Respon terhadap video“Does the Command to Observe 7th Day Sabbath”

Seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan informasi melalui internet, semakin banyak juga anggota jemaat menggunakan media ini untuk memperdalam pengetahuan mereka. Di satu sisi, dari segi positifnya, mereka boleh mengaksesnya dengan cepat dan murah serta membandingkan berbagai pendapat secara objective dan lebih dewasa memutuskan pendirian mereka. Namun di sisi yang lain, ketika seseorang memiliki dasar yang benar, boleh jadi dia akan mengambil keputusan untuk menerima pengajaran yang keliru. Dalam hal ini semua perlu belajar dan menilai sendiri dan mencari bukti yang jelas dari Alkitab sebagaimana yang dianjurkan juga oleh Ellen G. White dalam buku Kemenangan Akhir bab 37. Tentu saja semua harus dengan rendah hati mau dituntun oleh Roh Suci.
Belakangan ini ada seorang “mantan” anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) bernama Dale-Ratzlaff mengemukakan pengajaran yang menolak Pekan Penciptaan dan pemeliharaan Sabat. Dia mengembangkan pengajaran D. M Canright (mungkin yang dimaksudkan pengkhotbah adalah D. M. Canright, seorang mantan pendeta GMAHK yang mengajarkan hal yang sama). Ajarannya diunggah di Youtube https://www.youtube.com/watch?v=-_zaWd0IAPM. Dia telah memberikan beberapa bukti sederhana termasuk mengutip bahasa text Alkitab (dalam hal ini bahasa Ibrani) untuk membuktikan pengajarannya bahwa ajaran GMAHK dalam hal ini tidak sesuai dengan Alkitab mengenai pemeliharaan hari Sabat. Apakah benar demikian? Untuk menjawabnya, adalah baik ketika kita menggunakan metode yang sama dan bukan berdasarkan terjemahan text Alkitab sebagai argumentasinya. Sebagai sebuah motivasi, biarlah text Firman Tuhan itu sendiri yang menyatakan kebenaran-Nya bagi kita.
Oleh karena itu, sebagai suatu respon terhadap argumentasinya, saya mencoba menyampaikan bukti dari sebuah penelitian sederhana berdasarkan bahasa Ibrani bahwa ajaran GMAHK tentang Sabat sebagaimana yang ditegaskan juga dalam tulisan Ellen G. White adalah sesuai dengan text Alkitab. Melalui hal ini, anggota jemaat juga dapat melihat perbandingan-perbandingan yang ada dan membuktikannya sendiri sehingga dapat mengerti dan mengambil keputusan di atas dasar text firman Tuhan. Semoga penyampaian ini bermanfaat.
Statement
“Tidak ada Pekan Penciptaan” sebab penciptaan telah selesai, ‘completed,’ pada hari keenam.”
Jawaban:

  1. Penulisan Kejadian 1, 2 dan kitab Kel. 20:8-11 (bukan tulisan pada loh batu) adalah Musa sekalipun jarak waktu antara penulisan Kej. 1& 2 dan Kel 20:8-11 lebih dari 2000 tahun sehingga penulisan itu berdasarkan gaya bahasa dan pemahaman zaman penulis yang sudah mengerti tentang sirkulasi minggu setidaknya pada Kel 16.
  2. Kata “,שְׁבֻ֣עַ ” šübù`a, adalah kata yang digunakan penulis lima kali dalam Alkitab untuk menggambar pekan/ minggu. Arti dari kata itu adalah tujuh hari secara berurutan, “7 consecutive days” / minggu. Dalam hal ini penulis mengatahui dengan jelas sirkulasi satu pekan adalah tujuh hari.
  3. Peristiwa penciptaan adalah tujuh hari berturut-turut yaitu tindakkan peniciptaan selama enam hari, dan penutupan pada hari ke 7. (Kej. 2:2).
  4. Kata “כָּלָה,” kalah, “complete,” pada peristiwa penciptaan ini ditulis dua kali dengan bentuk yang berbeda.
    a. Untuk penciptaan langit dan bumi selama enam hari ditutup dengan kata yang sama dalam format pual imperfect yaitu “,וַיְכֻלּ֛וּ” wayükullû, “completed” (Kej 2:1). Kelihatanya pembicara hanya berhenti sampai pada kata ini dan ia mengambil kesimpulan bahwa tidak ada Pekan Penciptaan.
    b. Namun text melanjutkan dengan kata yang sama pada ayat 2. Penulisan kata ini ditulis dalam format piel imperfect yaitu “וַיְכַ֤ל,” wayükal. Hal ini menunjuk pada semua aktivitas keseluruhan penciptaan yang sedang terjadi dan ditutup dengan kata “completed” pada hari ke 7. (Kej 2:2). Dengan kata lain kata “completed” pada ayat 1 merujuk pada tindakkan penciptaan, tetapi kata “completed” yang kedua yang dilanjutkan dengan kata kerja berikutnya yaitu , “וַיִּשְׁבֹּת,” wayyišböt, “dan dia berhenti,” merupakan aktivitas penutup untuk keseluruhan peristiwa.
    c. Kedua kata yang sama ini ditulis dengan menggunakan Wayyiqtol yang berfungsi juga sebagai pluperfect dalam pengertian logika rujukan. Dengan kata lain, ini merupakan sebuah peristiwa yang bersambung dan tak terpisah.
  5. Tidak ada hari kedelapan setelah hari ketujuh . Hal ini menunjukkan suatu gambaran arti dari formula sirkulasi mingguan.

Statement
“Statement tentang formula hari penciptaan pada enam hari penciptaan “jadilah petang, jadilah pagi,” tetapi tidak ada pada hari yang ketujuh.”

Jawaban.

  1. Dengan adanya fungsi “pluperfect” sebagaimana penjelasan di atas, maka Kej. 2:3 merujuk secara logika pada gambaran hari yang digambarkan pada enam hari penciptaan sekalipun tidak menggunakan formula yang sama.
  2. Kata “petang dan pagi” pada enam hari penciptaan identik dengan pekerjaan penciptaan yang dibuat melalui kata “ וַֽיְהִי,” wayühî, “jadilah,” sementara pada hari yang ketujuh, kata itu tidak ada seiring dengan Tuhan berhenti dari pekerjaan yang telah dibuatnya.
  3. Enam hari penciptaan menyatakan penciptaan terhadap hal yang tidak ada sebelumnya. Sementara hari ketujuh berhubungan dengan Hukum Tuhan yang kekal (Kel 20:8-11). Dengan kata lain hari ketujuh merupakan sebuah penutup namun bukan tindakan penciptaan sebagaimana enam hari sebelumnya.

Statement
“Sabat hari ketujuh adalah adalah waktu yang tak berkesudahan untuk hubungan Ilahi dan manusia setelah enam hari penciptaan jika tidak ada dosa karena tidak adanya formula ‘jadilah petang, jadilah pagi.’”

Jawaban.

  1. Pengkhotbah sendiri sudah mengemukakan bahwa itu adalah sebuah asumsi.
  2. Tidak ada bukti text Alkitab yang menyatakan bahwa sabat adalah waktu yang berkesudahan.
  3. Dengan tidak adanya formula “petang dan pagi,” bukan berarti bahwa itu diasumsikan kepada waktu yang tidak berkesudahan.
  4. Hari ketujuh pada context ini di hubungkan dengan kata “ שָׁבַת֙ מִכָּל־מְלַאכְתּ֔וֹ,” šäbat mikkol-müla´kütô, “Ia berhenti dari semua pekerjaan-Nya.” Jika kata “שָׁבַת֙,” šäbat, “berhenti” di tulis dalam bentukan kata kerja infinitive, maka asumsinya tentang “waktu yang tak berkesudahan” pada hari ketujuh dalam hal ini dapat dipertimbangkan. Namun sebaliknya penulisan kata ini dalam bentukkan kata kerja qal perfect. Dengan demikian asumsi pengajarannya pada text ini belum bersesuaian dengan text itu sendiri.
  5. Analisa di atas menunjukkan bahwa enam hari penciptaan pada hari pertama sampai keenam dalam Kej. 1 hingga hari ketujuh dalam Kej. 2:2, adalah peristiwa tujuh hari literal secara berurutan, dan setelah itu tidak ada perhitungan hari yang kedelapan dan selanjutnya. Dengan demikian hari ketujuh memiliki hubungan hari yang sama dengan hari-hari sebelumnya sebagaimana penjelasan-penjelasan di atas.
  6. Hal ini lebih menunjukan arti dari formula satu pekan. Berdasarkan catatan Alkitab, inilah formula pekan atau sirkulasi mingguan yang pertama kali dikemukakan.

Berdasarkan alasan-alasan yang telah dikemukakan di atas, maka hari ketujuh pada Kej. 2:2 bukanlah waktu yang tidak berkesudahan. Itu adalah hari yang sama dengan enam hari lainya.

Statement
“Tidak ada catatan Alkitab tentang pemeliharaan Sabat sebelum zaman Musa” Sambil merujuk kepada tulisan Canright.

Jawaban
Ada! Tuhan sendiri yang menuliskannya pada 10 hukum dalam Kel 20:8 pada kata pertama yaitu kata “זָכ֛וֹר,” zäkôr, “ingat.” Ada tiga alasan yang dikemukanan melalui penulisan kata ini.

  1. Berdasarkan arti kata, bentuk kata dasarnya bisa berarti “ingat,” atau juga “menyebut/ memanggil”. Namun format yang digunakan pada kata ini berarti sesuatu yang sudah terjadi dan diingat. Dalam MT, kata yang sama ditulis enam kali, dan empat kali ditulis oleh Musa yaitu masing-masing dua kali dalam buku Keluaran dan Ulangan. Semuanya menggunakan arti kata “ingat” untuk makna kontextualnya. Dengan kata lain arti kata ini sendiri bukan menyatakan sesuatu yang baru terjadi saat hukum itu diucapkan melainkan hal ini merujuk kepada sesuatu yang sudah ada dalam hal ini merujuk kepada pemeliharaan Sabat yang sudah ada sebelumnya. Apakah hal ini merujuk hanya kepada pemeliharaan Sabat pada Kel. 16 bahwa pemeliharaan Sabat sudah ada sebelum 10 hukum diberikan sebagaimana yang di klaim oleh D. M. Canright? Alasan berikut ini akan menjawabnya.
  2. Berdasarkan bentuk kata kerja, kata ini ditulisakan dalam bentukkan Infinitive absolute sementara sembilan hukum lainnya ditulis dalam bentukkan kata kerja imperfect termasuk hukum kelima yang ditulis dalam bentuk imperative dan bersifat imperfect dari segi aturan grammar dan arti. Bentukkan kata kerja Infinitive tidak dapat diartikan sebagai suatu tindakkan yang baru dilakukan pada zaman Musa namun itu adalah bentukan kata kerja yang tidak memiliki batasan waktu. Dengan demikian tidak seorangpun dapat mengasumsikan bahwa itu baru terjadi pada zaman Musa tetapi harus dimengerti dari fungsi kata Infinitive itu sendiri. Kata “זָכ֛וֹר,” zäkôr, “ingat,” berdasarkan bentuk kata kerjanya berlaku untuk semua zaman tanpa batas termasuk juga ke masa lampau sebelum zaman Musa. Demikian pula halnya dengan Ulangan 5:12 pada kata “ שָׁמ֣֛וֹר,” šämôr, “pelihara” saat Musa menyebutkan kembali 10 Hukum kepada bangsa Israel. Hal ini membuktikan juga bahwa hukum keempat juga telah berlaku juga sejak di taman Eden.
  3. D. M. Canright yang menyanggah adanya Pekan Penciptaan, dan dalam tulisannya sendiri melihat bahwa kata “ingat” hanya merujuk kepada Sabat dalam Kel 16 sebagai perhitungan sirkulasi mingguan / pekan. Karena Kel. 20 :11 merujuk kepada peristiwa penciptaan, maka tanpa ia sadari, ia juga telah menyetujui bahwa peristiwa itu bukan cuman disebut enam hari bekerja, dan hari ketujuh istirahat, tatapi itu juga adalah Pekan Penciptaan.
    Melalui penjabaran di atas, kita dapat melihat bahwa pemeliharaan Sabat bukanlah sesuatu yang baru terjadi pada zaman Musa. Sebaliknya, itu adalah sesuatu yang sudah ada sebelumya dan di ingat kembali berdasarkan kata itu sendiri. Dalam hal ini bukan manusia yang menuliskannya di atas loh batu, tetapi Tuhan sendiri yang menuliskannya.
    Sepuluh hukum itu sendiri adalah satu kesatuan. Salah satu bukti bahwa hukum itu secara keseluruhan bukan hanya kepada Bangsa Israel terdapat pada hukum keenam. Hal ini terlihat dari tindakkan Tuhan yang tidak setuju kepada Kain karena pelanggaran hukum keenam saat ia membunuh adiknya Habel (Kej. 4:8-15).

Statement
Frase Tuhan “memberkati dan menguduskan” pada penciptaan berbeda dengan frase yang sama di zaman Musa dalam Kel 20:11.

Jawaban
Tidak! Mari kita perhatikan kedua kata ini satu persatu dari segi bahasanya. Kata kerja “בָּרַךְ,” bäºrak, “memberkati,” dalam Kej. 2:3 dituliskan dalam bentukkan imperfect sementara dalam Kel 20:11 menggunakan bentukkan perfect. Dengan kata lain, kata ini pada zaman Musa menunjuk kepada peristiwa penciptaan pada saat Tuhan sendiri mulai melaksanakan kata kerja itu bagi manusia. Dengan kata lain berkat itu sudah berlaku sejak hari penciptaan.
Kata “קדשׁ,” qaDaš, “menguduskan” dalam Kej. 2:3 dan Kel 20:11 dituliskan dalam bentukkan yang sama yaitu piel imperfect. Hal ini menunjukkan tindakkan yang Tuhan tetap lakukan baik di zaman Musa ataupun pada saat penciptaan. Penggunaan bentukkan piel menunjukkan kata kerja aktif yang berkesinambungan, sementara bentukkan imperfect dari segi aspek dapat berarti tindakkan yang berlum berakhir sekalipun dalam bentukkan waktu dapat berarti bentukan waktu “present” atau.”future.” Kata pada kedua ayat ini memiliki bentuk kata kerja dan arti yang sama.
Karena kedua kata ini dalam Kel 20:11 merujuk pada Pekan Penciptaan maka pengertian pada kedua kata ini bisa keliru jika diartikan berbeda dengan Kej. 2:3.
Statement
“Sabat adalah tanda dari Perjanjian yang sudah tua ‘old’ yang Tuhan buat ‘hanya’ untuk bangsa Israel sebagaimana terdapat pada pusat sepuluh hukum (Kel 31:12-17).”
Jawaban
Berdasarkan kata “זָכ֛וֹר,” zäkôr, “ingat” dalam Kel. 20:8 yang ditulis dalam bentukkan infinitive, maka format ini bukan hanya tidak dibatasi pada bentukkan waktu tetapi juga tidak membatasi penekanannya pada sekelompok orang. Dengan kata lain pernyataan ini tidak hanya hanya berlaku kepada bangsa Israel saja tetapi dengan jelas kita dapat melihat bahwa ungkapan ini berlaku juga orang-orang yang hidup di zaman sebelum dan zaman Musa.
Hal yang perlu dimengerti juga dalam Kel 31:12-17 ini adalah frasa “ בְּרִ֥ית עוֹלָֽם” Bürît `ôläm, “perjanjian yang kekal”. Jika hal ini hanya berlaku kepada Israel kuno, bukan frase ini yang harus dituliskan. Namun pembicara juga mengutip perjanjian baru sehingga kita perlu mengerti arti kata Israel secara keseluruhan dalam Alkitab yang bukan berarti Israel secara literal.
Bersambung… (berdasarkan kesempatan dan waktu yang ada).