Mengapa Tuhan? Mengapa kita harus melibatkan Allah dalam berpacaran, dalam memilih pasangan hidup kita? Mengapa kita harus kembali pada prinsip kekristenan dalam menentukan pria atau wanita idaman kita tatkala kita memiliki penulis dan film yang berbicara tentang hubungan yang sempurna? Jika anda pergi ke toko yang menyediakan dvd/film maka anda akan menemukan banyak sekali nasehat dalam membuat pilihan saat berpacaran.
Kate Hudson mengatakan cara “Bagaimana memutuskan seorang pria dalam waktu 10 hari.” Dengan kata lain bila kita balikkan prosesnya maka kita dapat memperoleh pria atau wanita idaman dalam waktu 10 hari.
Dalam film “Runaway Bride/Kawin Lari” Julia Roberts mengajarkan bahwa bila saudara tau hendak diapakan telur untuk menu makan pagi maka anda sudah tau siapa yang cocok untuk anda nikahi.
Tonton “What Women Want/Apa Yang Wanita Inginkan” maka Mel Gibson akan menyatakan bahwa jika anda ingin membangun hubungan dengan seseorang maka sebaiknya jika anda tidak ingin mengetahui segalanya yang dia pikirkan.
Atau saudara dapat hidup dalam kebohongan yang Jenifer Lopez perankan dalam film “ Pasangan di Manhattan”. Bersikap dan bertindak seperti seseorang yang sebenarnya bukan diri kita, namun kita masih berharap bahwa seseorang akan jatuh cinta pada saudara. Dan bukan hanya itu, dia harus kaya, ganteng, dan berkuasa.
Dari “My best friend’s Wedding/Pernikahan sahabat karibku” kita belajar bahwa jika kita akan jatuh cinta dengan sahabat karib kita, maka kita harus membuat keputusan itu secepatnya sebelum yang lain datang.
Dan dalam “My Big Fat Greek Weeding/Pernikahan Yunani” kita akan belajar bahwa yang penting adalah menyingkirkan semua penghalang, mengunjungi penata rambut, dan belanja di toko pakaian terbaik. Maka Pria yang Tepat akan melihat anda dalam penampilan yang baru, dan dia akan bertekuk lutut, dan jatuh cinta melihatmu.
Dengan semua nasehat ini, untuk apa kita mendengarkan prinsip Allah lagi?
Oleh karena Allah sangat mementingkan kebahagiaan kita, Dia sangat merindukan kebahagiaan kita jauh melebihi siapapun di dunia ini. Dia mau agar engkau bahagia di saat berpacaran dan tentunya dalam memilih teman hidup.
Mencari Tuntunan Allah dalam Memilih Pasangan
Tuhan dan bukan manusia yang mengatakan dalam Kejadian 2:18 “tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja”. Ini menyatakan sesuatu tentang betapa tertariknya Allah memperhatikan kebutuhan kita akan seorang sahabat untuk berbagi kehidupan kita.
Kata asli untuk “tidak baik” berarti “tidak baik kesendirian yang dialami manusia”.
Allah berkata bahwa tidak baik bagi Adam untuk merasa sendiri, terpisah, ada sesuatu yang hilang dan tidak lengkap dalam hidupnya.
Lalu Allah melakukan sesuatu kepada masalah tersebut.
Satu tidur yang nyenyak, satu operasi yang tidak menimbulkan bekas,
dan Adam tidak lagi sendirian. Pasangannya diciptakan dari tulang rusuknya ( Kej 2:21-22)
Adam tidak pernah mencari Hawa. Allah yang membentuk Hawa agar sesuai untuk Adam. Allah yang menyatukan mereka. Demikian jugalah ketertarikan Allah dalam menyediakan bagimu teman hidup yang kepadanya engkau ingin berbagi dalam hidupmu.
Kisah Alkitab yang lain menceritakan bagaimana Allah tertarik sehubungan dengan pilihan kita akan teman hidup. Kejadian 24 menceritakan pertunangan jarak jauh menjadi kisah yang paling romantis dalam Alkitab. Holywood bisa membuat film dari ide cerita ini.
Kisah ini dimulai dengan Abraham, yang memutuskan untuk mendapatkan istri bagi Ishak.
Pada zaman itu kewajiban Ayah untuk mencarikan jodoh anaknya. Coba bayangkan, Abraham yang sudah tua mengutus hambanya yang dipercaya untuk mencarikan pengantin wanita bagi Ishak. Hamba itu berjalan dibawah terik matahari, di kedinginan malam, hanya 10 unta yang berisi muatan yang menemaninya dalam perjalanan itu. Satu bulan lamanya dia pergi ke Haran, tempat yang jauh untuk menemukan istri yang tepat bagi anak tuannya.
Akhirnya, setibanya di kota dia beristirahat di tepi sumur. Dalam keadaan letih memperhatikan banyak wanita yang ada di kota itu. Mungkin dia bertanya. “Bagiamana saya dapat membuat pilihan yang benar?” Dan mungkin inilah yang tidak ada dalam film Holywood – Dia berdoa kepada Tuhan. Dia minta agar Tuhan menuntunnya menemukan wanita yang tepat bagi Ishak (Kej 24:14). Apa yang sangat menarik dari kisah ini adalah bahwa Allah sangat senang menjawab doa, sebab segera setelah dia katakan “Amin”, Ribka yang cantik itu muncul dihadapannya.
Bukankah Allah kita adalah Allah yang luar biasa? Suatu permohonan yang sederhana: “Allah tuntunlah aku kepada pasanganku yang tepat”. Dan Allah menjawab doa itu.
Allah sangat tertarik akan kebahagiaan kita. Ribka akhirnya menjadi istri Ishak.
Dan sebagaimana kebiasaan dalam Alkitab “perempuan itu menjadi istrinya dan pria itu mengasihinya”.
Disinilah pertama kali dicatat dalam Alkitab sebuah doa kepada Allah untuk memilih pasangan yang benar. Kita percaya sebagaimana Allah menyediakan istri bagi Adam dan Ishak, Dia juga rindu menjawab doa-doa kita untuk menuntun kita menemukan pasangan hidup yang sesuai.
Bilamana kita membuka Alkitab kita maka kita tidak menemukan daftar hal apa saja yang harus dilakukan atau jangan kita lakukan dalam membuat pilihan yang benar dalam berpacaran. Namun Allah berkata, “Aku akan menuntun engkau dalam setiap aspek kehidupanmu.” “Aku akan menunjukkan jalan mana yang harus engkau tempuh” (Maz 32:8). Dalam ayat lain dia berjanji untuk mengaruniakan hikmat dalam membuat keputusan. (Yak 1:5).
Hikmat yang dibicarakan disini sangat berbeda dengan hikmat yang kita miliki. Hikmat yang dimaksud adalah kesanggupan menilai orang lain dan diri sendiri dengan benar dan melihat dengan lebih dalam dari sudut pandang rohani. Allah akan memberikan kepada kita hikmat-Nya dan tuntunan-Nya dalam berpacaran jika kita memintanya.
Hikmat dalam Pertunangan yang Lama
Dalam memilih teman hidup diperlukan hikmat, namun seringkali kita bertindak kurang bijaksana. Sebagai orang yang sedang berpacaran kita dapat menghindarkan kesalahan. Kesalahan yang sering dibuat adalah menikah terlalu cepat.
Hal ini tidak terjadi pada Yakub, anak dari Ishak dan Ribka: “Maka Yakub bekerja selama 7 tahun untuk mendapatkan Rahel, namun baginya seperti beberapa hari saja karena kasihnya akan Rahel.” (Kejadian 29:20). Ini adalah pertunangan yang sangat panjang. Dan cinta mereka tidak pernah pudar.
Penelitian akan Masa Pertunangan yang Lama.
Suatu penelitian yang kami baca menyatakan dengan jelas adanya hubungan antara pertunangan yang cukup lama dengan tingkat kepuasan dalam pernikahan dan sebaliknya suatu hubungan yang kuat antara masa pertunangan yang singkat dengan pernikahan yang mengecewakan. Sangat baik jika menjalin hubungan paling sedikit selama setahun bahkan lebih sebelum engkau memutuskan untuk menikah.
Tanpa pengalaman ini maka engkau akan tidak mengenal satu sama lain dengan cukup baik. Beberapa pasangan memutuskan untuk menikah tanpa pernah melewati bersama suatu masa–masa yang sulit.
Mereka tidak mengenal satu sama lain dalam berbagai hal dalam pengalaman hidupnya.
Mereka tidak pernah mendiskusikan hal atau nilai-nilai yang perlu dikompromikan.
Mereka tidak pernah menyelesaikan konflik diantara mereka.
Mereka tidak terbiasa mengatasi perbedaan dalam latar belakang keuangan.
Mereka kurang memiliki pengertian akan pekerjaan pasangan mereka.
Beberapa bahkan tidak pernah berdoa dan berbakti bersama untuk mengetahui apakah mereka akan menjadi pasangan rohani yang cocok?
Maka izinkanlah cukup banyak waktu untuk pergi bersama dan berusaha untuk mengenal dengan sungguh satu sama lain sebelum engkau berfikir dengan serius tentang pernikahan.
Namun engkau tidak dapat mempercepat proses pengenalan ini dengan tinggal serumah sebelum menikah. Tinggal bersama/kumpul kebo adalah suatu hal yang berbeda, namun semua penelitian menyebutkan bahwa pasangan yang tinggal bersama sebelum menikah akan memiliki masalah yang lebih banyak. Dan kecenderungan untuk bercerai adalah 75%.
Robert Moller mengamati bahwa konsep percobaan dalam pernikahan sangat bertentangan dengan pernikahan itu sendiri. “Pernikahan adalah sebuah komitmen yang khusus, seumur hidup, dan permanen. Bagaimana sesuatu yang sifatnya sementara dan tidak mengikat dapat menjadi sebuah ujian?” (Strobel, 1997, p.147) Luangkan waktu bersama namun tinggallah di tempat masing-masing sebelum menikah.
Oleh Mary & Jonathan Barret, Pendeta Konferens Inggris Selatan, Uni Inggris Raya, Divisi Trans Eropa