Tiga hal penting untuk memilih pasangan dengan benar
Kita sudah membicarakan kesalahan yang orang sering lakukan. Mari kita beralih kepada yang positif dan memikirkan tiga hal yang perlu dipertimbangkan.
- Kecocokan rohani.
Alkitab mengajarkan kepada kita prinsip kecocokan dalam Amos 3:3 “Berjalankah dua orang bersama kecuali mereka setuju? Paulus menuliskan dalam 2 Korintus 6:14 “Janganlah engkau merupakan pasangan orang yang tidak percaya”. Adalah sangat penting agar anda berhubungan dengan orang yang memiliki perasaan yang sama dengan yang anda miliki terhadap Allah.” Saat pemuda/i kristen mendengar ini, terkadang mereka tidak menyukainya. Mengapa? Ini akan mengurangi daftar calon pengantin mereka. Reaksi mereka biasanya: ”Tunggu dulu, saya mencintai seseorang yang bukan Kristen apakah saya salah menikahinya?” Namun jika kita merenungkannya maka kita akan menyadari pentingnya aspek kecocokan rohani dalam pernikahan. Penelitian membuktikan bahwa pernikahan akan memberikan kepuasan kepada mereka yang memiliki persamaan yang mendalam. Dan apakah itu selain kehidupan rohani? Apakah yang melebihi kasih manusia akan Allah dan perasaan dikasihi Allah? Hal itu akan merobah hidup manusia, mengetahui bahwa dosa mereka diampuni dan mereka akan hidup di sorga bersama Yesus. Mulailah hidupmu dengan hal itu. Jika anda dan pasangan anda tidak memiliki hobby yang sama dalam olah raga, belanja di Mall, atau koleksi kupu-kupu, itu hal yang berbeda. Namun hal yang lain jika Allah merupakan pusat kehidupan anda, dan menyukakan Dia, berjalan bersama-Nya, melayani-Nya dan menyampaikan kebaikan dan kasih-Nya adalah dasar dari hidupmu. Jika hal itu tidak dapat dibagi dengan pasangan anda, maka hal itu akan menjadi sangat sukar. Kita melihat beberapa contoh pemuda/i yang rajin ke gereja namun menikah dengan yang tidak seiman, kita selalu mendapatkan kesan pergumulan yang berat dalam hati mereka yang beriman. Ada kesepian rohani yang tidak dimengerti oleh pasangan mereka. Dan kesulitannya adalah mereka yang tidak mengasihi Allah akan sulit mengerti mengapa anda memberikan uang dan waktu saudara kepada Tuhan. Dan bahkan mereka tidak mengerti isi hatimu. Apa yang menjadikan anda seperti itu. Kesenjangan rohani akan menghasilkan perpisahan emosional, karena kehidupan rohani dan emosi sangat erat terkait. - Kecocokan sifat.
Ini sangat penting—apakah anda berhubungan dengan baik satu sama lain? Apakah anda menyukai satu sama lain? Apakah anda percaya satu sama lain? Jika tidak ada kecocokan maka pernikahan itu akan mengalami banyak masalah. Jika satu pihak yang jujur, dan pihak lain tidak terlalu jujur hal itu akan menimbulkan masalah. Jika sepihak yang bertanggungjawab dengan komitmen dan yang lain tidak itu akan menimbulkan ketegangan. Jika yang seorang bijak dalam hal keuangan dan yang lain tidak maka itu akan menimbulkan gesekan. Jika yang seorang sangat serius tentang sex dan yang lain tidak maka itu akan menuai kekacauan. Ini bukanlah perkara yang sepele, namun hal yang serius yang dapat merusak pernikahanmu. Kecocokan sifat menentukan apakah keyakinan dapat ditumbuhkan dalam sebuah pernikahan. Engkau tidak dapat berkompromi dalam hal ini. - Kecocokan emosi yang sehat.
Ini berbicara tentang saling pengertian akan masa lalu masing-masing yang melahirkan sebuah keyakinan yang mana di waktu yang akan datang kebersamaan itu tidak dinodai oleh rahasia dan masalah masa lalu. Bayangkan: “Tiba hari Valentin, suasana di restoran sangat romantis. Ada bunga dan lilin yang dinyalakan, orang yang dihadapan anda sangat mempesona. Namun kenyataannya dia tumbuh dalam rumahtangga yang berantakan, banyak masalah yang dia lalui. Pertanyaannya apakah anda tau apa yang akan dia lakukan? Apakah anda tau seberapa jauh kerusakan emosi yang dia alami? Bagaimana dia mengatasinya? Apakah dia sudah pulih? Ataukah mereka sedang dalam proses kehancuran? Apakah kehidupannya labil? Jika anda akan membeli rumah tentu kita akan mempelajari latarbelakang rumah itu. Apa yang terjadi selam bertahun-tahun lamanya. Apakah ada banjir? Apakah kayunya masih baik? Apakah fondasinya kokoh? Inila yang seharusnya dilakukan oleh masing-masing pasangan sebelum menikah,trauma dan kerusakan apa saja yang telah dia alami dan sejauh mana yang dia sudah perbaiki. Itu sebabnya sangat penting mengikuti bimbingan pranikah. Apa yang terjadi kepada mereka yang memiliki hanya separuh dari kisah hidup pasangannya? Separuhnya tergantung kepada keterbukaan pasangannya, apakah mereka bersedia membukanya? Jika mereka mau menceritakan dengan sebenarnya dan mau membicarakannya dan menghadapinya bersama maka dalam pernikahan itu mereka akan menghadapi masalah apa saja yang akan timbul.
Keputusan Mary: Kisah Dua Orang Pria.
Membuat keputusan akhir tentang pasangan hidup tidaklah mudah. Mari kita ikuti sejenak kisah Mary dan Jonathan.
Jonathan dan saya pertama kali bertemu dalam gereja, dia menghadiri kebaktian di gereja saya tiga tahun yang lalu. Kami menyadari bahwa kami menyukai satu sama lain. Pada saat Jonathan pindah dia memutuskan untuk belajar menjadi seorang pendeta. Dia bekerja untuk mendapatkan biaya kuliah sementara saya tinggal dirumah tinggal bersama orangtua dan keempat saudara.
Kami mulai menulis surat satu sama lain. Ini merupakan awal hubungan kami. Awalnya hanya kalimat pendek. Lalu surat yang panjang, dan bertambah panjang isi surat ini. Pada mulanya surat itu datang sekali dua minggu, dan kemudian setiap minggu, dan akhirnya dua hari sekali. Perasaan kami semakin kuat dengan bertambahnya surat yang kami kirimkan.
Setelah 4 bulan sejak surat pertama dikirimkan, Jonathan berencana datang menemui saya. Dia akan lalui akhir pekan bersama keluarga saya. Hubungan kami lebih dari sekedar sahabat. Dan Jonathan sangat senang untuk berjumpa dengan saya.
Tanpa sepengetahuan Jonathan saya juga menulis surat kepada Hans. Seorang pemuda yang tinggal di Belanda. Saya menulis hanya sekedar bersahabat saja. Namun Hans salah mengartikan surat saya, dan dia berkesimpulan bahwa sayalah wanita idamannya.
Dia berencana untuk membuat kejutan dengan mengunjungi saya. Dia juga datang dari Belanda menuju Inggris untuk meluangkan waktu akhir pekannya dengan keluarga saya. Dua jam setelah Jonathan tiba, muncullah si Hans dari Belanda. Saya meluangkan akhir pekan itu dengan dua orang pria yang memiliki keyakinan bahwa sayalah wanita idaman mereka.
Hal ini selalu saya ingat dalam benak saya. Pada akhir pekan itu saya mendapati dua hal—saya harus berhenti menulis surat dan harus memilih. Apakah bersama Hans di Belanda atau Jonathan di Inggris. Jonathan menang dan Hans kalah. Pilihan itu tidak terlalu sukar dibuat, saya dan Jonathan memiliki banyak persamaan dan cukup mengenal satu sama lain.
Itu merupakan hal yang mudah sebab sejak usia 17 tahun saya sudah minta kepada Tuhan untuk menyatakan orang yang tepat pada saat yang tepat. Saya minta tuntunan Tuhan dalam mengambil keputusan. 25 tahun kemudian saya dapat katakan, aku percaya Tuhan menolong saya dalam membuat keputusan yang benar!”
Tidak Pernah Sendiri Baik Menikah atau Lajang.
Beberapa diantara kita sudah ada yang mempraktekkannya dan itu berhasil dengan baik. Puji Tuhan, bagi yang lain mungkin kurang berhasil dan hubungan anda sangat sulit, bahkan ada yang sudah mengalami perpisahan. Ada juga yang belum menikah mungkin karena keputusanmu atau bukan keinginanmu.
Kita mulai pelajaran ini dengan mengutip ayat dalam buku Kejadian, Allah mengatakan tidak baik jika manusia itu seorang diri saja. Memiliki teman hidup dapat membawa kebahagiaan. Namun dengan status lajang bukan berarti anda sendirian dan kesepian.
Allah akan menyediakan juga bagi saudara–lewat persahabatan, kelompok yang saling memperhatikan, dan hubungan dengan Yesus. Dia merindukan agar kita semua menjalin hubungan dengan-Nya—apakah kita sudah menikah atau masih single. Sehingga kita akan mendengar Dia berkata: ”Saya disini untukmu, engkau tidak akan sendirian.”
Hari ini saya menganjurkan agar kita semua menjalin hubungan dengan Allah didalam semua aspek kehidupan kita, khususnya pada masa berpacaran.!
Oleh Mary & Jonathan Barret, Pendeta Konferens Inggris Selatan, Uni Inggris Raya, Divisi Trans Eropa