Penginjilan di Sulawesi Tengah telah dimulai dengan masuknya para penginjil literature dari Manado serta migrasinya umat Advent dari Langowan dan Tondano ke Parigi. Sekelumit kisahnya sbb.:
Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia perintisan pekerjaan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di Sulawesi Tengah dimulai oleh evangelist literature. Di antara tahun 1925-1926 dua orang evangelis literature yang bernama R. Rolangon dan Matius Malingkas yang baru menyelesaikan pendidikan dari Singapura Training School telah datang ke Sulawesi Tengah menjual buku-buku rohani dan majalah kesehatan. Majalah ini kemudian dikenal sebagai Majalah Rumah Tangga dan Kesehatan. Karena penjualan yang banyak, majalah itu tersebar luas di sekitar Poso dimana pekerjaan injil dari gereja Protestant telah dimulai sebelumnya. Perintisan melalui buku-buku rohani itu menjadi jembatan bagi pekabaran injil di Sulawesi Tengah dan sekitarnya sampai ke desa-desa yang jauh di jangkau.
Sementara itu satu keluarga dari Telap, Minahasa datang ke Poso dan menetap disana, Keluarga Ferdinand Rumayar. Keluarga ini pindah kesana karena kakaknya, Harmen Rumayar, telah berada di Tentena beberapa tahun sebelumnya. Akan tetapi kakaknya ini belum menjadi anggota GMAHK. Di tengah situasi yang tidak bersahabat, karena tidak mendapat ijin dari pemerintah untuk mengabarkan injil dan membentuk perkumpulan, Ferdinand Rumayar tetap mengabarkan injil pada kakaknya sendiri dan kenalan-kenalan lainnya. Sebuah kelompok kecil kelompok belajar Alkitab diadakan di satu pondok kecil di kebun milik Herman Rumayar.
Setelah belajar sungguh-sungguh anggota kelompok kecil belajar Alkitab itu minta dibaptiskan. Sayangnya tidak ada Pendeta untuk membaptis mereka karena situasi yang tidak memungkinkan. Maka Ferdinand Rumayar mengirimkan permohonan ke Tondano, Sulawesi Utara untuk memohon kesediaan pendeta untuk datang membaptiskan orang–orang yang telah diajar itu. Saat itu Perang dunia II yang pecah di Eropa yang berakibat besar ke jajahan Hindia Belanda sehingga tidak ada seorang pun pendeta yang siap dikirim ke Poso. Rencana baptisan harus tertunda. Dalam suasana yang sulit itu, Jepang mendarat di Minahasa bulan Januari 1942 dan menawan beberapa misionari. Pdt D.S Kime, Ketua Daerah Sulawesi Utara yang berkebangsaan Amerika, melarikan diri melalui jalan darat sambil berjalan kaki bersama F. Mandolang. Mereka tiba di Poso, Tentena pada hari Jumat 17 Januari, 1942. Kedatangan Pdt. D.S Kime merupakan kesukaan bagi orang-orang yang telah lama rindu untuk di baptiskan. Di antara beberapa baptisan adalah Kel. Kolengen dan istri. Semuanya berjumlah 12 orang yang dibaptis tanggal 18 Januari, 1942.
Sekalipun dalam suasana genting dan keadaan tidak aman, pada sore harinya mereka mengadakan perjamuan kudus sebelum meninggalkan Poso, Tentena. Perjalanan akan dilajutkan dengan mobil yang sudah di persiapkan yang akan membawa rombongan Pdt. D.S. Kime ke Makasar. Di sana bersama dengan keluarga Pdt. W.R. Holley mereka akan naik pesawat terbang ke Bandung kemudian ke Cilacap dimana sebuah kapal sedang menunggu untuk membawa mereka keluar dari Indonesia.
Perpindahan anggota jemaat dari Minahasa ke Sulawesi Tengah dengan sendirinya membentuk kelompok-kelompok kecil yang menjadi cikal bakal terbentuknya jemaat-jemaat di wilayah Sulawesi Tengah. Kelompok-kelompok kecil itu bertambah besar keanggotanya dan shingga menjadi satu jemaat yang di organisir.
Sejak tahun 1948 kesempatan untuk mengabarkan injil di Sulawesi Tengah semakin luas. Kebaktian Kebangunan Rohani yang di lakukan oleh Pdt. A. Sakul, Pdt. A. Londa, Guru Injil Tirayoh Pdt. R. S. Rantung dan Guru injil Lie Sun. Goam di Tentena telah membawa lebih banyak orang kedalam lingkungan GMAHK di Sulawesi Tengah.
Sekarang ini 2014 kota Palu mempunyai 4 Jemaat yaitu Jemaat Maesa, Jemaat Tatura, Jemaat Setia Budi dan Jemaat Betel dengan wilayah yang sangat luas. Berbagai rencana kerja sementara dijalankan oleh Daerah GMAHK Sulawesi tengah yang dipimpin oleh Pdt. Mende, Ketua; Pdt. Abram Lumowa, Sekretaris dan Sdr. Calvin Pasuhuk, Bendahara. Ladang begitu luas, tuaian banyak, kita perlu siap dan bekerja lebih keras lagi kata Pdt. Mende di Kompleks Pengerja Jalan Garuda Palu. Nampak pada gambar, Anggota Jemaat Betel Sabat kemarin, SD SMP SMA Palu dan Gedung Gereja GMAHK Maesa Palu.
Oleh : pdt. Moldy R Mambu – BAIT Manado