Masa Kesukaran di Akhir Zaman

F. Terbentuknya Komunitas Pendoa Pada Masa Kesukaran Besar
Satu pertanyaan yang perlu dikemukakan adalah mengapa umat yang sisa di jaman akhir amat membutuhkan satu individu dan komunitas yang memiliki jiwa dan roh suka diajar dan suka berdoa yang telah diurapi khusus sebagai para pendoa secara berkesinambungan? Jawabannya secara jelas adalah agar di tengah-tengah umat sisa itu dapat muncul orang-orang yang dapat menjadi daya perekat dan magnet dan motivator yang kuat untuk mendorong dan menggerakkan anggota-anggota jemaat yang lainnya yang mana pada kondisi dan situasi tertentu memiliki iman seperti Thomas (salah seorang murid Kristus). Saat ini anggota-anggota yang memiliki iman seperti Thomas (fenomena iman sebelum pertobatan yang sungguh-sungguh selama 10 hari menjelang peristiwa Pentakosta sesudah kebangkitan Kristus masih nampak di gereja-gereja.

Nubuatan yang merujuk kepada satu umat yang berpotensi memiliki kondisi suam-suam kuku dari jemaat Laodikea harus dikeluarkan dari antara orang-orang Advent dewasa ini. Mengingat suatusaat tertentu di masa yang akan datang jemaat-jemaat secara lokal akan ditempatkan pada ruang gerak dan pada satu posisi yang sulit untuk menjalankan kegiatan-kegiatan bersaksi. Dalam fenomena dan fakta mini atur secara ekstra (di luar) Alkitab dewasa ini, kondisi yang sulit itu telah dialami oleh gereja-gereja Kristen khususnya MAHK di Ambon dan tempat-tempat lain selama kerusuhan berbau SARA. Sedangkan dalam fenomena dan fakta secara Alkitabiah, kesukaran-kesukaran di tengah-tengah penganiayaan yang terjadi jemaat Kristen mula-mula telah menjadi gambaran kondisi umat-umat Allah di akhir zaman. Ellen G. White menulis bahwa “kita memiliki setiap bukti bahwa Yesus sedang menunggu untuk memberkati kita. Adalah bukan kehendak-Nya bahwa kita harus pergi bekerja ke ladang pekerjaan-Nya, namun tidak memiliki pertolongan khusus, tidak memiliki kuasa dari tempat yang tinggi, untuk menghadiri pekerjaan-pekerjaan kita. Allah tidak pernah meminta kita mengangkat standar hukum-Nya di hari-hari kemurtadan umum, tanpa pertolongan kuasa ilahi. Kita boleh memiliki pertolongan dari sorga, dan kita tidak harus merasa bebas pergi berperang tanpa bukti bahwa hadirat Allah akan menghadiri dalam diri kita”{Gospel Workers,92, 460, parag. 2} Dan kuasa pertolongan ilahi ini hanya dapat diperoleh setelah seseorang memintanya secara berulang-ulang dan bersungguh-sungguh melalui doa-doa yang bersungguh-sungguh tanpa pernah merasa bosan.

Umat-umat Allah membutuhkan doa-doa iman di akhir zaman untuk menantikan pencurahan Roh Kudus yang disebut juga kecurahan Roh Hujan Akhir atau penyegaran dari hadirat Tuhan. Pencurahan Roh Kudus ini dimaksud untuk menguatkan umat-umat Allah menghadapi masa kesukaran dan menyiapkan mereka berdiri secara individu pada saat menghadapi penganiayaan di akhir zaman sambil menunggu kedatangan Kristus kedua kali di awan-awan.  Sama seperti pada hari Pentakosta murid-murid dan anggota-anggota gereja Kristen mula-mula mengadakan doa-doa dan puasa khusus selama mereka menghadapi masa-masa sulit demikian pula hal yang sama akan dialami juga oleh orang-orang Kristen, yakni para pemelihara hukum-hukum Allah dan mereka yang beriman di dalam Kristus secara sungguh-sungguh di akhir zaman.  Sehingga suatu saat di akhir zaman akan terbentuk satu komunitas pendoa dengan jaringan doa yang selalu bersekutu dalam persekutuan doa dan penyelidikan Alkitab seperti yang terjadi di jaman para rasul dalam Kisah 2 dan 4.  Komunitas pendoa ini akan menyusun satu jadwal secara alami dan dilakukan secara berkesinambungan bukan secara musiman.  Karena kebutuhan individu-individu yang telah membentuk komunitas pendoa itu tidak pernah habis-habisnya untuk saling mendoakan umat-umat karena perasaan solidaritas sebagai sesama umat Allah yang sedang dilanda krisis pada masa kesukaran besar seperti yang belum pernah terjadi sejak dunia dijadikan (Matius 24:21;  Markus 13:19).  Cara berdoa mereka mirip seperti apa yang telah diumpamakan Yesus dalam Lukas 11, yakni mendesakkan permohonan-permohonan kita asal saja kita benar-benar berdoa di dalam kesungguh-sungguhan iman dan tinggal di dalam diri-Nya dalam arti bahwa kita tidak mengabaikan penurutan yang konstan terhadap hukum-hukum Allah.  

G. Persiapan Klimaks Untuk Menghadapi Masa Kesukaran

Pada bagian uraian beriktu ini memaparkan saran-saran Alkitab dan tulisan-tulisan roh nubuat terkait persiapan klimaks dari umat-umat Tuhan untuk menghadapi msa kesukaran di akhir zaman. Alkitab Perjanjian Lama mengumumkan satu sejarah panjang tentang janji pengharapan, dan juga kekecewaan, hingga “kegenapan waktu” akan datang dan Oknum yang diramalkan itu akan muncul. Di dalam pengertian ini Perjanjian Lama memiliki karakter menyerupai batang tubuh; itu adalah sebuah cerita belum berakhir yang menerima kegenapannya selanjutnya di Perjanjian Baru. Ada satu janji Seorang pemimpin yang akan datang menjadi hamba Allah (Yesaya 52:13; 53:12; Yehezkiel 37:24-28), terhadap satu perjanjian baru yang akan dituliskan atas hati manusia (Yeremia 31:31-34), dan janji anugerah Roh Allah untuk memberikan kuasa kehidupan baru bagi umat-Nya (Yoel 2:28-32).Sesungguhnya Tuhan sudah berjanji dalam nubuatan Yoel, “Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan. Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu” (Yoel 2:28, 29). Telah terbukti, janji bersyarat ini tidak pernah digenapi oleh bangsa Israel secara nasional setelah kembali dari pembuangan Babilon walaupun janji ini diulangi kembali kepada nabi Yehezkiel (36:26-29) dan Yeremia (31:31-33) dimana dipaparkan di dalam kalimat dan situasi yang berbeda tetapi tujuan sama yakni untuk memulihkan keadaan rohani bangsa Israel.Sekembali dari masa pembuanganmenurut kelompok pemberangkatan atas dekrit raja Koresh dikeluarkan pada tahun 537 sM untuk membangun kembali Kaabah di Yerusalem dan direalisasikan pada masa raja Darius I tahun 520 sM di masa nabi Ezra maka janji pencurahan Roh Kudus secara masal itu masih sebatas janji, bahkan setelah pemberangkatan kedua pada tahun 457 sM atas perintah raja Artahsasta untuk membangun kota dan pemukiman di Yerusalem masih tetap menunggu masa penggenapannya. Selanjutnya setelah masa pemberangkatan ketiga pada tahun 444 sM di masa Nehemia janji pencurahan Roh Kudus tidak pernah kunjung terjadi kepada setiap individu Israel. Itu belum pernah terjadi sampai bangsa Yehuda mengalami satu proses asimilasi dengan Hellenisasi budaya kerajaan Yunani dan berada di bawah pendudukan kerajaan Roma kafir ada sekitar 400 tahun lebih masa Yudaisme.

Malahan ketika zaman mesianik sudah tiba, kebanyakan orang Yahudi tidak menyadari dan tidak menerima kedatangan dan kehadiran Kristus sebagai Mesias padahal janji pencurahan atau penganugerahan Roh Kudus begitu jelas (lihat Yehezkiel 11:19; 36:26-28 band. Yoel 2:28, 29) dimana itu akan terjadi di era Mesias sebagaimana yang dinubuatkan oleh nabi-nabi Perjanjian Lama (Yesaya 32:14-17; 44:3; 39:29; 61:1-3; Hagai 2:4-6; Zakharia 12:10).Pencurahan Roh Kudus pertama-tama harus dialami oleh Mesias itu Sendiri saat pengurapan-Nya di sungai Yordan demi mengesahkan pekerjaan pelayanan-Nya yang segera dimulai (band. nubuatan janji pengurapan Mesias dalam Daniel 9:24-27; Yesaya 61:1-3; Lukas 4:14, 18). Sesudah itu maka pencurahan itu barulah akan terjadi ke atas setiap individudi Israel dengan syarat bahwa individu tersebut adalah orang yang beriman kepada Mesias. Sayang sekali, Mesias sudah datang tetapi mereka tidak menerima-Nya, bahkan “meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya” (Yohanes 1:11; 12:37). Sehingga janji pencurahan Roh Kudus dalam Yoel 2:28, 29 belum juga terjadi di antara individu-individu Israel secara masal di saat Yesus sedang di dalam pelayanan bersama murid-murid-Nyaselama 3 tahun yakni dari tahun 27 saat Ia dibaptiskan hingga penyaliban-Nya tahun 31 TM. Ini adalah gambaran bahwa janji pencurahan Roh Kudus di akhir zaman tidak akan mutlak digenapi di dalam gereja secara institusi atau organisasi sekalipun seruan untuk berdoa bagi pencurahan Roh Kudus itu datang dari pimpinan gereja secara organisasi. Sama seperti pada jaman bangsa Yehudi, janji ini tidak mutlak harus digenapi secara nasional atau secara ekslusif karena mereka adalah umat pilihan Allah, demikian pula, janji ini tidak mutlak dan tidak secara ekslusif hanya akan digenapi di antara para penganut MAHK secara institusi dan organisasi gereja. Tetapi itu adalah janji inklusif (terbuka kepada siapa saja) atau bagi barang siapa yang berseru di dalam nama Tuhan” (Yoel 2:32; Roma 10:13), sudah tentu seruan di dalam nama Tuhan ini adalah seruan yang didasarkan pada iman yang asli yakni seruan iman yang tidak mengabaikan penurutan kepada kehendak Allah lewat hukum-hukum-Nya. Agenda Allah berupa janji pencurahan Roh Kudus ini tidak akan mungkin sama dengan agenda manusia. Ini hanya bergantung satu-satunya kepada kemauan, kerelaan dan rahmat Allah semata. Dan apa yang dijanjikan-Nya tidak akan pernah dilanggar dan diubah-Nya (Filipi 2:13; Mazmur 89:35). Adapun kemauan dan rahmat itu tidak lepas dari kesiapan hati manusia yang mau menerima panggilan dan tawaran Allah kecurahan Roh Kudus itu secara individu. Lalu di sini harus ditegaskan bahwa sasaran pencurahan Roh Kudus ini adalah ditujukan kepada “barang siapa yang berseru kepada nama Tuhan,” akan membuat mereka yang berseru ini tergabung dengan orang-orang “yang akan diselamatkan.” Dan keselamatan itu berasal dari gunung Sion dan Yerusalem di mana mereka yang menerima pencurahan Roh Tuhan ini adalah juga mereka dipanggil Tuhan dan dimasukkan atau digolongkan sebagai “orang-orang yang terlepas” (Yoel 2:32).
bersambung …..

Oleh : Pdt. Kalvein Mongkau