Bahaya dari Spiritualitas Konvergen

Akhir akhir ini saya menerima beberapa email dan pesan singkat dari kerabat, saudara, dan orang orang yang prihatin tentang kepastian keselamatan mereka. Sepertinya mereka menjadi tidak yakin akan jaminan keselamatan yang mereka miliki di dalam Kristus. Setelah saya berusaha mempelajari semakin dalam akan alasan mereka tidak yakin lagi akan keselamatan mereka, kebanyakan dari ketidakyakinan ini mulai muncul setelah mereka mengikuti kamp2 tertentu dan mendengar dari pembicara pembicara tertentu tentang keselamatan yang sepertinya sangat mudah hilang oleh karena tindakan tindakan tertentu.

Salah seorang yang menghubungi saya malah bertanya “Saya dengar kalau kita ini tidak vegan, maka kita tidak bisa memahami Firman Tuhan dengan benar?” dan yang lain malah mengatakan “Kalau kita tidak vegetarian maka kita tidak bisa masuk Sorga?” dan masih banyak lagi pertanyaan2 yang masih berhubungan dengan hubungan antara pekerjaan dan keselamatan.

Saya percaya ada banyak pakar pakar Alkitab dan cendekiawan theologia kita yang sanggup memberikan jawaban yang lebih mendalam akan pertanyaan di atas. Tulisan saya disini hanyalah pandangan pribadi saya dan satu-satunya motif saya dalam membahagikannya di BAIT hanyalah dengan harapan bahkan mungkin ada yang akan dikuatkan dengan apa yang saya tuliskan disini.

Seringkali dalam kehidupan kristiani, banyak dari kita yang sepertinya cenderung memiliki spiritualitas yang konvergen. Kita sering berfokus pada hanya satu aspek kerohanian, dan seringkali meninggalkan aspek aspek yang lain.

Sebagai umat Advent fokus ini seringkali disetarakan dengan pola hidup, dan kalau mau lebih fokus lagi, pola hidup ini seringkali berhubungan dengan apa yang Advent boleh buat, dan apa yang Adventist tidak boleh buat. Dan kalau mau lebih lebih dan lebih fokus lagi, apakah anda Adventist Vegan, atau Adventist Karnivorus?Ada banyak resiko yang berbahaya dari spiritualitas yang konvergen seperti ini.Yang paling mendasar adalah kita mulai berpikir bahwa keselamatan itu bergantung kepada perilaku kita.Khususnya perilaku2 terntentu. Di dalam pikiran bawah sadar kita, kita mulai merasa risau akankeselamatan kita seakan akan perbuatan kitalah yang menjadi tiket ke dalam kerajaan Surga.

Keselamatan haruslah merupakan pemberian Cuma-Cuma,dengan hanya satu syarat yaitu iman kepada Kristus. Iman inilah yang memberikan jaminan kepada keselamatan, dan bukan perbuatan.

Lalu mengapa masih banyak orang yang cenderung menekankan perbuatan sebagai jaminan keselamatan?.Kita sebagai manusia dilahirkan dengan kemampuan mengobservasi dan menganalisa secara empiris.Artinya, sesuatu itu harus ada ukurannya untuk meyakinkan diri kita kepada kesimpulan tertentu.Oleh sebab itu, keselamatan kita pun seringkali kita ukurkan dengan dengan metode empiris. Kita mulai mengukur keselamatan kita dengan apa yang telah kita perbuat di dalam kehidupan ini. Dan hal hal yang sangat mudah diukurlah seringkali dengan mudah menjadi bahan ukuran kita.Adalah lebih mudah membedakan orang yang vegetarian, dengan yang bukan vegetarian.Kita hanya perlu memperhatikan jenis makanan yang mereka makan sehari hari.Tetapi tidaklah mudah untuk mengetahui hati seseorang.Seringkali kita salah menilai.Orang yang kita sangka baik, ternyata punya niat yang jahat kepada kita.Sebaliknya orang yang mungkin kita tidak sangka baik malah seringkali adalah mereka yang paling lembut dan ramah. Begitupun dengan hal hal yang lain, entah itu penampilan, atau hal hal lain yang bisa kita ukur.

Kecenderungan kedua mengapa banyak orang menekankan perbuatan sebagai jaminan keselamatan adalah karena kita sebagai manusia ingin memiliki perasaan aman.Kita ingin segala sesuatunya terjamin.Iman seringkali tidak dapat menjadi ukuran yang meyakinkan karena iman tidak dapat diukur secara empiris.Tidak ada ukuran universal yang dapat memberikan penjelasan seberapa besar iman seseorang. Oleh karena itu, adalah lebih mudah untuk mengukur apa yang kita perbuat untuk Tuhan sebagai landasan keselamatan kita, gantinya sekedar percaya bahwa kita diselamatkan oleh kasih karunia.

Oleh karena itu, motivasi tulisan saya hanyalah karena saya berharap bahwa kita semua mungkin dapat mencoba merefleksikan hidup kita bukan secara divergen, maupun konvergen. Namun lebih pentingnya kita refleksikan hidup kita berdasarkan lensa Kristus yang didasari oleh kasih, kemurahan, kerendahan hati, dan kebaikan. Tanpa Kristus, maka sia-sialah semuanya. Tanpa kristus maka kita tidak dapat melihat apapun dalam kehidupan ini sebagai kristus melihatnya. Dan kalau kita benar benar rindu menjadi pengikutnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mempraktekkan cara dia hidup kepada kehidupan kita sendiri.

Oleh Pdt. Bayu Kaumpungan.