Bishop Ryan sedang menjalankan upacara pengesahan kepada serombongan anak-anak muda, bertanya kepada seorang anak yang gugup: “Bagaimana katakismus menerangkan tentang matrimony (ikatan perkawinan?)
“Itu adalah keadaan siksaan yang sangat mengerikan, dimana mereka dipaksa mengalami suatu waktu untuk melayakkan mereka bagi dunia yang lebih baik.”
“Bukan, bukan,” sela pendeta wilayah. “Engkau sudah salah artikan definisi purgatory (penyucian dosa).”
“Biarlah,” senyum bishop. “Bagaimana dua orang imam seperti engkau dan saya mengetahui bahwa anak itu tidak benar?.”
Mungkin lebih dari 30% ia benar karena dikatakan ada fakta statistic bahwa di Amerika Serikat sekarang ini satu diantara 3 perkawinan berakhir dengan perceraian. Lihat, baca dan saksikan juga apa yang terjadi dengan perkawinan dinegara kita – para selebritis kawin cerai mewakili gaya hidup masyarakat kita dewasa ini. Kita sedang hidup dalam satu masyarakat yang sakit – suatu masyarakat yang sudah ditulari kuman-kuman yang kotor dalam yang ditunjukkan dalam bioskop, televise, CD, DVD, dalam berates-ratus buku dan majallah, dan diajarkan disekolah-sekolah. Berjuta-juta perkawinan merasa frustasi dan tidak bahagia. Mereka seakan-akan robek dalam jahitannya.
Kemungkinan aspek yang paling menyedihkan dari keadaan itu adalah pandangan yang menyedihkan dari 3 juta lebih anak-anak dimana orang tuanya bercerai. “Keluarga-keluarga Amerika berada dalam kesusahan-kesusahan yang begitu dalam dan mengancam hari depan bangsa itu,” kata seorang pengusaha kepada Gedung Putih untuk anak-anak. “dapatkah keluarga itu hidup lebih lama? Mahasiswa-mahasiswa pemberontak, pasangan-pasangan yang belum menikah tinggal bersama (kumpul kebo)” – semua ini menyengsikan arti dan struktur unit keluarga yang stabil sebagaimana dikenal oleh masyarakat kita.” Kata seorang anthropologist yang terkenal.
Orang-orang lain member amaran: “Tidak ada masyarakat yang dapat bertahan setelaj kehidupan keluarga memburuk.” Perkawinan, sebagai dasar hubungan keluarga, dapat menjadi suatu berkat besar atau ‘malapetaka yang mengerikan’, itu tergantung pada sikap kedua orang yang masuk dalam perkawinan itu.
BAGAIMANA MENCEGAH PERCERAIAN
Kami berikan daftar sederhana dari hal-hal yang negative yang biola dituruti dengan teliti, dapat membawakanhasil yang positif.
BUAT PRIA
Jangan mengawini seorang wanita yang tidak percaya, tidak(suka) berdoa.
Jangan mengawini wanita yang pemarah dan suka cemburu.
Jangan mengawini wanita yang senang dengan tempat-tempat pelesir lebih dari rumah (tangga)nya sendiri.
Jangan memilih wanita yang tidak tahu memasak kecuali anda cukup kaya untuk menggaji seorang pembantu yang ‘pintar’ memasak. – atau kecuali ia banyak uang.
BUAT WANITA
Jangan mengawini seorang pria yang tidak percaya.
Jangan mengawini seorang pria yang mempunyai sifat-sifat yang tidak baik.
JAngan mengawini seorang pria yang selalu mengunci diri didalam bilik atau ditempat pekerjaan ayau klub yang khusus untuk pria saja.
Jangan mengawini seorang pria yang congkak.
Jangan mengawini seorang pria yang mempunyai standard moral yang rendah.
(Anda bisa tambahkan banyak hal lainnya, tapi poin-point diatas adalah pokok).
Sebuah slogan yang terkenal berkata: “Keluarga yang berdoa bersama-sama, tinggal bersama-sama.” Berbahagialah rumah tangga yang dapat berkata, “Kristuslah kepala rumah tangga ini, tamu yang kelihatan pada setiap jam makan, pendengar yang diam pada setiap percakapan.”
Oleh : Pdt. H.W. Suawah