Apakah Tuhan Bersamamu Dalam Perbaktian

Perbaktian merupakan bagian penting di dalam kehidupan spiritual setiap orang percaya. Di dalam perbaktian kita baik di gereja maupun secara pribadi, tentu saja kita percaya bahwa kehadiran Allah bersama sama dengan kita.

Akan tetapi pernahkan anda bertanya, “apa betul Tuhan sedang bersama sama dengan kita saat kita berbakti kepadanya?”Apakah mungkin Tuhan tidak hadir di dalam perbaktian kita, dan kita sedang bernyanyi kepada ruangan kosong? Apakah Tuhan sebetulnya telah meninggalkan kita dan pergi ke tempat lain?

Kitab Yesaya pasal 1 menyatakan bahwa ada masa dimana Tuhan menolak persembahan kita.Segala pemberian kita tidaklah ada harganya.Dia sudah muak dengan semua perbaktian kita.Alkitab menjelaskan bahwa Tuhan bisa saja meninggalkan perbaktian dan pergi.

Kalau begitu, apakah yang menyebabkan Tuhan meninggalkan perbaktian kita?Untuk mencari jawabannya kita harus kembali ke dalam Kaabah di mana Tuhan menyatakan kehadirannya. Secara Khusus ke dalam buku Lukas 19:45-47, di dalam kisah Yesus membersihkan Kaabah.

Di dalam Kisah yang ditulis oleh seluruh kitab Injil ini (Matius – Yohanes), ada 4 aspek yang sepertinya membuat Tuhan meninggalkan perbaktian kita.

  1. Saat kita berpikir bahwa kehadiran fisik menjamin akan adanya kehadiran spiritual
    Setiap orang Yahudi yang berkunjung ke Jerusalem tidak akan pernah meninggalkan kesempatan untuk mengunjungi kaabah. Kaabah merupakan pusat kebanggaan, dan kehadiran Tuhan. Disanalah Tuhan akan tinggal sebagaimana yang Dia janjikan kepada Musa. Setiap orang Yahudi mengerti betul akan sejarah dan arti dari Kaabah.

Saat seorang ada di dalam kaabah, maka semua indera mereka akan dituntun untuk menyadari akan kehadiran Tuhan. Mereka dapat menyentuh tembok kaabah yang kokoh. Mata mereka dapat melihat megahnya gedung kaabah itu, melihat para Imam dengan pakaian putih mereka, melihat asap yang membumbung sebagai lambang pengampunan dosa. Telinga mereka dapat mendengarkan bunyi bunyian, dan suara doa, bahkan indera penciuman mereka dapat mencium bau dupa, ataupun bau asap yang datang dari Kaabah. Setiap indera mereka dituntun untuk menyadari bahwa mereka ada di tempat yang tidak sembarangan, malah sebaliknya mereka berada di tempat yang kudus.

Tetapi kenyatan yang kita temukan di dalam buku Lukas, semua itu tidak punya arti apa apa bagi orang Yahudi. Mereka lebih tertarik kepada penjualan kambing domba, serta bisnis tukar uang mereka.Kemegahan Kaabah tidak merubah pemikiran mereka untuk menyadari bahwa mereka ada di tempat yang kudus.

Pertanyaan bagi kita, apakah mungkin kita terperosok ke dalam godaan yang sama? Badan kita mungkin ada di dalam Gereja, Mulut kita bernyanyi, Telinga kita mendengarkan Firman, tetapi itu semua tidak merubah kita di dalam?

  1. Menggunakan nama Tuhan untuk kepentingan kita sendiri
    Kitab Yoh 2:13-14 menjelaskan bahwa kejadian pembersihan kaabah terjadi di hari hari menjelang Upacara Grafirat. Di dalam hari raya ini, semua orang Yahudi akan datang ke Yerusalem untuk merayakan hari kebesaran ini. Sebagian besar dari mereka adalah perantau yang meninggalkan tanah Palestina untuk menetap di daerah lain. Saat mereka kembali seringkali mereka akan membawa mata uang asing. Para pengurus Kaabah melihat ini sebagai kesempatan. Dengan alasan “mempermudah proses perbaktian” maka mereka membuka jasa tukar uang di dalam pelataran Kaabah. Begitupun juga dengan jual beli hewan.Sebagaimana yang buku Imamat jelaskan, korban bakaran haruslah seekor hewan korban yang tanpa cela. Saat para pengunjung datang dari berbagai penjuru daerah membawa binatang mereka ada kemungkinan binatang itu akan sakit, atau celaka dan tidak sempurna lagi. Oleh karena itu, maka para pengurus kaabah membuka jasa penjualan Binatang korban supaya semua yang berbakti dapat memperoleh korban yang layak.

Kedua tindakan ini sepertinya punya alasan yang baik dan mulia.Membantu mereka yang berbakti untuk dapat memperoleh berkat perbaktian yang lebih baik.Tetapi Yesus tahu motif mereka yang sebenarnya dan tidak membiarkan semua ini terjadi.Sekalipun semua ini “terlihat” baik, adalah tetap sebuah pelanggaran besar kepada Tuhan.Dia tahu, yang mendorong orang orang ini berjual beli valas dan hewan korban adalah kecintaan mereka kepada diri sendiri.

Dalam kehidupan kerohanian kita seringkali kejadian yang sama terjadi. Kita mengatasnamakan Tuhan untuk pemuliaan diri kita.Seringkali kita mengatakan “Saya mau memuji Tuhan” tetapi kita menolak untuk menyanyi saat tahu pendengar kita adalah orang orang yang kurang mampu menyumbang dan memberikan persembahan. Atau di depan hanya segelintir orang di tempat yang tidak dikenal. Atau kita menggunakan nama “seminar”, “konferensi”, “rapat” ini dan itu, tetapi gantinya kita duduk menghadiri acara tersebut, kita malah sibuk merencanakan acara jalan jalan dan Shopping. Kita harus kembali mengingat bahwa orang orang dengan motif tersembunyi inilah yang diusir oleh Yesus dari dalam Kaabah.Adalah sangat penting bagi kita untuk benar benar bertanya, apakah motif saya benar – benar tulus kepada Tuhan?

  1. Membiarkan Orang Orang yang Membutuhkan Tersingkir
    Segera setelah Yesus merombak semua bisnis tersebut, kitab Matius 21:14-17 mengatakan bahwa orang orang timpang dan lumpuh datang kepada Yesus. Pertanyaannya adalah, dimanakah mereka sebelumnya?Sekalipun Alkitab tidak memberikan penjelasan yang mendetail, dengan mudah kita dapat simpulkan bahwa mereka mungkin tidaklah penting bagi para pengurus Kaabah. Mereka tidak membawa untung, bahkan hanya bikin susah. Oleh karena itu mereka tidaklah diperhatikan. Saat kita lebih memperhatikan angka, jumlah, dan hal hal yang membawakan kebanggaan kepada diri sendiri, di saat yang sama kita telah melupakan sahabat sahabat Yesus ini.
  2. Saat Kita tidak mengenal Kristus itu sendiri.
    Kitab Markus menjelaskan kalau orang tertarik pada ajaran Kristus, Kitab Matius menjelaskan bahwa orang Farisi cemburu pada Yesus.Kita Lukas menjelaskan kalau orang banyak mendengarkan FirmanNya dengan sukacita. Tetapi satu hal yang sama yang dituliskan oleh ketiga Injil ini adalah bahwa mulai sejak saat itu Orang Orang Farisi merencanakan untuk membunuh Yesus. Tidak pernah sebelumnya kata2 merencanakan untuk membunuh Yesus ini muncul. Dengan kata lain, saat kita terfokus ke dalam diri kita sendiri, rencana sejahat apapun akan kelihatan biasa saja. Saat kita didorong oleh rasa benci, rasa tersaingi, politik gereja, dan hal hal seperti itu maka kita bisa saja berencana untuk membunuh sang Juruselamat tersebut. Kita harus berhati hati saat kita melihat diri kita mulai merencanakan sesuatu yang jahat terhadap seseorang di gereja kita masing masing. Karena dengan roh yang sama, Orang Farisi berencana membunuh Yesus.

Sebagaimana yang kita perhatikan dari empat poin di atas, Tuhan sebetulnya tidak pernah meninggalkan kita. Sebaliknya, Yesus datang untuk hidup bersama sama dengan kita. Oleh karena itu namanya juga berarti Imanuel “Allah beserta kita” tetapi yang menyebabkan kehadiran Tuhan tidak dirasakan lagi adalah karena Dia telah tergantikan posisinya dengan diri kita, dan kecintaan kita kepada ego dan diri kita sendiri.Inilah alasan Yesus mengobrak abrik pelataran Kaabah tersebut karena Dia ingin mengembalikan arti Kaabah, arti Kehadiran Tuhan yang sebenarnya yaitu sebagai tempat dimana semua bangsa berdoa.

Kalimat yang Yesus katakan di dalam kisah ini diambil dari Yesaya 56: 7 yang berbunyi: “Kamu akan Kubawa ke Sion, ke bukit-Ku yang suci, dan Kuberi kegembiraan di rumah ibadat-Ku. Kurban-kurban yang kamu persembahkan di mezbah-Ku akan Kuterima. Rumah-Ku akan disebut rumah doa untuk segala bangsa.”Kristus rindu untuk memberikan kita arti yang lebih baik dari Perbaktian dan itu adalah Dia dan bukan kita. Saat focus kita hanya tertuju kepadanya dan bukan kita, maka kehadiran Tuhan akan menjadi berkat yang sejati dalam kehidupan kita.