Judul ini sudah lama atau sudah usang bagi sebagian orang, apalagi bagi para umat Kristen umumnya. Ada banyak perumpamaan yang bisa dikaitkan dengan judul di atas, khususnya dalam Perjanjian Baru. Hampir separuh dari pelajaran Yesus dalam Injil menggunakan perumpamaan. Salah satunya adalah Perumpamaan Tentang Perjamuan Kawin (The Parable of the Wedding Feast), perumpamaan ini terdapat dalam kitab Injil Matius 22:1-14 yaitu mengenai hal Kerajaan Sorga/Allah seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya.(ayat 1-2).
Tidak Mau Datang/Mengindahkannya. Dua kali raja menyuruh hamba-hambanya, tapi mereka yang diundang tidak mau datang, malah hamba-hambanya ditangkap, disiksa dan dibunuh. Alasan mereka tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya (his farm) dan ada yang pergi mengurus usahanya (his business). (ayat 3-6).Raja menjadi murka/marah dan menyuruh pasukannya untuk membinasakan para pembunuh itu dan membakar kota mereka. (ayat 7).
Undangan Untuk Kalangan Biasa.Karena undangan untuk kalangan istimewa dianggap tidak layak, maka raja menyuruh hamba-hambanyamengirim undangannya untuk kalangan biasa. Kalangan ini seperti di persimpangan-persimpangan, di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu. (ayat 8-10).
Seorang Tidak Mengenakan Pakaian Pesta. Ketika raja itu masuk dan bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang tidak mengenakan pakaian pesta. Kemudian orang itu dikeluarkan dari ruangan pesta itu, diikat kaki dan tangannya serta dicampakkan ke dalam kegelapan, ratap dan kertak gigi. (ayat 11-13). Kata Yesus: “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih” (For many are called, but few are chosen) – Matius 22:14.
Dari perumpamaan ini dapat diartikan bahwa keselamatan itu diutamakan untuk kalangan istimewa dalam hal ini merujukpada orang/bangsa Yahudi, sedang kalangan biasa merujukpada semua orang/bangsa yang pada zaman Yesus dikenal dengan orang kafir, selain orang/bangsa Yahudi. Orang Yahudi secara bangsa telah menolak dengan berbagai dalih/alasan, walaupun secara pribadi tidak. Pakaian/jubah melambangkan tabiat/karakter, jadi untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga/Allah, manusia dituntut memiliki tabiat/karakter yang kudus/suci dan mengikuti teladan serta tabiat/karakter Yesus/Allah yang putih bersih/tak bercacat atau bernoda.
Pena inspirasi mengatakan bahwa “Righteousness is rightdoing, and it is by their deeds that all will be judged. Our characters are revealed by what we do.Let the youth and the little children be taught to choose for themselves that royal robe woven in heaven’s loom – the ‘fine linen, clean and white,’ which all the holy ones of earth will wear. This robe, Christ’s own spotless character, is freely offered to every human being. But all who receive it will receive and wear it here.Clothed in the glorious apparel of Christ’s righteousness, they have a place at the King’s feast.”(Ellen G. White, My Life Today, p. 277.
Dalam kitab Injil Lukas 14:15-24 mengenai Perumpamaan Tentang Orang-Orang Yang Berdalih (The Parable of the Great Supper) di mana Yesus menjabarkan tiga macam orang yang berdalih/minta dimaafkan dalam merespon undangan yang diberikan. Yang pertama, telah membeli ladang dan pergi melihatnya.Yang kedua, telah membeli lima pasang lembu kebiri dan pergi mencobanya. Yang ketiga, baru kawin dan karena itu tidak dapat datang. (ayat 18-20).
Kemudian versi Lukas mengelaborasi kalangan biasa seperti di segala jalan dan lorong kota, orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang buta, orang-orang lumpuh. (ayat 21). Walaupun begitu masih ada tempat, olehnya tuan itu menyuruh hambanya ke semua jalan/lintasan dan dengan paksa mereka harus masuk, karena rumah tuan harus penuh. (ayat 22-23). Kata Yesus dalam perumpamaan ini “Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorang pun dari orang-orang yang diundang itu (kalangan istimewa) akan menikmati jamuan-Ku.” – Lukas 14:24.
Penulis tertarik dengan Perumpamaan Tentang Seorang Penabur (The Parable of the Sower). Perumpamaan ini dapat dibaca dalam Injil Matius 13:1-23, Injil Markus 4:1-20, Injil Lukas 8:4-15. Ada empat jenis tanah yang terdapat dalam perumpamaan ini. 1) Di pinggir jalan, 2) Di tanah yang berbatu-batu, 3) Di tengah semak duri, 4) Di tanah yang baik.
Di Pinggir Jalan (By the Wayside).Kelompok pertama (Matius 13:4; Markus 4:4; Lukas 8:5), dikiaskan kepada mereka yang tidak mengerti/memahami Firman Allah/Injil. Apabila hal ini terjadi, maka dengan mudah mereka terkecoh oleh Setan/Iblis dan menyangkal iman/kebenaran. (Bandingkan Matius 13:19; Markus 4:15; Lukas 8:12).
Di Tanah Yang Berbatu-Batu (In Stony Places). Kelompok kedua (Matius 13:5-6; Markus 4:5-6; Lukas 8:6), dikiaskan kepada mereka yang walaupun pada awal senang menerimanya, namun tidak berakar dalam Firman Allah/Injil. Bilamana datang kesusahan atau pencobaan mereka segera murtad dan menyangkal iman/kebenaran. (Bandingkan Matius13:20-21; Markus 4:16-17; Lukas 8:13).
Di Tengah Semak Duri (Among Thorns).Kelompok ketiga (Matius 13: 7; Markus 4:7; Lukas 8:7), dikiaskan kepada mereka yang mendengar/memahami Firman Allah/Injil, tapi tekanan eksternal dan kekuatiran menggoncang iman mereka seperti kekayaan, kekuasaan, jabatan, pekerjaan, ilmu pengetahuan, hubungan keluarga, sehingga waktu/pelayanan untuk Tuhan bukan menjadi prioritas hidup alias tidak berbuah. (Bandingkan Matius 13:22; Markus 4:18-19; Lukas 8:14).
Di Tanah Yang Baik (In Good Ground).Kelompok keempat (Matius 13:8; Markus 4:8; Lukas 8:8), dikiaskan kepada mereka yang mendengar/memahami Firman Allah/Injil dan menerima panggilan pemuridan serta menghabiskan waktu/pelayanan untuk Tuhan dan belajar menyesuaikan diri dengan tekanan hidup, baik terhadap hubungan keluarga dan masyarakat serta dengan tekun berbuah lebat/berlipat ganda. Seperti merujuk pada surat rasul Paulus untuk Jemaat Galatia yang berbunyi “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.”- Galatia 5:22-23. (Bandingkan Matius 13:23; Markus 4:20; Lukas 8:15).
Dalam Pedoman Penunggu Pagi 2016 “Pandanglah Pada Yesus” George R. Knight menyebutkan bahwa kaum Farisi adalah orang-orang baik, tetapi tidak cukup baik. Mengapa demikian? Alkitab menulis perkataan Yesus sebagai berikut “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 5:20). Coba kita bandingkan hidup para pakar rohani bangsa Yahudi (ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi) dengan bangsa selain Yahudi waktu zaman Yesus.
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi selain pencinta dan pelindung serta pemelihara Alkitab/Kitab Suci sebagai Firman Allah, juga mencintai dan mengabdi serta menghidupkan sepenuhnya hukum/perintah Allah. Tragedinya, mereka percaya bahwa Mesias (Kristus) akan datang jika Torah/Taurat alias hukum/perintah Allah dipelihara secara sempurna sehari-hari, namun mereka tidak memenuhipersyaratan untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Mereka adalah orang-orang baik, tetapi tidak cukup baik. Yesus membuat para pendengarnya terperangah, ketika Yesus mengatakan bahwa hidup keagamaan mereka (para pendengarnya)harus melebihi para pakar rohani bangsa Yahudi. Mengapa begitu?
Di antara kekurangan/kelemahan para pakar rohani bangsa Yahudidalam dunia business dikenal dengan SWOT Analysis/Analisa SWOT (Strengths/Kekuatan, Weaknesses/Kelemahan, Opportunities/Kesempatan, Threats/Hambatan). Contohnyaselain arti atau penjabaran sifat dosa menurut Yesus bukan sekedar tindakan ‘lahiriah’ tapi ‘batiniah’ (in the heart) seperti dalam hal “membunuh” (Lihat Matius 5:21-22) dan “berzinah” (Lihat Matius 5:27-28), juga dikaitkan dengan kata munafik (hypocrisy) yang dikecam Yesus (Lihat Matius 23:1-36) dan orang Yahudi menolak (rejected) serta tidak percaya (don’t believe in) Yesus (Lihat Yohanes 10:22-42).
Jadi, untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga/Allah bagaikan diundang dalam pesta perkawinan anak raja. Ada syarat yang harus dipenuhi. Misalkan harus mengenakan pakaian pesta atau sudahkah kita bertabiatkan/berkarakterkan seperti Yesus/Allah? Apakah iman/percaya dan penurutan kita sudah sesuai? Kita bersyukur pada Allah karena anugerah/rahmat/kasih karunia-Nya yang begitu besar, sehingga keselamatan/undangan itu bukan hanya ditujukan buat kalangan istimewa, tetapi untuk kalangan biasa juga. Dengan kata lain keselamatan itu diberikan secara cuma-cuma/gratis bagi semua orang, tanpa membedakan status:orang Yahudi atau orang Yunani, laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, sempurna atau cacat, serta tidak memandang warna kulit, rambut, suku, bangsa, bahasa. Hal ini juga menepis anggapan segelintir orang bahwa keselamatan itu hanya sekian persen dari umat pilihan atau sedikit yang dipilih, seakan-akan sudah ditakdirkan/ditentukan (predestined). Bandingkan 1 Timotius 2:3-4; Matius 8:11; Yohanes 10:16; Wahyu 14:12.Bagaimana aplikasi buat kita sekarang?