“Tips untuk pernikahan yang bahagia diterbitkan hampir satu abad yang lalu, kembali menjadi artikel utama pada tahun 2007. Demikianlah Artikel ini mengawali tulisan Jo Willey.
Dua buku – Hal yang Suami Tidak Boleh Lakukan dan Hal yang Istri Tidak Boleh Lakukan – menjadi buku yang paling laris dijual.
Buku penuntun yang ditulis tahun 1913 oleh Blanche Ebbutt menjadi sangat relevan dan sangat tepat pada tahun 2007.
Mereka mengingatkan agar para suami tidak mengeluh tentang masakan istrinya. Dan menuliskan agar istri jangan pernah mengatakan kepada suami: “Sudah saya bilang….” Buku ini tetap dicetak selama lebih kurang 20 tahun saat para pria bekerja dan wanita tinggal dirumah.
Sekalipun sudah banyak hal yang berubah sejak saat itu, satu hal yang masih relevan adalah Tips: “Jangan menambah pekerjaan rumah dengan meninggalkan milik anda disembarang tempat.” Ebbutt menasehati para suami: ”Jangan menganggap rendah istri anda, dia memiliki kemampuan yang sama dengan rekan kerjamu di kantor.
Yang dia tidak miliki hanyalah kesempatan.” Bicaralah dengan istrimu segala sesuatu yang hendak kamu bicarakan, maka anda akan terkejut dengan tanggapannya yang luas terhadap topik itu.
Petunjuk dasar tentang Pernikahan.
Ada beberapa tips pernikahan yang perlu kita pertimbangkan bahkan dari sumber yang lebih tua – bukan hanya seratus tahun yang lalu tapi ribuan tahun yang lalu. Nasehat ini bukan hanya untuk pernikahan namun untuk kehidupan rumah tangga yang sukses. Dimanakah tips ini didapatkan? Dalam buku petunjuk yang kita sebut Alkitab.
Buku itu, Alkitab yang suci, memberikan informasi bahwa Allah yang membentuk Rumah Tangga pertama. Segalanya sempurna dalam Rumah Tangga yang pertama itu.
Mereka memiliki rumah yang indah, makanan yang baik, suatu hubungan kasih sayang yang sangat membahagiakan satu sama lain dan dengan pencipta-Nya. Apa lagi yang kurang? Kejadian 3 menggambarkan bagaimana Rumah Tangga yang pertama itu menjadi tidak harmonis. Dan sejak saat itu setiap rumahtangga mengalami ketidakharmonisan dan kita memiliki persamaan. Dalam Matius 7:24–27, apa yang ayat ini berikan sehubungan dengan pelajaran Rumah Tangga.
Matius 7:24-27 adalah bagian dari khotbah Yesus di atas bukit. Khotbah ini bukan hanya ditujukan kepada murid-Nya tapi bagi mereka yang rindu mendengar kata-kata hikmat-Nya.
Pria dan wanita, tua dan muda, bahkan mereka yang ingin menjebak Yesus ada disana.
Yesus berbicara tentang sebuah kerajaan yang mana setiap orang dapat menjadi anggotanya.
Kerajaan-Nya bukanlah untuk masa yang akan datang tapi masa sekarang.
Yesus ingin menetapkan kerajaan-Nya dalam hati umat manusia, dengan Roh-Nya Dia ingin menyentuh hati manusia, dan hal itu akan mengalir kepada orang lain dalam bentuk kehidupan yang penuh semangat dan penuh kasih.
Saat mereka melihat tanggungjawab dan kesempatan dari warga kerajaan kasih, Yesus memberikan panggilan kepada suatu tindakan yang nyata. Di ayat 24 dia menuliskan bahwa tidaklah bijak jika hanya mendengar tapi tidak melakukan.
Mendengarkan secara tidak langsung membawa sebuah tanggungjawab untuk melakukan apa yang didengar.
Menyadari hal ini saya melihat kembali kepada tahapan dalam pernikahan saya dan kemiripannya dengan pengalaman setiap pasangan yang menikah dan setiap keluarga saat ini.
Setiap orang terlibat dalam membangun
Persamaan apa yang dimiliki dua orang dalam Matius 7:24-27? Mereka sama–sama membangun, membangun satu tempat berlindung agar mereka tetap hangat di malam hari dan tidak kepanasan di siang hari.
Saat pasangan memikirkan pernikahan dan memasuki persiapan pranikah, mereka mulai membangun. Pada dasarnya setiap pasangan apapun agamanya berusaha mencapai kelanggengan dan kebahagiaan dalam rumah tangga mereka.
Saat janji pernikahan disebutkan setiap pasangan mengimpikan rumah tangga yang bahagia. Pada umumnya setiap rumah tangga tidak hanya memimpikan bangunan rumah secara fisik namun juga lingkungan dimana anak-anak dapat lahir dan bertumbuh, dilatih dan dikelilingi suasana kasih.
Berikut adalah beberapa bahan yang dapat saudara pergunakan untuk membangun rumah. Ini merupakan kebutuhan dasar yang dapat melanggengkan setiap hubungan dalam rumah tangga.
· Kasih – Ini merupakan batu utama yang dicantumkan disini (Yoh 3:34, 35; Gal 5:13).
· Keyakinan – Ini merupakan hal yang sangat rapuh.
· Pengertian – Ini merupakan hal yang paling lama untuk diperkembang.
· Hormat – Hal ini yang paling diabaikan (Rom 12:10)
· Komitmen – Hal ini yang paling menentukan.
Sangat mustahil untuk memiliki hubungan yang baik dengan orang yang tidak saudara cintai, yang saudara tidak percaya, yang saudara tidak mengerti, yang saudara tidak hormati dan yang kepadanya saudara tidak miliki komitmen.
Jika orang yang ada dalam satu hubungan kehilangan kasih mereka, keyakinan satu sama lain, pengertian dan hormat satu sama lain dan komitmen satu sama lain, hubungan itu akan segera berakhir.
Pembangun Memilih Dasar Mereka
Kedua orang dalam perumpamaan Yesus sama-sama kelihatan baik sampai kepada tahapan memilih fondasi.
Sebagai orang tua kita memiliki pilihan, fondasi apa yang akan kita pakai. Kita dapat memilih fondasi kita apakah berdasarkan contoh yang diberikan oleh media, film, selebriti atau sinetron berseri. Kita dapat membangun pernikahan atas dasar hubungan seks sebelum nikah atau hubungan seks diluar pernikahan yang sudah lazim bagi masyarakat dunia dewasa ini.
Kita dapat izinkan nilai-nilai dari TV dan sahabat kita dan kita teruskan kepada anak-anak kita. Atau kita dapat membangun hidup kita hanya pada nilai-nilai yang murni. Beberapa pasangan yang telah menikah percaya bahwa uang dan penampilan yang cantik merupakan dasar yang baik bagi pernikahan.
Dasar yang terbaik untuk pernikahan yang bahagia bukanlah uang.
Jika uang merupakan hal yang baik bagi pernikahan, maka kita dapat berharap bahwa para milyuner dan para pemenang undian dan menjadi jutawan adalah mereka yang memiliki pernikahan yang berbahagia.
Namun tampaknya tidaklah demikian, sebab bagi orang yang hanya mengandalkan uang yang ditimbulkannya dalam pernikahan justru kesukaran.
Dasar bagi pernikahan bahagia bukanlah penampilan yang baik.
Benar setiap orang ingin agar pasangan mereka terlihat menarik.
Pemimpin gereja dan pengkhotbah terkenal Charles H. Spurgeon, pernah memberikan saran kepada seorang pendeta muda untuk menikahi perempuan yang baik dan cantik.
Sehingga bilamana dia tidak cantik lagi dia tetap dapat hidup bersama dengan bahagia. Namun jika daya tarik fisik sebagai satu-satunya yang dapat menyatukan saudara maka pernikahan anda tidak akan bertahan lama.
Jika kecantikan adalah modal utama maka bintang film dan foto model akan memiliki pernikahan yang paling bahagia. Namun nampaknya tidaklah demikian.
Dengan segala cara kita perlu menjaga penampilan kita. Tapi jangan kita menganggap hal itu yang utama, melainkan berikanlah pujian kepada satu sama lain.
Bagaimanapun juga banyak pasangan yang meyakini bahwa firman Allah memberikan fondasi yang kuat, berikut ini adalah beberapa bagian untuk membentuk fondasi yang kuat.
· Mengundang Yesus secara pribadi sebagai partner yang tidak kelihatan.
· Meluangkan waktu bersama dan bermain bersama.
· Tetap mendengar dan bicara satu sama lain.
· Catat dan ingat saat mana pasangan anda merasa dikasihi.
· Bicarakan perbedaanmu dan doakan bersama.
· Praktekkan pengampunan.
· Hormati orangtuamu namun jangan biarkan dikendalikan oleh mereka.
· Jangan abaikan keintiman seksual.
Setiap dasar akan diuji.
Saat manusia menggunakan materi yang berbeda untuk dasar mereka, satu hal yang pasti bahwa fondasi mereka akan diuji. Angin bertiup dan banjir datang menerpa kedua rumah itu.
Tidak ada satu rumah tanggapun di dunia ini yang tidak terkena dampak kejatuhan dari Rumah Tangga yang pertama di taman Eden. Setiap rumah mengalami masalah. Apakah anda menganggap diri suci atau orang berdosa, kaya atau miskin, kelas atas atau kelas bawah. Setiap rumah tangga akan menghadapi masa ujian yang sulit.
Hanya satu fondasi yang bertahan melewati ujian.
Orang yang memilih fondasi yang salah menyesal kemudian karena dia kehilangan segalanya. E. G. White menuliskan, “Mereka yang memberikan telinga yang tuli kepada injil akan mendapati bahwa mereka sedang membangun diatas pasir.
Yaitu usaha mereka sendiri” (Mount of Blessing, p.152). “Dia mendirikannya atas teori dan penemuan manusia” (Desire of Ages, p.314). Sangat penting agar kita memilih dasar yang dapat lama bertahan dan menyiapkan kita untuk kehidupan kekal.
Rasul Paulus dalam 1 Korintus 13, memberikan dasar yang benar bagi rumah tangga, a.l:
· Kasih yang merupakan kekayaan sejati dalam diri manusia.
· Kasih yang kaya dan murah hati. Bukan hanya kembang dan coklat namun juga murah hati dalam penilaian.
· Kasih yang mengampuni dan bersyukur.
· Kasih yang memperdulikan dan memperhatikan.
Nilai-nilai dasar ini terlihat juga dalam kehidupan Yesus. Dan fondasi ini jugalah yang dapat membuat suatu hubungan itu kaya dan menarik.
Mari kita kabarkan kepada dunia, sekalipun informasi dan metode ini sudah sangat lama, demi sebuah kebaikan, satu keluarga yang bahagia, rumahtangga yang bahagia – semuanya bergantung pada fondasi yang benar.
Oleh : Cyril Sweeney, Direktur Pelayanan Rumah Tangga, Konferens Inggris Utara, Uni British – Divisi Trans Eropa.