Bernard Fellay, Bishop Roma Katolik Traditionalis, mengatakan bahwa, “The situation in the Catholic Church is a real disaster and the present pope is making it 10,000 times worse.” Dia juga menyatakan pada kesempatan yang sama tentang Paus Fransiskus , “We have in front of us a genuine Modernist.”
http://www.cfnews.org/page88/files/14e8cf27a431ca52105cf70b45567b82-149.html Pernyataan terhadap Paus Fransiskus ini di katakan oleh Bishop Fellay tanggal 12 Oktober 2013 di Angelus Press Conference di Kansas City. Pernyataan yang keras ini mengundang pertanyaan tentang apa sebenarnya yang terjadi di dalam Gereja Katolik sekarang ini dan apakah ada indikasi bahwa hal tersebut merupakan penggenapan dari nubuatan tertentu. Oleh karena Bishop Fellay adalah termasuk Kaum Katolik Tradisional maka pertanyaan disini apa itu ajaran modern di Gereja Katolik sehingga Bishop Fellay, seorang tradisionalis, menuduh Paus Fransiskus adalah seorang modernis sejati. Yang penulis ingin ungkapkan pada kesempatan ini ialah, apakah ada nubuatan tertentu yang digenapi di seputar isu tradisionalis dan modernis didalam tubuh Gereja Katolik.
Perbedaan yang sangat mendasar dari kelompok tradisionalis dan modernis adalah tentang apa yang dimaksud dengan “Kebenaran.”
“Kebenaran” menurut kelompok kaum modernis tergantung pada persepi subyektivitas setiap individu dan keyakinannya, dan bukan pada obyek tertentu, atau perintah yang diturunkan dari Allah. Karena itu kebenaran berubah-ubah dari orang per orang, dari usia ke usia, dari tempat ke tempat dan kaum modernis menekankan yang nalar manusia saja yang menetapkan apa yang salah dan benar, baik dan buruk. Yang terpenting ialah setiap individu mempunyai hak oleh karena keberadaannya untuk melakukan pemilihan sendiri yang menurutnya adalah yang terbaik untuk menyenangkan dirinya, sepanjang tidak mengganggu hak dari individu lain. Oleh karena itu kaum modernis terutama sangat peduli tentang menjaga dan mempromosikan kemajuan kondisi manusia melalui keadilan alami, kemajuan teknologi, toleransi agama, perdamaian, dan kemakmuran materi. Manusia adalah ukuran dan tujuan dari semuanya, dan tiada tujuan lain yang nyata yang lebih penting dari keberadaannya disini dan sekarang ini.
“Kebenaran” menurut ajaran Katolik, menekankan yang ada tujuan dari kebenaran universal dan adanya realita yang lebih besar terbuka bagi semua orang yang melebihi keterbatasan kita, ketidak sempurnaan kita dan kehidupan kita. Kebenaran ini adalah Allah, dan kenyataan yang besar ini adalah kebahagiaan kekal di surga. Yang utama Katolik percaya yang Allah dapat dan sanggup dengan sempurna mengungkapkan hal yang kekal ini, keindahan, keajaiban kebenaran, yang kaum modernis percaya yang manusia harus mendapat seluruh kebenaran oleh dirinya sendiri. Allah menurut ajaran Katolik menciptakan dan secara tetap memelihara seluruh alam semesta dan setiap individu. Selanjutnya Dia telah mengungkapkan kebenaran yang mendalam tentang diri-Nya, kebenaran yang melampaui pikiran manusia, dan seringkali ajaib, dan berhubungan dengan kenyataan super natural. Allah mengajar dan melalui satu-satunya Gereja-Nya, terus menerus mengajar keilahian-Nya, yang sangat penting, kebenaran yang tak berubah, supaya semua orang pada satu hari akan memperoleh kebahagian kekal di taman eden.
http://sspx.org/en/about/major-concerns/modernism
Diantara hal-hal yang menjadi pokok perbedaan antara kelompok tradisional dan kelompok modernis didalam Gereja Katolik diantaranya adalah; kebebasan beragama, oikumene, kolegialitas dan pelanggaran liturgi.
http://sspx.org/en/about/major-concerns/modernism
KEBEBASAN BERAGAMA. Menurut kelompok modernis suara hati manusia – setiap individu, adalah dasar tertinggi yang menyatakan tentang baik dan jahat, dengan demikian setiap orang dapat berbuat sesuai yang disenanginya kecuali tindakannya itu membahayakan hak orang lain. Ajaran Katolik menekankan yang kebebasan adalah pemberian yang besar dari Allah dan dapat dihidupkan dengan baik atau buruk. Memilih apa yang baik dan yang sesuai dengan kehendak Allah, adalah penggunaan kebebasan yang sesuai dan tepat, dan membuat manusia sesungguhnya merdeka. Sebaliknya, memilih apa yang jahat dan bertentangan dengan kehendak Allah adalah pelanggaran. Tidak seorangpun mempunyai hak melanggar kebebasan ini, walaupun kelihatannya tidak secara langsung menyakiti orang lain, oleh karena pelanggaran selalu melawan dan menentang Allah, yang adalah, kebenaran tertinggi.
Itu sebabnya ajaran kelompok modern mengajarkan yang manusia, sesuai dengan keyakinannya dan sesuai dengan kebebasan alaminya, dapat memilih agama apapun yang menyenangkannya, sedangkan ajaran Katolik menegaskan yang menusia mempunyai kewajiban untuk memilih agama yang paling sejalan dengan tujuan kebenaran dan rencana Allah untuk semesta alam. Seseorang tidak bisa mengabaikan tugas ini dan memilih agama yang tidak benar, perbuatan itu adalah kejahatan, pelanggaran dari kebebasan, bukan suatu pernyataan dari kebebasan. Manusia menurut ajaran Katolik hanya bebas memilih apa yang baik dan percaya apa sesungguhnya yang benar.
OIKUMENE. Oikumene menunjukkan usaha sedunia untuk kesatuan agama. Dalam hal kebebasan beragama, ajaran Katolik dan ajaran modern masing-masing melihat oikumene secara berbeda, berdasarkan atas perbedaan pengertian mereka tentang kebenaran.
Kaum modern meyakini bahwa pengetahuan agama berasal dari individu yang bersangkutan. Pengetahuan ini datang dari dalam sebagai suatu desakan hati subjektif dari alam sadar dan dibawah sadar. Oleh karena itu semua agama, kurang lebih baik dan layak dipuji, sebab semuanya, dalam cara yang berbeda, memanifestasikan dan menunjukkan naluri agama bawaan lahiriah. Karena itu banyaknya pengertian tentang Allah adalah sebanyaknya manusia itu. Melalui dialog antara sesama, perbedaan agama akan menuju kepada pengertian dan saling menghormati, dan seterusnya akan mendorong perdamaian yang sehat dan kompromi.
Ajaran Katolik, pada pihak yang lain, mengajarkan bahwa Katolik adalah satu-satunya agama yang dinyatakan oleh Allah. Hanya iman Katolik yang membawa kepada kebahagiaan kekal dan damai yang sesungguhnya, bukan hanya antara manusia pada kehidupan sekarang, tetapi juga antara manusia dan Allah sampai kekekalan di surga. Oleh karena Allah menghendaki setiap manusia memiliki kebenaran dan kebahagiaan ini, Gereja Katolik mempunyai tugas untuk membagikan ajaran-ajaran ini dan menyatakannya sejauh dan seluas mungkin. Ajaran ini datangnya langsung dari Allah sendiri dan karenanya bebas dari cacat, dan Gereja karenanya, dengan kasih harus mendorong semua jiwa, untuk kebaikan mereka, meninggalkan kesalahan dan mengikut kebenaran. Ajaran Katolik, melalui oikumene, meninggikan kebenaran Allah dan mendorong pertobatan sementara ajaran modern mengutamakan dialog dan kompromi.
KOLEGIALITAS. Ajaran Katolik mengajarkan yang Allah menciptakan alam semesta dalam jenjang struktural, dimana Dia adalah pemegang kedaulatan tertinggi. Demikian juga Yesus Kristus dalam ke ilahian kemanusiaannya mendirikan satu-satunya Gereja-Nya yang benar dimana Dia mengangkat Rasul Petrus dan penerusnya sebagai pemimpin tertinggi. Secara tradisionil, para paus, telah melaksanakan hak hukumnya atas setiap lembaga dalam Gereja. Secara moral, doktrinal dan hal-hal ketertiban, apa yang dikatakan paus adalah final karena dia berbicara dengan kuasa langsung dari Kristus.
Ajaran kelompok modern tentang kolegialitas religi, beranjak dari pengertian tentang kebebasan dan hak individu yang salah. Ajaran ini menekankan bahwa penyelenggaraan Gereja dalam setiap waktu harus melalui proses demokrasi yang ketat. Paus mempunyai kebebasan untuk mengatakan sesuatu, tetapi para kardinal dan bishop-nya selalu harus diizinkan untuk menyatakan pendapatnya. Demikian juga para bishop didaerahnya dengan para imamnya dan para imam paroki dengan parokinya. Ini adalah satu-satunya jalan, menurut penganut ajaran modern, yang hak individu tidak bisa diganggu gugat dan kebebasan akan dilindungi. Setiap orang karenanya harus belajar bagaimana berkomunikasi, berkompromi, juga bagi paus.
PELANGGARAN LITURGI. Perubahan yang paling mengejutkan dilakukan pada Misa, yang merupakan satu diantara banyak perubahan pada liturgi, yaitu re-orientasi dari mimbar, yang diputar 180 derajat sehingga sekarang menghadap ke umat, sebagai akibatnya imam juga menghadap ke umat. Misa yang baru berfokus ke jemaat sementara misa traditional berfokus pada penyembahan kepada Allah. http://sspx.org/en/about/major-concerns/modernism
Bilamana dipelajari dengan saksama perbedaan antara ajaran kaum Katolik tradisional dan ajaran modern, dengan jelas dapat dimengerti bahwa ajaran modern sangat berbeda dengan ajaran tradisional Gereja Katolik, dan Bishop Fellay mengatakan seperti di kutip diatas yang Paus Fransiskus adalah modernis sejati. Pertanyaan kemudian, mengapa Bishop Fellay berani mengatakan bahwa Pope Fransiskus adalah modernis sejati? Salah satu alasan mengapa Bishop Fellay mengatakan demikian adalah pernyataan Paus Fransiskus , ketika diwawancarai oleh jurnalis Eugenio Scalfari dari “La Repubblica” yang hampir sama dengan ciri-ciri ajaran kamu modernis yang disebutkankan diatas, yaitu sebagai berikut; “Each of us has a vision of good and of evil. We have to encourage people to move towards what they think is Good.” Dan selanjutnya Paus Fransiskus menyatakan; “And I repeat it here. Everyone has his own idea of good and evil and must choose to follow the good and fight evil as he conceives them. That would be enough to make the world a better place.”
http://www.cfnews.org/page88/files/14e8cf27a431ca52105cf70b45567b82-149.html
Bishop Bernard Fellay adalah Superior General dari “Society of Saint Pius X” atau “SSPX,” dan termasuk Kaum Katolik Tradisional. Setelah Bishop Marcel Lefebvre, Superior General pertama dan pendiri SSPX meninggal dunia, Bishop Bernard Fellay menggantikannya. Lahir tanggal 29 Nopember 1905 Bishop Marcel Lefebvre memulai pelayanan keimamatannya di Gereja Katolik pada tahun 1929, dia diurapi sebagai imam Katolik dan ditahun 1947 sebagai uskup Dakkar dan ditahun 1948 dia diangkat menjadi uskup agung dan mencapai puncak karir sebagai Superior General dari Holy Ghost Fathers 1962-1965.
Sama seperti Paus sebelumnya, demikian juga Paus John XXIII, yakin akan keahlian teologia dari uskup agung Lefebvre, dan pengalaman misionarinya, dan juga latar belakang pendidikan yang jarang setinggi dia kwalikasinya, maka paus mengangkat dia sebagai anggota Komite Pusat Persiapan untuk Konsili Vatikan II (1962-1965). Satu kelompok yang bernama Holy Ghost Fathers juga mengangkat uskup agung Lefebvre sebagai superior general ditahun 1962 oleh karena terkesan dengan pelayanannya. Pada posisi ini, uskup agung Lefebvre berada pada tingkat tertinggi di dalam karirnya di birokrasi Roma Katolik. Walaupun demikian Konsili Vatican II baginya merupakan pengalaman kekecewaan yang pahit. Hampir semua risalah yang dia siapkan untuk Konsili Vatican II ditolak dan diganti dengan risalah baru yang lebih liberal dan dengan versi modern. Sebagai reaksinya, uskup agung Levebvre bersama-sama wakil gereja yang sejalan dengannya membentuk kelompok yang diberi nama Coetus Internationalis Patrum, dan uskup agung Lefebvre ditunjuk sebagai ketuanya, yang beranggotakan 200 bishop. Tujuan utama dari kelompok ini adalah menolak kecenderungan ajaran modern di dalam teks konsili. Dan sepanjang Konsili Vatikan II dia memimpin kelompok Coetus Internationalis Patrum ini dalam perlawanannya terhadap kelompok liberal tetapi gagal, dan karenanya dengan hati yang hancur uskup agung Lefebvre meninggalkan Konsili Vatican II. Setelah didesak oleh kelompok liberalis di dalam Holy Ghost Fathers dia juga meninggalkan jabatannya sebagai superior general dari Holy Ghost Fathers tahun 1968 dan kemudian dia pensiun.
Pada tahun 1969 setelah didekati oleh para seminaris, orang tua, imam-imam dan uskup-uskup, dan setelah mendapat tanda bahwa Allah menyetujuinya, dan setelah disetujui oleh Uskup Francois Charriere, maka uskup agung Marcel Levebvre mendirikan Keimamatan SSPX. 1 Nopember 1970 SSPX mendapat persetujuan dari uskup lokal Adam Nestor dan kemudian dari Congregation of the Clergy of the Vatican. Tanggal 25 Maret 1991 uskup agung Marcel Lefebvre meninggal dunia. http://sspx.org/en/about/major-concerns/modernism Baca juga di
http://katolisitas.org/3389/tentang-sspx
SSPX adalah satu dari dua kelompok utama dalam Kaum Katolik Tradisional dan bersama kelompok Kaum Katolik Tradisionalis lainnya tidak menerima keputusan-keputusan dari Konsili Vatican II, oleh karena perubahan-perubahan yang ditetapkan Konsili Vatican II ini menurut mereka bertentangan dengan ajaran-ajaran dalam tradisi Gereja Katolik. Diantara hal-hal yang menjadi pokok perbedaan antara kelompok tradisional dan kelompok modern adalah; kebebasan beragama, gerakan oikumene, kolegialitas dan pelanggaran liturgy, yang sudah diterangkan diatas
Ajaran modern di Gereja Katolik mulai berkembang diakhir abad ke 19 dan permulaan abad ke 20. Mempertimbangkan bahayanya terhadap Gereja Katolik maka pada tahun 1907 Paus Pius X mengeluarkan peraturan untuk bersumpah Melawan Modernism bagi para bishop Katolik, para imam dan guru. Sumpah ini dihapuskan tahun 1967 oleh Paus Paul VI. Ajaran ini bangkit kembali pada tahun-tahun menjelang Konsili Vatican II.
Hal-hal berikut sangat menarik untuk dipelajari, pertama yaitu pernyataan Bishop Fellay di Kansas City, yang menyatakan “Paus Francis mempercepat kemunduran gereja dan dapat merupakan seruan yang dunia sedang masuk ke masa antikristus.” http://www.wnd.com/2013/10/bishop-pope-leading-church-to-disaster/. Yang kedua Bishop Fellay juga mengutip Kardinal Luigi Ciapi, theologian paus mulai dari Paus Pius XII sampai Paus John Paul II, yang mengatakan “third Secret” mengamarkan yang kemurtadan dalam gereja mulai dari puncak, http://www.wnd.com/2013/10/bishop-pope-leading-church-to-disaster/. Dan Yang ketiga Bishop Fellay juga mencatat yang menurut Sister Lucia “third secret of Fatima” menunjuk kepada Wahyu 8 sampai 13, yaitu tentang antikristus, http://www.wnd.com/2013/10/bishop-pope-leading-church-to-disaster/ dan keempat yaitu nubuatan dari Santo Malachy yang menubuatkan bahwa Paus yang sekarang adalah paus yang terakhir, memberi tahukan kepada kita bahwa, didalam Gereja Katolik ada kelompok umat yang walaupun jumlahnya yang nyata mungkin tidak sampai dua persen dari total umat seluruhnya, meyakini bahwa antikristus seperti yang dimaksud di Matius 24 dan Wahyu 13 sudah ada, dengan demikian dunia sangat dekat dengan kesudahannya.
Karena itu, “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia,” Lukas 21:36
yang bergabung karena pertemanan. Doa minta jiwa rutin dilakukan jemaat dan hasilnya, jiwa datang dengan sendirinya,” ungkap Lucky Mangkey, ketua Jemaat Gritma.
Ada tiga komponen penting dalam meminta janji Tuhan. Yang pertama, kita meminta; kedua kita musti yakin bahwa TUhan sudah menjawab permohonan kita; dan ketiga kita bersyukur dan berterima kasih karena jawabannya. Demikian diulang-ulangi Pendeta Jantje Tumalun yang secara rutin memimpin doa penyerahan dalam bentuk Doa Plus, yakni doa dan meditasi di jemaat Gritma. Program doa jemaat Gritma tidak saja akan berlangsung selama KKR namun akan dijadikan sebagai pola hidup. “Pagi-pagi benar, sebelum fajar menyingsing, Yesus berdoa kepada Bapanya dalam mazmur dan kidung pujian,” demikian Pdt. Jantje Tumalun mengingatkan pola hidup yang seharusnya dijalani umat TUhan yang menanti kedatangan Yesus Yang Kedua Kali. “Berdoa supaya kita boleh bawa jiwa bagi Tuhan,” ingatnya.
Meski terpisah-pisah di berbagai jemaat, tetapi kerukunan umat Advent di perumahan Gritma tetap terpelihara . Dibentuknya Rukun Advent Gritma (RAG) yang juga menjadi penyokong utama KKR “Semua Karena Cinta” nanti membuktikannya. Mari doakan agar kerukunan ini akan terpelihara terus, menjadi terang yang menyinari masyarakat sekitar. Doakan pula KKR
“Semua Karena Cinta” yang akan digelar bersama BAIT Ministry dan Voice of Hope selama satu minggu ke depan agar terlaksana sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan.
Oleh : Jerry Mamahit