P
esta besar dihadapi Indonesia pada 9 April 2014. Warna warni atribut peserta pemilu memenuhi berbagai tempat. Sosialisasi calon peserta datang diberbagai kesempatan menyapa masyarakat. Misi dan visi dipapar dalam kemasan janji bila nanti sang calon menjadi pilihan konstituen. Pemilu yang damai selalu dikedepankan dengan maksud agar perbedaan warna, atribut, calon dan pandangan akan berakhir ketika pemilu selesai. Jangan ada yang kecewa berlebihan usai pemilu karena seluruh komponen adalah kekuatan bangsa Indonesia.
Semua masyarakat diharap menggunakan hak pilihnya, jangan ada yang absen karena satu suara boleh jadi sangat menentukan masa depan bangsa. Kontribusi kita didalam acara pemilu sangat menentukan arah bangsa dan Negara kita kedepan.
Alkisah seorang kepala suku mengadakan syukuran akan kepemimpinannya. Dalam pesta gembira itu rakyat diminta menyumbang sebotol anggur terbaik. Ditengah lapangan tegak sebuah tempayan raksasa menampung semua sumbangan. Disana ada si Polan yang berpikir bahwa kalau hanya dia yang mengisi air, toh apalah artinya sebotol air di tempayan itu. Pasti tidak akan mempengaruhi cita rasa keseluruhan anggur ditempayan. Dihari sukacita semua rakyat bergembira menyaksikan atraksi demi atraksi bersama kepala suku. Lalu tibalah acara puncak seluruh hadirin mengadakan toast dan ketika diminum, anggur istimewa tersebut ternyata adalah air. Rupanya semua rakyat berpikir sama dengan si Polan. Demikian pula halnya pemilu, jangan menganggap remeh satu suara anda. Gunakan hak pilih anda dengan bijak.
Pemilihan umum adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat diberbagai tingkat pemerintahan sampai kepada kepala desa. Dalam sistim pemilihan, dapat dilakukan melalui perwakilan ataupun secara langsung, satu orang satu suara. Asas langsung, umum, bebas rahasia, jujur dan adil selalu menjadi acuan pada setiap pemilihan. Tanggal 9 April 2014 semua rakyat mempunyai kesempatan dan hak yang sama untuk memilih.
Sekarang ini yang menjadi calon legislatif adalah orang lain tapi pernahkah terpikir dalam benak anda bahwa sebenarnya anda juga boleh menjadi calon legislatif? Coba lihat foto, baliho, poster dan selebaran yang beredar luas dimana-mana kemudian bandingkan dengan diri anda. Mematut diri dicermin serta menginventarisir pencapaian selama ini, eh saya juga dapat menjadi calon, mengapa tidak. Masuk bursa legislatif perlu ada perhitungan yang harus dikalkulasi sebelum mencalonkan diri. Pertanyaan seperti apa tujuan menjadi calon perlu dijawab lebih dahulu. Kalau tujuannya mulia maka kemudian perlu dipikir kemampuan serta nilai tambah yang dimiliki agar punya nilai jual. Selanjutnya kendaraan apa yang akan digunakan. Semua mekanisme yang akan dilalui menuju caleg perlu biaya. Kemudian perlu berdamai dengan diri sendiri bila ternyata suara yang diperoleh tidak mencukupi. Bila masyarakat telah mengenal pelayanan sang caleg jauh sebelum acara pemilu, tentu akan berpengaruh pada masuknya jumlah suara.
Sudah pasti bahwa menjadi calon legislatif di tingkat kabupaten/kota, propinsi, RI maupun DPD memerlukan persiapan. Apakah nantinya mendapat kursi atau hanya penggembira bukan soal besar karena itu adalah sebuah resiko, yah namanya saja usaha.
Di pemilihan manapun, untuk mendapat kursi selalu mempunyai kriteria untuk para calon dan yang menilai bukan dirinya sendiri tetapi pihak lain. Demikian juga kesiapan rohani kita bertemu dengan Yesus Kristus? Bagaimana kesediaan kita untuk mendapatkan tempat di akhirat? Akankah kita mendapat kursi di Dunia Baru …. “Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk diatasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi (Wahyu 20:4). Kursi ataupun jabatan didunia ini akan berlalu tetapi kursi dengan Tuhan kemuliaannya tidak terhingga.
Oleh: Pdt. Moldy Mambu