Ruben senang sekali membaca buku cerita. Setumpuk buku cerita mengisi rak bukunya. Telah berulang kali ia membaca buku-bukunya itu, dan selalu saja ia merasa menemukan hal yang baru. Salah satu kebiasaan Ruben saat membaca atau belajar adalah menutup pintu kamarnya. Suatu ketika Ruben tergoda untuk membaca buku cerita saat seharusnya ia belajar. Ia merasa orangtuanya tidak melihat, kalau ia sedang membaca buku cerita. Lagipula membaca buku cerita itu ‘kan baik. Begitu katanya dalam hati. Akhirnya, setiap kali belajar, Ruben menyelipkan buku cerita dalam buku pelajarannya. Ia pun mulai asyik membaca buku cerita, dan lupa belajar. Setiap kali ditanya, apakah sudah belajar atau belum, ia menjawab mantap: sudah Ibu. Orangtuanya percaya, karena selama ini Ruben dapat membagi waktunya dengan baik.
Saat pengambilan raport tiba. Betapa terkejutnya mereka saat tahu nilai Ruben hampir semua merah. Ruben tidak naik kelas! Astaga, jadi selama ini Ruben telah berbohong. Orangtua Ruben sedih sekali. Mereka merasa gagal mendidik Ruben. Di rumah mereka membicarakan apa yang sudah terjadi. Ruben mengakui ia salah. Ia telah berbohong. Dan kebohongan itu telah menyakiti dan merugikan banyak orang. Dirinya, orangtuanya, gurunya dan teman-temannya. Tentu saja Tuhan, yang melihat perbuatan tidak jujur Ruben.
Apakah perbuatan Ruben baik untuk masa depanya? Apakah akibat dari kebohongan yang diperbuat Ruben? Anak – Anak Tuhan harus menunjukan kejuran dimana saja, kapan saja dan kepada siapa saja apakah itu di rumah, di dalam pergaulan dengan teman-teman, di sekolah, di gereja, di mana saja di waktu pagi, siang, sore, malam, waktu ulangan, kapan saja dan perlu jujur kepada orangtua, guru, kepada teman, kepada siapa saja: harus jujur! Tuhan katakan di dalam keluaran 20 : 16 “ Janganlah mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.” Tuhan akan memberkati anak- anak.