Siapa sangka kalau Ben Carson akan jadi begini di masa depannya: menjadi dokter ahli syaraf yang terkenal, dikagumi, dipuji, tempat banyak orang menaruh harapan karena terobosan-terobosannya dalam proses bedah. Siapa sangka kalau Ben Carson, bocah kulit hitam yang selalu jadi bahan ledekan di kelas, kelak jadi salah satu kepala unit prestisius di universitas terkemuka, John Hopkins University.
“Aku sangat tidak suka sekolah dan tidak merasa harus menyukainya,” begitulah Ben Carson mengenang masa kecilnya. “Aku adalah anak paling bodoh di kelas. Buat apa aku perlu mempersiapkan masa depan? Anak-anak lain menertawakanku dan membuat lelucon tentangku setiap hari,” kata dia.
Tapi ibu Carson tahu bahwa pendidikan adalah satu-satunya cara bagi anaknya itu untuk dapat keluar dari kemiskinan dan cemooh. Dia dengan tegas mendidik anak-anaknya. Diantaranya hanya mengizinkan Carson dan saudaranya menonton televisi dua program per minggu. Sang ibu juga mengharuskan anak-anaknya membaca dua buku per Minggu dan membuat laporan tertulis tentang yang mereka baca. Dr Carson masih ingat, bagaimana ia berubah oleh aturan yang dibuat ibunya tersebut. “Aku duduk di kelas lima ketika itu dan tidak pernah menamatkan membaca satu buku pun,” namun dengan dorongan dari ibunya, Ben Carson kemudian menjadi pembaca yang getol.
Setelah kelas lima itu, kelak Ben Carson tidak hanya unggul di sekolahnya, tetapi menjadi terdepan di bidang ilmu syaraf, sebagai kepala unit Pediatric Neurosurgery pada Johns Hopkins University. Carson dikenal sebagai pencetus terobosan pada prosedur bedah, dokter yang membawa harapan dan memungkinan sesuatu yang mustahil jadi kenyataan dengan gembira. Dia juga dikenal sebagai dokter yang penuh rasa kemanusiaan dan rajin keluar dari ‘tembok’ organisasi untuk menjangkau kehidupan anak-anak di kota-kota.
Pesannya kepada orang tua dan anak-anak benar-benar inspiratif. Pada sebuah wawancara di tahun 1997 dengan PBS, ia berbicara tentang bagaimana mengatasi rintangan dan bagaimana membuat dunia tempat kita hidup jadi lebih baik:
“Sebagai orang yang bergelut di bidang ilmu saraf, Aku memahami dan menyadari betapa besar arti dan kemampuan otak manusia. Otak dapat memproses dua juta bit informasi per detik. Ia membuat kita mengingat semua yang pernah kita lihat, semua yang kita pernah dengar, dan dengan otak seperti ini, kita benar-benar tidak boleh terlalu banyak bicara tentang apa yang tidak mungkin kita lakukan; kita harus terus mencoba menciptakan atmosfir yang membantu orang muda untuk menyadari bahwa apapun yang mereka bisa mimpikan, dapat mereka capai. “
Dr Carson telah menulis sebuah buku tentang hidupnya, Gifted Hands: A True Story of Healing and Inspiration. Masih sulit membayangkan, ketika Carson memulai perjalanan hidupnya itu, ia berada dalam kubangan kemiskinan, memiliki emosi patologis, miskin harga diri dan nilai sekolah yang buruk. Sekarang orang yang sama telah diprofilkan di acara 20/20 ABC News, terdaftar di Who’s Who di Amerika, dan menerima American Black Achievement Award.
Calon Presiden Advent pertama di Amerika.
Jumlah calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik terus bertambah. Pakar bedah saraf ternama Amerika, Dr Ben Carson, mendeklarasikan rencana pencapresannya.
“Saya ingin menjadi bagian dari kesetaraan, dan karena itu, saya mengumumkan pencalonan saya sebagai Presiden Amerika,” kata Carson ketika diwawancarai WPEC TV, Minggu (3/5/2015) waktu setempat.
Carson dijadwalkan resmi mendeklarasikan pencalonannya di kampung halamannya, Detroit, Senin pagi waktu setempat. Pencapresan dokter berumur 63 tahun itu akan menjadikannya sebagai capres keempat Partai Republik setelah tiga senator, yaitu Ted Cruz, Rand Paul, dan Marco Rubio.
Munculnya sosok yang merupakan dokter pertama di Amerika yang berhasil memisahkan kembar siam di bagian kepala itu di kancah politik cukup mengejutkan. Carson sama sekali tidak memiliki pengalaman politik ataupun pernah memegang jabatan politik. Dia bahkan menyebut dirinya sendiri bukanlah politisi.
Dokter di John Hopkins Univesity itu mulai dikenal publik sejak komentar pedasnya mengenai pelayanan kesehatan Obamacare di depan Presiden Barack Obama tahun 2012 ketika menghadiri acara sarapan nasional bersama Obama. Ia disukai kalangan gerakan konservatif Tea Party dan kaum evangelical. Nama Carson kemudian mulai melesat terutama ketika dia merilis sejumlah buku yang menjadikannya salah satu penulis konservatif yang populer.
Sosok yang jika terpilih akan menjadi presiden Afro-Amerika kedua dalam sejarah Amerika ini berpotensi menjadi kuda hitam. Analis politik menilai rakyat Amerika muak dengan para politisi dari kalangan dalam Washington dan melihat sosok Carson sebagai sosok baru yang tidak tersentuh kotornya politik.
Salah satu hal yang paling berpotensi mengganjal ambisi Carson adalah sejarah bahwa hanya sekali terjadi sosok non politisi atau jenderal memenangkan nominasi capres yaitu di tahun 1940 ketika pengusaha Wendell Winkie menjadi capres Partai Republik. Selain itu sejumlah kontroversi juga sering keluar dari mulut lulusan Yale University itu, misalnya saat dia menyatakan menjadi gay merupakan pilihan. Carson menggunakan analogi orang yang keluar dari penjara dan berubah menjadi gay.
Walaupun hasil survei rata-rata menunjukkan Carson hanya berada di posisi ke 8 dari 14 kandidat dengan raihan 4,8 persen suara, dia berpotensi menggebrak jika mampu meraih suara signifikan di pemilihan pendahuluan di Iowa yang memiliki demografi pemilih yang lebih cenderung konservatif dan evangelical. Survei rata-rata di Iowa menunjukkan Carson di posisi ke-6 dengan 7,3 persen, hanya terpaut sekitar 5-10 persen dari Gubernur Wisconsin Scott Walker dan mantan Gubernur Florida Jeb Bush yang berada di urutan pertama dan kedua.