapkan selama 40 tahun di padang belantara untuk melayani Tuhan. Bagaimana Rasul Paulus mempersiapkan dirinya? Dia menyendiri di padang gurun Arab selama 3 tahun (Galatia 1:17-18). Pergi dengan bekal satu tas kecil, kembali dengan menyelesaikan surat kepada jemaat di Roma. Yesus menghabiskan 40 hari menyendiri untuk berpuasa dan berdoa untuk mengalahkan setan dan menolak pencobaannya. Kalau Kristus sendiri membutuhkan waktu untuk sendiri, bagaimana anda dan saya sebagaimana manusia berdosa? (Beberapa referensi mengenai Yesus yang menyendiri: Matius 14:22; Markus 1:35; Lukas 4:42; 5:16; 22:41; Yohanes 6:15; 12:36).
- Pemimpin dengan Sabar Mengumpulkan Fakta. Dalam ayat 13-14 Nehemiah dalam misi mengumpul intel. Dia sementara men-survey situasi yang dia hadapi. Para pemimpin tidak akan langsung “menabrak” suatu proyek tanpa persiapan yang mapan.
Sebelum anda memimpin anda harus belajar. Pemimpin sering memporak porandakan rencana jika mereka sudah memimpin tanpa mempelajari latar belakang proyek, latar belakang pengikut, dll. Pemimpin tidak selamanya akan sempurna dalam usaha pertama, tetapi boleh melakukan lebih baik dalam usaha kedua. Persiapkanlah diri dalam merampungkan rencana.
Nehemia mulai mengukur di pintu gerbang bagian Barat di Tembok Yerusalem. Kemudian dia ke gerbang sampah. Lalu lanjut ke gerbang mata air di dinding utara. Sepertinya dia sementara membuat ronda dan mencatat semua penemuannya. Dia akan membutuhkan tukang batu untuk memperbaiki bagian ini, dan tukang kayu untuk bagian yang lain. Dia mencatat semua itu, kebutuhan tukang, material, uang untuk proyek ini. Ketika merencakan suatu proyek, kita harus mengumpulkan fakta dengan baik.
- Pemimpin memfokus pandangan mereka pada gambaran yang lebih besar. Di ayat 15 “naik ke atas melalui wadi” wadi ini adalah sungai Kidron, terletak di bukit Zaitun. Nehemia akhirnya meninggalkan kota Yerusalem, sesudah inspeksi kota tersebut dan naik ke bukit Zaitun, keluar dari kota. Dia mendaki bukit tertinggi di sekitar itu untuk melihat gambaran yang lebih luas.Yesus sendiri berdiri di bukit yang sama dan menangis untuk Yerusalem.
Nehemia melihat selayang pandang dari reruntuhan Yerusalem, dan mendapat gambaran apa yang akan terjadi sesudah dia memperbaiki kota itu! Jika pemimpin tidak melakukan ini, dia tidak akan lihat sumber daya yang ada. Pemimpin merencanakan hal-hal yang detil. Pemimpin melihat gambaran yang lebih besar. Dia akhirnya harus mendelegasi dan memberikan tugas kepada orang lain dan pastikan bahwa pekerjaannya akan menyelesaikan gambarannya.
- Pemimpin denga hati-hati memilih perkataan mereka. Ayat 16 memberikan kesan bahwa pemimpin tidak perlu berbicara sampai waktu yang tepat tiba. Mereka tidak bicara dulu baru berpikir. Seringkali kita berbicara dulu, baru berpikir sesudah itu. Saat seperti itu sudah terlanjur menyakiti orang, sudah terlanjur membeberkan rahasia, dan akhirnya kerepotan untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh perkataan mereka.
Ayat 16 menunjukkan bahwa dengan semua informasi yang Nehemia miliki, dia tetap berdiam diri dan belum langsung mengungkapkan itu kepada para pemimpin, imam, dan pengikutnya.
Ada peribahasa yang berkata, “Lebih baik menutup mulutmu dan dianggap bodoh, dari pada membuka mulut muda membuktikan bahwa anda bodoh. Para pemimpin harus pintar memilah informasi dan me “rem” mulut. Kunci kesuksesan kadang-kadang ada di dalam peribahasa “Silnce is golden!” (keheningan adalah emas).
Inilah empat pelajaran yang boleh kita ambil dari sang pemimpin Nehemia. Yang terutama bagi kita adalah bagaimana kita boleh mengendalikan diri kita supaya melakukan ke-empat hal yang teruraikan di atas? Kuncinya meminta penyertaan Tuhan agar Roh Kudus yang mengendalikan diri kita.
Kiranya kita boleh merenungkan empat pelajaran dari Nehemia, dan kita diperlengkapi untuk menjadi pemimpin yang handal dalam segala tanggung jawab yang kita emban. Tuhan Yesus memberkati!
Oleh: Pdt. Dr. Bryan Sumendap