Lumpur dan sampah hingga kamis kemarin masih menghiasi Kota Manado lebih khusus wilayah yang dihantam banjir bandang 15 Januari lalu. Masyarakat korban banjir hanya dapat menatap rumahnya dan tak tahu dari mana mau membersihkannya. Seluruh ruangan dan pekarangan dipenuhi lumpur dan sampah. Hal yang samaterjadi di ruasjalan. Bau busuk mulai tercium di mana-mana. Keadaan ini harus segera diatasi dengan pembersihan, karena kalau tidak itu akan mengancam kesehatan manusia.
Dalam situasi yang sulit dan berat ini, masyarakat Sulawesi Utara yang terkenal dengan slogan “Torang samua basudara” nampak memberikan uluran tangan. Diprakarsai oleh Gubernur Sulawesi Utara Dr. S.H. Sarundayang dengan mengerahkan enam ribu PNS Penprov sejak beberapa hari lalu mulai membersihkan kota Manado. Nampak pula ribuan masyarakat dari Minahasa turun ke Manado untuk bersih-bersih di sokong oleh 200 truck sampah dan puluhan louder, excavator dan bulldozer.
Sampah bersama lumpur benar-benar menambah stress korban banjir. Banyak alat perabot rumah tangga tak bisa lagi di pergunakankarena di penuhi lumpur. Korban jiwa dan kerugian material sungguh luar biasa dalam peristiwa ini. Materi mungkin dapatdicari namun perginya seseorang yang dikasihi menjadi beban duka yang sangat mendalam. Banjir dari waktu ke waktu datang dan semakin kerap. Jumlah air dan besarnya daya rusak bertambah besar walaupun ada usaha pemerintah untuk menjinakkan bencana banjir seperti membersihkan sungai dan membuat waduk penampungan luapan air. Banjir bandang di Manado barusan ini memang tidak diduga masyarakat sebesar dan sedahsyat ini karena biasanya paling banter hanya mencapai lutut tapi sekarang mencapai atap.
Dapatkah manusia mengatasi bencana alam ini? Masyarakatdan pemerintah perlu berusaha bersama untuk mengantisipasi bencana seperti ini. Pengrusakan lingkungan harus dihentikan di samping berhenti membuat sampah sembarangan. Perlu ada perencanaan yang matang dan menyeluruh. (Lukas 14:28).
Dalam situasi seperti ini pertolongan yang diberikan bagaikan air yang sejuk untuk para penderita. Berbuat baik dengan memberikan pertolongan tenaga, uang, makanan maupun sokongan moril sangat diperlukan.“ Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik … karena itu selama masih ada kesempatan bagi kita marilah kita berbuat baik kepada semua orang” Galatia 6:9,10.
Kehidupan dalam dunia ini sangat rentan dengan berbagai masalah termasuk yang uncontrollable karena di luar kemampuan kita. Apakah yang kita dapat banggakan dengan kekuatan kita? Bagai Raja Daud mengatakan pengalamannya “… sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya sebab engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu itulah yang menghiburaku”. Betapapun gelap dan kelam bahaya banjir yang baru melanda Manado tapi Tuhan tidak membiarkan kita. Karena ia tidak pernah mengijinkan ujian dan cobaan yang melebihi kemampuan kita.
Banjir dan bencana lainnya silih berganti dalam kehidupan kita. Banjir adalah tanda kedatangannya. Lihatlah ke depan kepada kehidupan yang Tuhan sediakan kita di dalam kerajaanNya. (Yohanes 14:1-3; Pilipi 3:20).